BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada bidang pertanian jika dipahami sebenarnya hanya ada dua jenis pengelola/penggarap/pekerjanya, yakni mereka kaum laki-laki dan perempuan. Sehingga didalamnya akan dibangun semacam pembagian tugas dalam usahatani. Antara laki-laki dan perempuan tentu saja terdapat banyak perbedaan dan persamaan. Misalnya saja laki-laki lebih memiliki tenaga yang kuat daripada perempuan sehingga kaum perempuan hanya mendapat bagian tugas yang ringan, namun hal demikian sebenarnya tidak benar. Sering kita jumpai wanita yang “strong” dan bahkan mampu berperan layaknya seorang bapak. Perbedaan laki-laki dan perempuan masih menyimpan beberapa masalah, baik substansi, kejadian, maupun peran yang diemban dalam masyarakat. Perbedaan anatomi biologis antara keduanya cukup jelas, tetapi efek yang timbul akibat perbedaan itu menimbulkan perdebatan, karena perbedaan jenis kelamin melahirkan seperangkat konsep budaya.
Secara umum tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK perempuan, yaitu 83,6 persen berbanding 51,2 persen. Hal ini berbakibat pada tingkat pengangguran perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Padahal upah yang diterima pekerja perempuan seringkali jauh lebih rendah dari laki-laki. Misalnya, dengan tingkat pendidikan yang sama, pekerja perempuan hanya menerima sekitar 50 sampai 80 persen dari upah yang diterima laki-laki. Selain itu pekerja perempuan tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan.
Khusus di sektor pertanian kontribusi perempuan di sektor ini sangat signifikan, baik dalam proses produksi, panen maupun pascapanen. Peran tersebut mampu memberikan sumbangan yang besar bagi penghasilan keluarga dan kegiatannya dapat direpresentasikan melalui bekerja di lahan sendiri, sebagai buruh tani, bekerja di luar sektor pertanian, seperti meproduksi kerajinan, berdagang, serta pekerjaan yang tidak langsung menghasilkan, yaitu pekerjaan mengurus rumah tangga. Lebih ekstrem lagi, perempuan dari keluarga tani berlahan sempit berperan sebagai penghasil nafkah utama dalam rumah tangga, bahkan bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya. Kondisi tersebut diperburuk dengan trend terjadinya bias gender, sehingga memperuncing terjadinya berbagai macam ketidakadilan, terutama terhadap perempuan (Fakih, 1996). Salah satu akibatnya adalah terjadinya proses marjinalisasi atau pemiskinan ekonomi, sosial dan budaya bagi kaum perempuan.
Jumlah dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan rumah tangga pada umumnya lebih tinggi dari curahan tenaga kerja laki-laki. Argumentasinya, karena perempuan merupakan penanggungjawab pekerjaan domestik (pengaturan rumah tangga) yang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Pekerjaan rumah tangga tersebut dilakukan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan mencari nafkah. Peran ganda inilah yang menyebabkan mobilitas tenaga kerja perempuan terbatas (Sajogyo, 1987). Secara kuantatif, peran ganda perempuan akan sangat besar apabila kegiatan pencaharian nafkah di lakukan di lahan kering dengan komoditas utama hortikultura yang memerlukan ketekunan, ketelitian dan kesabaran.
Masyarakat lebih cenderung mengartikan gender sebagai jenis kelamin. Padahal gender lebih ditekankan pada tanggung jawab, peran dan fungsi dari perempuan dan laki-laki. Sehingga tidak heran apabila masih terdapat perdebatan, ketidakadilan, dan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Peran gender bersifat dinamis, dipenga-ruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global.
Melalui penerapan pengarusutamaan gender, dapat ditingkatkan ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian , yang berarti tepat sasaran pemanfaat pembangunan (pelaku agribisnis), yaitu laki-laki dan perempuan, serta generasi tua dan muda. Tepat metode dan teknik pendidikan pembangunan pertanian (penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian), teknik, metode dan pende-katan implementasi pembangunan pertanian dan tepat penciptaan serta pengembangan inovasi hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
1.2. Rumusan Masalah
Makalah ini untuk mengetahui pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian mengenai :
1. Apa yang dimaksud dengan pengarusutamaan gender?
2. Mengapa pengarusutamaan gender diperlukan dalam pembangunan pertanian?
3. Bagaimana pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui pengertian gender.
2. Mengetahui peranan gender dalam pembangunan pertanian.
3. Mengetahui perbedaan pengarusutamaan peranan gender dalam kegiatan pertanian.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Pengarusutamaan gender adalah hal yang wajib dilaksanakan pemerintah dalam pelaksanaan job placement pegawai negeri. Dengan acuan inilah akan terjadi keserasian tugas dan kemampuan secara proporsional. Makalah ini diharapkan dapat memberikan suatu pemahaman terkait hal itu sehingga dapat dijadikan referensi acuan dalam pelaksanaan tugas kepegawaian. Selain itu pada bidang pertanian pada khususnya, pemerintah dapat mengatur semacam regulasi untuk membangun pertanian berdasar pengarusutamaan gender dalam suatu kebijakan sehingga dapat diterapkan pada kelompok-kelompok tani bahkan pada keluarga tani dimana terdapat suami istri petani.
2. Bagi Petani
Makalah ini diharapkan mampu menginformasikan kepada petani terkait pengarusutamaan gender sehingga petani paham dan mengerti untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas-tugas pelaksanaan usahatani minimal dalam keluarganya. Pengarusutamaan gender juga dapat diterapkan dalam pembagian tugas kelompok tani yang terdapat laki-laki dan perempuan didalamnya. Sehingga petani tidak lagi lebih cenderung mengartikan gender sebagai jenis kelamin karena gender lebih ditekankan pada tanggung jawab, peran dan fungsi dari perempuan dan laki-laki.
3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa makalah ini dapat dijadikan referensi pembelajaran dan sebagai informasi tambahan terkait pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gender
Gender itu berasal dari bahasa latin genus yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Menurut Ilmu Sosiologi dan Antropologi, Gender itu sendiri adalah perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan (Wikipedia : 2000).
Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran & tanggungjawab laki-laki & perempuan yang terjadi akibat dari dapat berubah oleh keadaan sosial & budaya masyarakat (Patilima : 2005).
Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan perbedaan perempuan dan laki-laki yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan disosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari (Wikipedia : 2000).
Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat (Darmawan : 2001).
2.2 Pengertian Pengarusutamaan Gender
Berdasarkan Inpres RI No. 9 Tahun 2000, yang dimaksud dengan PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan Gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. PUG ditujukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Gender yang merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat.
PUG bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu suatu kondisi yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki (relasi gender). Melalui penerapan PUG, dapat ditingkatkan ketepatan desain peren-canaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program/ proyek/ kegiatan pembangunan pertanian (Wikipedia : 2000).
Menurut Patilima (2005), pihak-pihak yang seharusnya melaksanakan pengarusutamaan gender adalah Lembaga-lembaga Pemerintah (Dengan dikeluarkannya Peraturan Perundang-Undangan, kebijakan, dan pelayanan publik) dan Dunia Usaha (Dengan menciptakan poduk, lapangan keja dan jasa).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan Pengarusutamaan Gender
Masih banyak salah pengertian terkait gender oleh masyarakat kita terutama kalangan petani dalam kehidupan sehari-hari. Gender sering diartikan sebagai jenis kelamin, sehingga kedua kata ini perlu dipahami pengertiannya secara benar. Kesalahan dari hal itulah yang menyebabkan kaum petani pria menyebut gender perempuan sebagai golongan yang lemah sehingga tidak diberi pembagian tugas yang berat dalam usahatani yakni bercocok tanam. Perempuan lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan seperti pengelolaan keuangan, pembeli saprodi, penyemai bibit, pemetik hasil dan bagian teknis penjualan hasil panen/produksi. Peran perempuan lebih dekat pada sebutan manajer keuangan sedangkan laki-laki adalah manajer lapangan seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Jenis kelamin atau seks adalah penandaan individu manusia ke dalam kategori laki-laki dan perempuan berdasar karakteristik biologis (genital eksternal dan organ-organ seks internal), genetik (kromosom) dan hormon. Gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara laki-laki dan perempuan yang tidak berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam bidang pertanian juga memiliki peranan yang sangat hebat dan kuat dalam menciptakan hasil produksi dari pemenuhan sarana produksi dan tekhnis pelaksanaan bercocok tanam hingga sampai pemasaran hasil pertanian.
Gender merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Peran gender bersifat dinamis, dipengaruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global. Hal inilah yang kemudian sangat berpengaruh pada penerapan di bidang pertanian. Modernisasi global mengancam perubahan yang cepat terhadap peranan wanita dalam partisipasi di bidang pertanian yang biasa disebut dengan usaha tani. Ketika pera perempuan hilang maka akan terjadi ketimpangan dan penyesuaian baru oleh kaum petani laki-laki yang masih bergerak dalam bidang pertanian. Yang paling ditakutkan adalah ketika peran wanita telah benar-benar hilang, ini akan sangat berdampak pada tidak maksimalnya produksi yang akan dihasilkan. Jumlah wanita dalam % peranannya dibandingkan dengan laki-laki hampir sama. Bahkan bila peran wanita hilang ini akan sangat mengancam pasokan komoditas pangan bangsa akibat kurangnya tenaga pekerja pengelola pertanian. Ketahanan pangan nasional terganggu dan kelangkaan komoditas pangan menyeruak. Tentu saja itu tidak akan terjadi bila peranan perempuan terus terjadi.
3.2. Pentingnya Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Pertanian
Pengarusutamaan gender penting dalam pembangunan pertanian. Pengarusutamaan gender bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu suatu kondisi yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki (relasi gender). Dengan adanya pengarusutamaan gender, akan tercipta suatu pembagian kerja dalam bidang pertanian yang adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan dalam bidang petanian.
Melalui penerapan pengarusutamaan gender, dapat ditingkatkan ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian, yang berarti tepat sasaran pemanfaat pembangunan (pelaku agribisnis), yaitu laki-laki dan perempuan, generasi tua dan muda. Tepat metode dan teknik pendidikan pembangunan pertanian, yaitu penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian. Tepat teknik, metode dan pendekatan implementasi pembangunan pertanian.Tepat penciptaan dan pengembangan inovasi hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
Ketidaksetaraan gender merugikan bagi kesejahteraan laki-laki dan perempuan karena memiliki dampak bagi kemampuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Selain itu dapat mengurangi produktivitas sehingga menghambat upaya pengentasan kemiskinan. Akumulasi dari pembedaan yang diikuti dengan pembatasan peran sumberdaya manusia di rumah dan di pasar tenaga kerja, serta secara sistematis mengecualikan perempuan atau laki-laki dari akses ke sumberdaya, jasa publik ataupun aktifitas produktif, merupakan diskriminasi gender yang berarti mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk tumbuh serta mengurangi kapasitas untuk meningkatkan standar kehidupan.
3.3. Pengintegrasian Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Pertanian
Dalam pembangunan pertanian di Indonesia sangat diperlukan pengarusutamaan gender, hal ini sebagai wujud upaya pengembangan uahatani yang telah ada. Peran laki-laki dan perempuan harus dilakukan bersama dengan pembagian tugas yang jelas. Pembagian tugas yang tepat dan sesuai dengan kemapuan masing-masing, disesuaikan dengan proporsi yang jelas. Mengacu pada gender dan kesetaraan gender. Dapat dibagi semisal laki-laki bertindak sebagai manajer lapangan sedangkan perempuan sebagai manajer keuangan dan antara keduanya saling membantu demi kelancaran bersama.
Petani perempuan ternyata menjadi kunci pembangunan pertanian dan sebagai penyelamatan krisis pangan yang terjadi 2 tahun terakhir ini. Dalam laporan PBB yang dikeluarkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pertanian menjadi sumber utama kehidupan untuk perempuan di banyak negara berkembang dan menjadi jalan keluar utama untuk mengatasi kemiskinan di keluarganya. Namun demikian banyak perempuan di berbagai wilayah pedesaan tidak mempunyai akses untuk input dan sumber daya produksi bagi pertaniannya serta pelayanan publik yang memadai. Mereka juga tidak mendapatkan insentive yang memadai dalam usahanya serta sangat rentan upaya produktivitasnya di pertanian. Padahal pertanian yang dihasilkan para perempuan ini menjadi tumpuan hidup dan kehidupan banyak keluarga miskin.
Gender di pertanian menjadi bukti nyata untuk mewujudkan agenda pembangunan pertanian di Indonesia. Perempuan menjadi kunci dalam produksi pertanian di negara berkembang. Dimana 32% dari mereka hanya bekerja sebagai buruh dan hidup dalam keterbatasan di areal pedesaan (70%). Perempuan menjadi sumber yang potensial tenaga kerja dalam produksi pangan yang dikonsumsi masyakat lokal. Pertanian di berbagai negara termasuk di wilayah Asia dan Afrika menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menjadi basis kehidupan di pedesaan. Lebih banyak proposi produksi pertanian dihasilkan oleh perempuan, sehingga perempuan menjadi agen yang cukup penting dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga. Untuk itulah sudah sewajarnya perempuan mendapatkan prioritas dalam program pertanian dan mendapatkan dukungan dari kebijakan pembangunan pertanian karena dialah sumber daya dalam keberlanjutan kehidupan pedesaan dan pengurangan kemiskinan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masih banyak salah pengertian terkait gender oleh masyarakat kita terutama kalangan petani dalam kehidupan sehari-hari. Gender sering diartikan sebagai jenis kelamin, sehingga kedua kata ini perlu dipahami pengertiannya secara benar. Jenis kelamin atau seks adalah penandaan individu manusia ke dalam kategori laki-laki dan perempuan berdasar karakteristik biologis (genital eksternal dan organ-organ seks internal), genetik (kromosom) dan hormon. Gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara laki-laki dan perempuan. Dalam bidang pertanian kejadian salah pengertian inilah yang menyebabkan penilaian terhadap gender wanita sebagai orang yang lemah, padahal gender tidak berarti demikian karena gender adalah perbedaan peranan terkait pembagian tugas.
4.2 Saran
Pemahaman tentang pengarusutamaan gender harus dipahami dengan baik dan tidak boleh disamaartikan dengan jenis kelamin. Karena gender dan jenis kelamin itu berbeda dan dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari harus dilakukan. Tidak terbatas pada bidang apapun, termasuk juga dalam penerapan dalam bidang pertanian. Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam baik dalam referensi pembelajaran maupun sebagai acuan dalam usaha penerapannya dalam bidang apapun. Karena ketidaksepahaman tentang gender dan pengarusutamaannya adalah suatu kesalahan yang sangat besar.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. http://www.wikipedia.co.id/gender_dan_pengarusutamaannya (online). Diakses pada : 5 Januari 2011
Anonymous. 2010. http://www.google.co.id/gender_dalam_pertanian_php. (online). Diakses pada : 5 Januari 2011
Anonymous. 2010. http://www.google.co.id/asal_mula_gender_dalam_pertanian (online). Diakses pada : 5 Januari 2011
Anonymous,2010. http://www.pecintataniindonesia.blogspot.com/Gender (online). Diakses pada : 5 Januari 2011
Gunawan, Darmawan Ali. 2001. Gender dalam keadaan perekonomian bangsa, suatu pengantar. Jakarta : World Bank.
Harun, Patilima Kusuma. 2005. Antara Jenis Kelamin dan Gender, Perbedaan ataukah persamaan pemahaman?. Jakarta : PT. Gramedia.
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. 2000. Panduan Pelaksanaan Inpres Nomor 9 Tahun 2000. Jakarta : Meneg PP.
Dari tempat yang paling kecil, hidup untuk mengubah dunia......
Pengikut
Senin, 25 April 2011
PERKOLASI
Perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh.
Perkolasi, disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang termasuk tekstur berat, jadi perkolasinya berkisar 1 sampai dengan 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah.
Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi juga dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
Perkolasi, disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang termasuk tekstur berat, jadi perkolasinya berkisar 1 sampai dengan 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah.
Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi juga dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
Kata-kata Bijak
Berikut Ini adalah Kumpulan Kata Kata Bijak dari Soe Hok Gie ( 1942-1969) yang patut untuk di renungkan :
- Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
- Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
- Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
- Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
- Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
- Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
- Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
- Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
- Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
- Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
- Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
- To be a human is to be destroyed.
- Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
- Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
- I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
- Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
- Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
- Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
- Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
- Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
- Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
- Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
- Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
- Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
- Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
- Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
- Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
- Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
- Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
- Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
- To be a human is to be destroyed.
- Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
- Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
- I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
- Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
- Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
- Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
- Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Bidik Misi Universitas Brawijaya
Pendahuluan
Banyak lulusan jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat) yang berprestasi dan merupakan calon mahasiswa yang potensial tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena berasal dari keluarga kurang mampu.
Mengacu pada Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Kementrian Pendidikan Nasional mulai tahun 2010 memberikan beasiswa dan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan berprestasi yang disebut dengan Beasiswa BIDIK MISI.
Bagi pendaftar Program Beasiswa Bidik Misi yang memilih program studi di Universitas Brawijaya (UB) baik sebagai pilihan pertama dan/atau pilihan kedua harus mengikuti semua persyaratan dan ketentuan, tata cara pendaftaran, jadwal, dan pendaftaran ulang yang ditentukan dalam pengumuman ini.
Persyaratan
1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang dijadwalkan lulus pada tahun 2010;
2. Berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi;
3. Calon penerima beasiswa mempunyai prestasi akademik/ kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yang diketahui oleh Kepala Sekolah/ Pimpinan Unit Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kabupaten/Kota. Adapun prestasi akademik/kurikuler yang dimaksud adalah peringkat 25 persen terbaik di kelas, sedangkan prestasi pada kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstrakurikuler minimal peringkat ke-3 di tingkat Kabupaten/Kota dan harus sesuai dengan program studi yang dipilih.
4. Setiap peserta seleksi hanya dapat memilih 2 (dua) program studi yang ada di universitas Brawijaya, sesuai jurusannya.
Pelaksanaan Pendaftaran
* Pendaftaran dilaksanakan secara online melalui: http://selma.brawijaya.ac.id
* Peserta Beasiswa BIDIK MISI wajib mengisi formulir yang ada di web site dan mencetaknya serta melengkapi berkas pendaftaran dan mengirimkannya secara bersama-sama melalui Kepala Sekolah, kepada Panitia BIDIK MISI Universitas Brawijaya selambat-lambatnya hari Sabtu, 27 Maret 2010 (cap pos).
* Tidak dipungut biaya pendaftaran apapun (gratis).
* Macam Formulir Isian Dan Kelengkapannya
Kelengkapan yang wajib dipenuhi oleh setiap peserta seleksi harus sesuai dengan data yang dilampirkan, terdiri dari :
1. Surat pernyataan pendaftaran (dicetak dari web site setelah mengisi formulir).
2. Fotokopi kartu tanda siswa atau yang sejenis sebagai bukti siswa aktif.
3. Fotokopi rapor yang telah dilegalisasi oleh Kepala Sekolah: semester 1 s/d 5 untuk siswa kelas reguler/internasional, dan semester 1 s/d 4 untuk siswa kelas akselerasi, disertai dengan surat keterangan tentang peringkat siswa di kelasnya dan/atau bukti pendukung prestasi lain di bidang kurikuler atau ko-kurikuler yang dilegalisasi oleh Kepala Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas.
4. Fotokopi Kartu Keluarga.
5. Fotokopi Kartu Keluarga Miskin. Bagi yang tidak memiliki kartu keluarga miskin harus menyertakan surat keterangan penghasilan orang tua/wali atau surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Kepala Dusun atau tokoh masyarakat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
6. Fotokopi rekening listrik bulan terakhir (apabila tersedia aliran listrik) dan/atau fotokopi bukti pembayaran PBB dari orang tua/wali.
Berkas yang harus dilengkapi oleh Sekolah/Unit Dikmas:
Surat rekomendasi dari Kepada Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas yang menerangkan bahwa pendaftar adalah siswa berprestasi (seperti dijelaskan dalam bagian persyaratan dan ketentuan poin 3) dengan orang tua/wali tidak mampu secara ekonomi.
Daftar nama siswa (berupa tabel yang terdiri dari Nomor Urut, Nomor Pendaftaran, Nama Lengkap, Tempat dan Tanggal Lahir, yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan distempel cap sekolah) yang mendaftar program beasiswa bidik misi ke UB.
Beasiswa dan Biaya Pendidikan
Pendaftar yang dinyatakan diterima melalui Program Beasiswa Bidik Misi dibebaskan dari segala biaya pendidikan yang berlaku di UB.
Kepada pendaftar yang dinyatakan diterima melalui Program Beasiswa Bidik Misi, Kementerian Pendidikan Nasional akan memberikan Dana Beasiswa dan Biaya Pendidikan sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) per mahasiswa per semester, dengan rincian sebagai berikut:
Dana Beasiswa (biaya hidup) sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp. 700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah) per bulan, tergantung pada indeks harga kemahalan daerah lokasi perguruan tinggi dimana pendaftar diterima.
Sisa dana dialokasikan kepada perguruan tinggi dimana pendaftar diterima sebagai pengganti biaya pendidikan per semester dari yang bersangkutan.
DAFTAR PROGRAM STUDI DAN DAYA TAMPUNG
Daftar Program Studi Lengkap lihat disini
LAIN-LAIN
Berkas pendaftaran harus dikirimkan secara kolektif oleh sekolah dan selambat-lambatnya Sabtu, 27 Maret 2010 (cap pos) sudah diterima Sekretariat Panitia BIDIK MISI Universitas Brawijaya yang beralamat pada :
Kepala Bagian Akademik
Universitas Brawijaya
(Gedung Rektorat Lantai II
Jl. Veteran Malang 65145
Telepon (0341) 575754
Fax (0341) 575813
E-mail: baak@brawijaya.ac.id
http://selma.brawijaya.ac.id
Banyak lulusan jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat) yang berprestasi dan merupakan calon mahasiswa yang potensial tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena berasal dari keluarga kurang mampu.
Mengacu pada Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Kementrian Pendidikan Nasional mulai tahun 2010 memberikan beasiswa dan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan berprestasi yang disebut dengan Beasiswa BIDIK MISI.
Bagi pendaftar Program Beasiswa Bidik Misi yang memilih program studi di Universitas Brawijaya (UB) baik sebagai pilihan pertama dan/atau pilihan kedua harus mengikuti semua persyaratan dan ketentuan, tata cara pendaftaran, jadwal, dan pendaftaran ulang yang ditentukan dalam pengumuman ini.
Persyaratan
1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang dijadwalkan lulus pada tahun 2010;
2. Berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi;
3. Calon penerima beasiswa mempunyai prestasi akademik/ kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yang diketahui oleh Kepala Sekolah/ Pimpinan Unit Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kabupaten/Kota. Adapun prestasi akademik/kurikuler yang dimaksud adalah peringkat 25 persen terbaik di kelas, sedangkan prestasi pada kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstrakurikuler minimal peringkat ke-3 di tingkat Kabupaten/Kota dan harus sesuai dengan program studi yang dipilih.
4. Setiap peserta seleksi hanya dapat memilih 2 (dua) program studi yang ada di universitas Brawijaya, sesuai jurusannya.
Pelaksanaan Pendaftaran
* Pendaftaran dilaksanakan secara online melalui: http://selma.brawijaya.ac.id
* Peserta Beasiswa BIDIK MISI wajib mengisi formulir yang ada di web site dan mencetaknya serta melengkapi berkas pendaftaran dan mengirimkannya secara bersama-sama melalui Kepala Sekolah, kepada Panitia BIDIK MISI Universitas Brawijaya selambat-lambatnya hari Sabtu, 27 Maret 2010 (cap pos).
* Tidak dipungut biaya pendaftaran apapun (gratis).
* Macam Formulir Isian Dan Kelengkapannya
Kelengkapan yang wajib dipenuhi oleh setiap peserta seleksi harus sesuai dengan data yang dilampirkan, terdiri dari :
1. Surat pernyataan pendaftaran (dicetak dari web site setelah mengisi formulir).
2. Fotokopi kartu tanda siswa atau yang sejenis sebagai bukti siswa aktif.
3. Fotokopi rapor yang telah dilegalisasi oleh Kepala Sekolah: semester 1 s/d 5 untuk siswa kelas reguler/internasional, dan semester 1 s/d 4 untuk siswa kelas akselerasi, disertai dengan surat keterangan tentang peringkat siswa di kelasnya dan/atau bukti pendukung prestasi lain di bidang kurikuler atau ko-kurikuler yang dilegalisasi oleh Kepala Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas.
4. Fotokopi Kartu Keluarga.
5. Fotokopi Kartu Keluarga Miskin. Bagi yang tidak memiliki kartu keluarga miskin harus menyertakan surat keterangan penghasilan orang tua/wali atau surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Kepala Dusun atau tokoh masyarakat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
6. Fotokopi rekening listrik bulan terakhir (apabila tersedia aliran listrik) dan/atau fotokopi bukti pembayaran PBB dari orang tua/wali.
Berkas yang harus dilengkapi oleh Sekolah/Unit Dikmas:
Surat rekomendasi dari Kepada Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas yang menerangkan bahwa pendaftar adalah siswa berprestasi (seperti dijelaskan dalam bagian persyaratan dan ketentuan poin 3) dengan orang tua/wali tidak mampu secara ekonomi.
Daftar nama siswa (berupa tabel yang terdiri dari Nomor Urut, Nomor Pendaftaran, Nama Lengkap, Tempat dan Tanggal Lahir, yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan distempel cap sekolah) yang mendaftar program beasiswa bidik misi ke UB.
Beasiswa dan Biaya Pendidikan
Pendaftar yang dinyatakan diterima melalui Program Beasiswa Bidik Misi dibebaskan dari segala biaya pendidikan yang berlaku di UB.
Kepada pendaftar yang dinyatakan diterima melalui Program Beasiswa Bidik Misi, Kementerian Pendidikan Nasional akan memberikan Dana Beasiswa dan Biaya Pendidikan sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) per mahasiswa per semester, dengan rincian sebagai berikut:
Dana Beasiswa (biaya hidup) sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp. 700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah) per bulan, tergantung pada indeks harga kemahalan daerah lokasi perguruan tinggi dimana pendaftar diterima.
Sisa dana dialokasikan kepada perguruan tinggi dimana pendaftar diterima sebagai pengganti biaya pendidikan per semester dari yang bersangkutan.
DAFTAR PROGRAM STUDI DAN DAYA TAMPUNG
Daftar Program Studi Lengkap lihat disini
LAIN-LAIN
Berkas pendaftaran harus dikirimkan secara kolektif oleh sekolah dan selambat-lambatnya Sabtu, 27 Maret 2010 (cap pos) sudah diterima Sekretariat Panitia BIDIK MISI Universitas Brawijaya yang beralamat pada :
Kepala Bagian Akademik
Universitas Brawijaya
(Gedung Rektorat Lantai II
Jl. Veteran Malang 65145
Telepon (0341) 575754
Fax (0341) 575813
E-mail: baak@brawijaya.ac.id
http://selma.brawijaya.ac.id
Contoh Surat Permohonan Kerja
Tulungagung, 20 April 2011
Lampiran : 6 Lembar
Hal : Permohonan Pekerjaan
Yth. Bapak / Ibu Direktur RS
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Wahyu Rindi Pratiwi
Tempat, tanggal lahir : Jember, 6 Oktober 1988
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : D3 Kebidanan
Alamat : RT 03 RW I Desa Majan Kecamatan Kedungwaru
Kabupaten Tulungagung
HP : 081 937 821 435 / 0856 4919 5184
Berdasarkan inisiatif saya sendiri yang menyatakan bahwa instansi yang bapak / ibu pimpin membutuhkan tenaga kesehatan (bidan). Dengan ini saya mengajukan permohonan pekerjaan dengan maksud mengisi lowongan tersebut.
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan :
1. Daftar riwayat hidup
2. Fotokopi ijazah terakhir dan transkrip nilai
3. Fotokopi kartu tanda pencari kerja
4. Fotokopi kartu tanda penduduk
5. Fotokopi surat keterangan kelakuan baik
6. Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 1 lembar
Besar harapan saya bila bapak / ibu mempertimbangkan permohonan pekerjaan yang saya ajukan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
WAHYU RINDI PRATIWI
Lampiran : 6 Lembar
Hal : Permohonan Pekerjaan
Yth. Bapak / Ibu Direktur RS
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Wahyu Rindi Pratiwi
Tempat, tanggal lahir : Jember, 6 Oktober 1988
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : D3 Kebidanan
Alamat : RT 03 RW I Desa Majan Kecamatan Kedungwaru
Kabupaten Tulungagung
HP : 081 937 821 435 / 0856 4919 5184
Berdasarkan inisiatif saya sendiri yang menyatakan bahwa instansi yang bapak / ibu pimpin membutuhkan tenaga kesehatan (bidan). Dengan ini saya mengajukan permohonan pekerjaan dengan maksud mengisi lowongan tersebut.
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan :
1. Daftar riwayat hidup
2. Fotokopi ijazah terakhir dan transkrip nilai
3. Fotokopi kartu tanda pencari kerja
4. Fotokopi kartu tanda penduduk
5. Fotokopi surat keterangan kelakuan baik
6. Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 1 lembar
Besar harapan saya bila bapak / ibu mempertimbangkan permohonan pekerjaan yang saya ajukan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
WAHYU RINDI PRATIWI
CONTOH DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Wahyu Rindi Pratiwi
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jember, 6 Oktober 1988
Agama : Islam
Alamat : RT 03 RW I Desa Majan Kecamatan Kedungwaru
Kabupaten Tulungagung
Kebangsaan : Indonesia
Orang tua
Ayah : Djoko Santoso (Almarhun)
Ibu : Ina Sulistiyowati
Pendidikan
1. Tamat TK Dharma Wanita tahun 1994
2. Tamat SDN 1 Besuki tahun 2001
3. Tamat SMPN 1 Besuki tahun 2004
4. Tamat SMAN 1 Durenan Trenggalek tahun 2007
5. Lulus Akademi Kebidanan Medika Wiyata Kediri tahun 2010
Menerangkan dengan sesungguhnya
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya
Tulungagung, 20 April 2011
Pembuat daftar riwayat hidup
WAHYU RINDI PRATIWI
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Wahyu Rindi Pratiwi
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jember, 6 Oktober 1988
Agama : Islam
Alamat : RT 03 RW I Desa Majan Kecamatan Kedungwaru
Kabupaten Tulungagung
Kebangsaan : Indonesia
Orang tua
Ayah : Djoko Santoso (Almarhun)
Ibu : Ina Sulistiyowati
Pendidikan
1. Tamat TK Dharma Wanita tahun 1994
2. Tamat SDN 1 Besuki tahun 2001
3. Tamat SMPN 1 Besuki tahun 2004
4. Tamat SMAN 1 Durenan Trenggalek tahun 2007
5. Lulus Akademi Kebidanan Medika Wiyata Kediri tahun 2010
Menerangkan dengan sesungguhnya
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya
Tulungagung, 20 April 2011
Pembuat daftar riwayat hidup
WAHYU RINDI PRATIWI
Minggu, 24 April 2011
Aktivis
Apa pengertian aktivis??
Orang yang aktif di kampus saja?? Berarti tukang sapu, kan dia aktif nyapu....
Emh...
Apakah anda tahu apa sebenarnya yang dimaksud aktivis???
Orang yang aktif di kampus saja?? Berarti tukang sapu, kan dia aktif nyapu....
Emh...
Apakah anda tahu apa sebenarnya yang dimaksud aktivis???
Masa Lalu
Ada wanita masa lalu yang aneh...
Yang tiba2 muncul lagi...
Hemmm,,,,
Membuatku tersedak
Ingin muntah
PERGILAH KAU..
Haha
Yang tiba2 muncul lagi...
Hemmm,,,,
Membuatku tersedak
Ingin muntah
PERGILAH KAU..
Haha
Jomblo
Malam ini kusendiri...
Weewwww
Sebenarnya sudah biasa sich,,, ):P
Yang tidak biasa adalah bila ada sesuatu yang membebani hati
Ketika kita dekat dengan seorang wanita
Dan rasanya dia memberi sinyal-sinyal...
Hemmm,,,
Apakah harus memaksakan untuk mencintai
Dan memaksa mengungkapkan cinta pada wanita?
T.I.D.A.K.!.!.!
Weewwww
Sebenarnya sudah biasa sich,,, ):P
Ketika kita dekat dengan seorang wanita
Dan rasanya dia memberi sinyal-sinyal...
Hemmm,,,
Apakah harus memaksakan untuk mencintai
Dan memaksa mengungkapkan cinta pada wanita?
T.I.D.A.K.!.!.!
Sabtu, 16 April 2011
Ijinkan BEM FAPERTA Bangun Dari Tidur Panjangnya (2)
"Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda. Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan"
SOE HOK GIE
Berbagai hal yang luar biasa bila kita telah merasakan berkumpul bersama keluarga baru. Mengenal orang-orang didalamnya dan menggali karakter satu sama lain dalam sebuah keakraban. Mencoba mengerti, menjadi pendengar dan memposisikan diri layaknya saudara. Walau hanya dalam hitungan hari kebersamaan itu dimulai namun hati ini telah terlanjur yakin bahwa semua ini tak hanya akan berakhir tanpa apa-apa. Keluarga yang tercipta ini akan saling melengkapi ketika masih ada kekurangan dibalik upaya yang telah diusahakan, Keluarga itu adalah BEM FP.UB 2011 Kabinet suksesBermanfaat!!
Kendati menekankan pada kebersamaan layaknya keluarga, namun BEM sebagai pelaksana fungsi eksekutif haruslah segera berbenah diri memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh mahasiswa FP UB. Melalui departemen-departemen yang ada, pemerataan tugas dan kewajiban dalam pelayanan harus segera dilaksanakan. Walau secara de facto belum disyahkan namun tuntutan dari banyak rekan-rekan mahasiswa agar BEM FP UB segera bergerak menjalankan program kerjanya sudah sangat benyak. Lini-lini yang kokoh yang telah diisi oleh orang-orang berkompeten (klaim) didalamnya memang diharapkan segera menunjukkan kinerjanya dan memang menjadi hal yang wajar bila dipertanyakan : bagaimana birokrasi FP UB terkait mekanisme pelantikan presiden BEM FP UB dan kabinetnya? Lalu mengapa tidak disegerakan dilantik? mengingat suara-suara rakyat sudah bergema menantikan kontribusi nyata penuh karya.
Ijinkan, ijinkan segera BEM FP UB bangun dari tidur panjangnya… Agar semua perubahan yang diharapkan itu mulai menampakkan cercanya, agar kebingungan itu segera terhapuskan. Kepada rekan-rekan mahasiswa yang membaca tulisan ini kiranya semoga mengerti dan memaklumi tentang birokrasi yang masih belum tumbuh dengan baik ini. Dimasa mendatang, kita semua lah yang telah siap berkomitmen untuk perubahan yang akan merombak sistem pelaksanaan yang carut marut (bukan aturan yang baik yang telah ada). Karena memang sejatinya, kulaitas SDM sangat berpengaruh pada kinerja suatu lembaga. Lembaga apapun namanya, apapun visi misinya apabila diisi dengan orang-orang yang amanah dan konkrit dalam bertindak maka suatu lembaga itu akan tumbuh dengan baik dan mempunyai nilai lebih dalam penerimaan di mata masyarakat luas.
Terlepas dari semua itu, sebagai pembawa mandat tiga peran mahasiswa : agent of change, social control dan iron stock maka BEM FP UB mengajak tidak terbatas kepada siapa saja mahasiswa di FP UB untuk turut andil memberikan sumbangsihnya baik berupa saran, kritik maupun gagasan bahkan kesiapsediaan dalam aksi nyata. Bergerak itu lebih baik daripada diam, walau hanya sekedar mengepalkan tangan. Berbicara itu lebih baik daripada diam, walau hanya berteriak “TANI JOYO”. Dan berkontribusi itu adalah yang terbaik, ketimbang mencemooh dan terus mengkritik tanpa memberikan solusi. Teruslah bersama kami, dalam mengawal kebijakan kampus kita tercinta. Jadilah bagian tak terpisahkan dari BEM FP UB, dan kami tidak akan memisahkan diri dari anda sekalian.
SOAL ELASTISITAS
SOAL TAMBAHAN (HITUNG-HITUNGAN)
YOGA SUGAMA 105040113111001
1. Pada saat harga cabai merah Rp 100.000,-/Kg jumlah cabai merah yang ditawarkan 250 Kg, namun ketika harga turun menjadi Rp 50.000,-/Kg jumlah radio yang ditawarkan menjadi 100 Kg. Berapakah elastisitas penawarannya?
A. 2,26 D. 1,26
B. 1,16 E. 3,33
C. 3,26
JAWABAN : D
Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
P/ ½ (P1+P2)
= 150 / ½ (250 + 100)
50 rb / ½ ( 100 rb + 50 rb)
= 0,85 = 1,26
0,67
2. Pada saat harga telur Rp 8.000,-/Kg jumlah telur yang diminta 30 Kg, namun ketika harga turun menjadi Rp 5.000,-/Kg, jumlah telur yang diminta menjadi 50 Kg. Berapakah elastisitas permintaannya?
A. 0,78 D. 1,33
B. – 0,66 E. – 1,33
C. – 0,78
JAWABAN : C
Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
P/ ½ (P1+P2)
= - 20 / ½ (30 + 80)
3000 / ½ ( 5000 + 8000 )
= - 0,36 = - 0,78
0,46
3. Ketika Andi mempunyai pendapatan sebesar Rp 3.000.000,- per bulan, permintaan terhadap kue brownis sebanyak 50 kotak. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 4.500.000,- per bulan, permintaan terhadap kue brownis naik menjadi 80 kotak. Berapa elastisitas pendapatannya?
A. 2 D. 1,27
B. 1,15 E. 1,33
C. 1,25
JAWABAN : B
Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
Y/ ½ (Y1+Y2)
= 30 / ½ (50+80)
1,5 juta / ½ (3 juta + 4,5 juta)
= 0,46 = 1,15
0,4
4. Pada saat harga rempeyek Rp 2.000,-/bungkus jumlah kerupuk yang diminta sebanyak 30 bungkus. Namun ketika harga rempeyek naik menjadi Rp 3.000,-/bungkus jumlah kerupuk yang diminta naik menjadi 50 bungkus. Berapa elastisitas silangnya?
D. 1,25 D. – 1,15
E. 1,15 E. – 1,25
F. 2,25
JAWABAN : A
Ep = X/ ½ (X1 + X2)
Py/ ½ (Py1 + Py2)
= 20 / ½ (30 + 50)
1000 / ½ (2000 + 3000)
= 0,5 = 1,25
0,4
YOGA SUGAMA 105040113111001
1. Pada saat harga cabai merah Rp 100.000,-/Kg jumlah cabai merah yang ditawarkan 250 Kg, namun ketika harga turun menjadi Rp 50.000,-/Kg jumlah radio yang ditawarkan menjadi 100 Kg. Berapakah elastisitas penawarannya?
A. 2,26 D. 1,26
B. 1,16 E. 3,33
C. 3,26
JAWABAN : D
Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
P/ ½ (P1+P2)
= 150 / ½ (250 + 100)
50 rb / ½ ( 100 rb + 50 rb)
= 0,85 = 1,26
0,67
2. Pada saat harga telur Rp 8.000,-/Kg jumlah telur yang diminta 30 Kg, namun ketika harga turun menjadi Rp 5.000,-/Kg, jumlah telur yang diminta menjadi 50 Kg. Berapakah elastisitas permintaannya?
A. 0,78 D. 1,33
B. – 0,66 E. – 1,33
C. – 0,78
JAWABAN : C
Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
P/ ½ (P1+P2)
= - 20 / ½ (30 + 80)
3000 / ½ ( 5000 + 8000 )
= - 0,36 = - 0,78
0,46
3. Ketika Andi mempunyai pendapatan sebesar Rp 3.000.000,- per bulan, permintaan terhadap kue brownis sebanyak 50 kotak. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 4.500.000,- per bulan, permintaan terhadap kue brownis naik menjadi 80 kotak. Berapa elastisitas pendapatannya?
A. 2 D. 1,27
B. 1,15 E. 1,33
C. 1,25
JAWABAN : B
Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
Y/ ½ (Y1+Y2)
= 30 / ½ (50+80)
1,5 juta / ½ (3 juta + 4,5 juta)
= 0,46 = 1,15
0,4
4. Pada saat harga rempeyek Rp 2.000,-/bungkus jumlah kerupuk yang diminta sebanyak 30 bungkus. Namun ketika harga rempeyek naik menjadi Rp 3.000,-/bungkus jumlah kerupuk yang diminta naik menjadi 50 bungkus. Berapa elastisitas silangnya?
D. 1,25 D. – 1,15
E. 1,15 E. – 1,25
F. 2,25
JAWABAN : A
Ep = X/ ½ (X1 + X2)
Py/ ½ (Py1 + Py2)
= 20 / ½ (30 + 50)
1000 / ½ (2000 + 3000)
= 0,5 = 1,25
0,4
SOAL EKONOMI MIKRO
1. Pada saat pendapatan Bu Ida sebesar Rp 2000000,- per bulan, permintaan terhadap minyak goreng sebanyak 5 Kg. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 3000000,- per bulan, permintaan terhadap minyak goring juga naik menjadi 10 Kg. Berapa elastisitas pendapatannya?
a. 1,25 d. 1,68
b. 1,57 e. 1,87
c. 1,77
2. Pada saat harga radio Rp 500.000,- jumlah radio yang ditawarkan 50 buah, ketika harga turun menjadi Rp 250.000,- jumlah radio yang ditawarkan menjadi 30 buah. Berapakah elastisitas penawarannya?
a. 0,75 d. 0,65
b. 0,85 e. 0,15
c. 0,95
3. Perhatikan pernyataan dibawah ini.
I. Kurva berslope negative
II. Kurva berslope positif
III. Kurva tidak berpotongan
IV. Kurva berpotongan
V. Ada pemetaan
VI. Kurva berbentuk cekung
Dari pernyataan di atas manakah yang termasuk ciri-ciri dari curve indifference?
a. I, IV, V d. II, IV, VI
b. II, III, V e. III, V, IV
c. I, III, V
4. Manakah di bawah ini yang merupakan pelaku ekonomi?
a. Rumah tangga, pemerintah, perusahaan
b. Rumah tangga, modal, tenaga kerja
c. Pemerintah, perusahaan, bank
d. Perusahaan, rumah tangga, modal
e. Tenaga kerja, bank, modal
5. Di bawah ini adalah factor yang mempengaruhi permintaan, kecuali:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain yang bersifat substitutif terhadap barang tersebut
c. Tujuan-tujuan perusahaan
d. Pendapatan rumah-tangga atau pendapatan masyarakat
e. Selera seseorang atau masyarakat
6. Jika seorang konsumen memiliki dana Rp 12 untuk membeli dua macam barang yaitu barang A dengan harga Rp. 2/unit dan barang B dengan harga Rp1/unit. Besarnya kepuasan total (TU) maupun kepuasan tambahan (MU) ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Berapakah jumlah barang A dan B yang dapat dibeli oleh konsumen agar kepuasannya maksimum?
a. 6 unit barang A dan 3 unit barang B
b. 3 unit barang A dan 6 unit barang B
c. 5 unit barang A dan 2 unit barang B
d. 2 unit barang A dan 5 unit barang B
e. 3 unit barang A dan 3 unit barang B
7. Hukum yang menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang
input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan adalah hukum:
a. The law of increasing returns
b. The law of decreasing returns
c. The law of deminising returns
d. Kurva Permintaan
e. Kurva Penawaran
8. Kelebihan atau perbedaan kepuasan total ( total utility ) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya untuk memperoleh sejumlaah barang tersebut adalah pengertian dari:
a. Surplus produsen
b. Surplus konsumen
c. Permintaan konsumen
d.Permintaan produsen
e. Penawaran
9. Di bawah ini yang termasuk dalam konsep yang dapat menjawab masalah produsen adalah…
a. Isoquant
b. The law of deminising returns
c. Increasing returns
d. Decreasing returns
e. Produk Marjinal
10. Apabila jumlah barang yang diminta tidak dipengaruhi oleh perubahan harga dan koefisien elastisitasnya adalah 0, maka kurva tersebut termasuk kurva…
a. Inelastis sempurna
b. Elastisitas sempurna
c. Elastisitas tunggal
d. Elastis
e. Inelastis
KUNCI JAWABAN/ PEMBAHASAN
1. Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
Y/ ½ (Y1+Y2)
= 5/1/2 (5+10)
1000000/ ½ ( 2000000+3000000)
= 0,67 = 1,68
0,4
Jawab: D
2. Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
P/ ½ (P1+P2)
= 20/1/2 (50+30)
250000/ ½ ( 500000+250000)
= 0,5 = 0,75
0,67
Jawab: A
3. Cirri-ciri indifference curve adalah sebagai berikut:
I. Kurva berslope negative
II. Kurva tidak berpotongan
III. Ada pemetaan
Jawab: C
4. Jawab: A
5. Jawab: C
6. Syarat kepuasan maksimum :
MUA = PA
MUB PB
MUA = 2
MUB 1
Dari sekian kombinasi, yang memenuhi syarat ada 3 pasangan, yaitu:
a.(MUA = 16 dan MUB = 8)
b.(MUA = 14 dan MUB = 7)
c.(MUA = 12 dan MUB = 6)
Selanjutnya ketiga pasangan ini dihitung sehingga ditemukan kombinasi mana yang paling memuaskan konsumen.
M = PAQA + PBQB
12 = 2 QA + 1 QB
Pasangan 1 (MUA = 16 dan MUB = 8)
(2 x 1) + (1 x 4) = 6
Pasangan 2 (MUA = 14 dan MUB = 7)
(2 x 2) + (1 x 5) = 9
Pasangan 3 (MUA = 12 dan MUB = 6)
(2 x 3) + (1 x 6) = 12
Sehingga dapat diperoleh kombinasi yang paling memuaskan yaitu jika konsumen membeli barang A sebanyak 3 unit dan barang B sebanyak 6 unit yang sesuai dengan uang yang dibelanjakan yaitu Rp 12.
Jawab: B
7. The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang).
Jawab: C
8. Jawab: B
9. Jawab: A
10. a. Inelastis sempurna : koefisien elastisitasnya = 0
b. Elastisitas sempurna : koefisien elastisitasnya = ∞
c. Elastisitas tunggal : koefisien elastisitasnya = 1
d. Elastis : koefisien elastisitasnya = ≥ 1
e. Inelastis : koefisien elastisitasnya = 0-1
Jawab: A
a. 1,25 d. 1,68
b. 1,57 e. 1,87
c. 1,77
2. Pada saat harga radio Rp 500.000,- jumlah radio yang ditawarkan 50 buah, ketika harga turun menjadi Rp 250.000,- jumlah radio yang ditawarkan menjadi 30 buah. Berapakah elastisitas penawarannya?
a. 0,75 d. 0,65
b. 0,85 e. 0,15
c. 0,95
3. Perhatikan pernyataan dibawah ini.
I. Kurva berslope negative
II. Kurva berslope positif
III. Kurva tidak berpotongan
IV. Kurva berpotongan
V. Ada pemetaan
VI. Kurva berbentuk cekung
Dari pernyataan di atas manakah yang termasuk ciri-ciri dari curve indifference?
a. I, IV, V d. II, IV, VI
b. II, III, V e. III, V, IV
c. I, III, V
4. Manakah di bawah ini yang merupakan pelaku ekonomi?
a. Rumah tangga, pemerintah, perusahaan
b. Rumah tangga, modal, tenaga kerja
c. Pemerintah, perusahaan, bank
d. Perusahaan, rumah tangga, modal
e. Tenaga kerja, bank, modal
5. Di bawah ini adalah factor yang mempengaruhi permintaan, kecuali:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain yang bersifat substitutif terhadap barang tersebut
c. Tujuan-tujuan perusahaan
d. Pendapatan rumah-tangga atau pendapatan masyarakat
e. Selera seseorang atau masyarakat
6. Jika seorang konsumen memiliki dana Rp 12 untuk membeli dua macam barang yaitu barang A dengan harga Rp. 2/unit dan barang B dengan harga Rp1/unit. Besarnya kepuasan total (TU) maupun kepuasan tambahan (MU) ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Berapakah jumlah barang A dan B yang dapat dibeli oleh konsumen agar kepuasannya maksimum?
a. 6 unit barang A dan 3 unit barang B
b. 3 unit barang A dan 6 unit barang B
c. 5 unit barang A dan 2 unit barang B
d. 2 unit barang A dan 5 unit barang B
e. 3 unit barang A dan 3 unit barang B
7. Hukum yang menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang
input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan adalah hukum:
a. The law of increasing returns
b. The law of decreasing returns
c. The law of deminising returns
d. Kurva Permintaan
e. Kurva Penawaran
8. Kelebihan atau perbedaan kepuasan total ( total utility ) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya untuk memperoleh sejumlaah barang tersebut adalah pengertian dari:
a. Surplus produsen
b. Surplus konsumen
c. Permintaan konsumen
d.Permintaan produsen
e. Penawaran
9. Di bawah ini yang termasuk dalam konsep yang dapat menjawab masalah produsen adalah…
a. Isoquant
b. The law of deminising returns
c. Increasing returns
d. Decreasing returns
e. Produk Marjinal
10. Apabila jumlah barang yang diminta tidak dipengaruhi oleh perubahan harga dan koefisien elastisitasnya adalah 0, maka kurva tersebut termasuk kurva…
a. Inelastis sempurna
b. Elastisitas sempurna
c. Elastisitas tunggal
d. Elastis
e. Inelastis
KUNCI JAWABAN/ PEMBAHASAN
1. Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
Y/ ½ (Y1+Y2)
= 5/1/2 (5+10)
1000000/ ½ ( 2000000+3000000)
= 0,67 = 1,68
0,4
Jawab: D
2. Ep = Q/ ½ (Q1+Q2)
P/ ½ (P1+P2)
= 20/1/2 (50+30)
250000/ ½ ( 500000+250000)
= 0,5 = 0,75
0,67
Jawab: A
3. Cirri-ciri indifference curve adalah sebagai berikut:
I. Kurva berslope negative
II. Kurva tidak berpotongan
III. Ada pemetaan
Jawab: C
4. Jawab: A
5. Jawab: C
6. Syarat kepuasan maksimum :
MUA = PA
MUB PB
MUA = 2
MUB 1
Dari sekian kombinasi, yang memenuhi syarat ada 3 pasangan, yaitu:
a.(MUA = 16 dan MUB = 8)
b.(MUA = 14 dan MUB = 7)
c.(MUA = 12 dan MUB = 6)
Selanjutnya ketiga pasangan ini dihitung sehingga ditemukan kombinasi mana yang paling memuaskan konsumen.
M = PAQA + PBQB
12 = 2 QA + 1 QB
Pasangan 1 (MUA = 16 dan MUB = 8)
(2 x 1) + (1 x 4) = 6
Pasangan 2 (MUA = 14 dan MUB = 7)
(2 x 2) + (1 x 5) = 9
Pasangan 3 (MUA = 12 dan MUB = 6)
(2 x 3) + (1 x 6) = 12
Sehingga dapat diperoleh kombinasi yang paling memuaskan yaitu jika konsumen membeli barang A sebanyak 3 unit dan barang B sebanyak 6 unit yang sesuai dengan uang yang dibelanjakan yaitu Rp 12.
Jawab: B
7. The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang).
Jawab: C
8. Jawab: B
9. Jawab: A
10. a. Inelastis sempurna : koefisien elastisitasnya = 0
b. Elastisitas sempurna : koefisien elastisitasnya = ∞
c. Elastisitas tunggal : koefisien elastisitasnya = 1
d. Elastis : koefisien elastisitasnya = ≥ 1
e. Inelastis : koefisien elastisitasnya = 0-1
Jawab: A
HAMBATAN KOMUNIKASI
Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/simbol pesan, Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/simbol pesan, Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
Penerapan Blue Ocean
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Program-program pembangunan pertanian yang semakin tidak terarah tujuannya akan menjerumuskan sektor pertanian pada kehancuran. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yaitu hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, dan pendekatan yang sentralistik. Usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha skala kecil, modal yang terbatas, penggunaan teknologi yang masih sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim, dan wilayah pasar lokal. Sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar yang rendah, pasar komoditi pertanian yang sifatnya monopsoni/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tetapi juga dihadapkan pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk pertanian yang mempunyai daya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita apabila menginginkan pertanian menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja, tetapi diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik sehingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat yang mana sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkelanjutan dan desentralistik.
Saat ini diperlukan sebuah inovasi baru dalam pengembangan sistem ekonomi pertanian yang diharapkan mampu menguntungkan semua pihak. Sistem Ekonomi Blue Ocean (SEBO) menjadi pilihan tepat untuk mengatasi permasalah di atas, karena SEBO merupakan sistem ekonomi yang lebih menekankan pada keragaman komoditas perdagangan pada pasar bebas. Sektor pertanian lebih ditekankan pada keragaman jenis tanaman pangan untuk menciptakan kestabilan harga pasar agar tidak terjadi monopoli harga akibat keseragaman jenis tanaman pangan. SEBO juga menerapkan pola ekonomi yang tidak saling merugikan satu sama lain akibat ragam komoditas pasar yang ditawarkan, misalnya pada sebuah pedesaan terdapat lima orang petani yang mana lima orang tersebut menanam satu padi yaitu padi jenis A maka akan menyebabkan persaingan diantara para petani tersebut, sehingga menyebabkan penurunan harga padi jenis A. Dengan adanya SEBO maka mereka dapat meningkatkan harga jual padi karena dengan SEBO akan menimbulkan keberagaman jenis padi sehingga akan muncul jenis padi A, B, C, D dan E.
Dalam penerapan SEBO pada desa pertanian, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan ragam jenis komoditas pertanian yang akan ditanam. SEBO tidak hanya memfokuskan pada satu jenis komoditas pertanian, tetapi apabila tidak bisa sepenuhnya diterapkan masih ada toleransi yaitu berbeda varietas. Sebagai contoh, ketika tidak bisa menanam padi, sawi, jagung, ataupun kedelai maka suatu lahan dapat ditanami padi rojolele, padi R-15, padi pulut pisang, padi musang, ataiupun padi sambung. Hal ini akan membuat keragaman komoditas pertanian makin besar yang berdampak pada harga keseimbangan pasar yang lebih tinggi dari sebelumnya dan tidak hanya terfokus pada satu komoditas pertanian. Hal lain yang berbeda dari sistem ekonomi sebelumnya adalah SEBO menjadikan keragaman komoditas pertanian untuk saling melengkapi satu sama lain dan tidak saling bersaing untuk memenangkan harga tertinggi pada keseimbangan harga pasar. Dari sistem pertanian itu dapat menimbulkan strategi yang mampu mengubah pola pikir petani yang dahulu hanya memikirkan jual dan beli.
1.2. Rumusan Masalah
Makalah ini ini berisi beberapa rumusan masalah seperti :
1. Apa saja permasalahan pertanian di Indonesia saat ini?
2. Bagaimana penerapan sistem ekonomi Blue Ocean dalam bidang pertanian?
3. Bagaimana penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada tanaman padi dan sayur?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Kondisi pertanian di Indonesia saat ini,
2. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean dalam bidang pertanian,
3. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada tanaman padi dan sayur.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Dengan adanya tulisan ini, pemerintah dapat mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi pertanian saat ini. Sehingga, pemerintah dapat membuat program kerja untuk memperbaiki sistem pertanian di Indonesia dengan sistem ekonomi Blue Ocean. Pemerintah dapat menelaah permasalahan sistem ekonomi petani yang masih buruk sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan dan peraturan demi mensejahterakan masyarakat petani di Indonesia. Komoditas pangan yang identik dengan komoditas politik harus dijaga ketahanannya untuk mewujudkan Negara mandiri dan swasesmbada, di makalah ini ada banyak masukan mengenai strategi pemasaran tanaman padi dan sayur sebagai komoditas pertanian yang paling penting.
2. Bagi Petani
Petani dapat memperbaiki sistem pertanian masih belum sepenuhnya bagus dalam penerapan sistem ekonomi pemasaran dan penentuan jenis komoditas yang ingin dihasilkan dengan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean. Petani juga dapat membandingkan sistem ekonomi lama dengan sistem ekonomi Blue Ocean agar terjadi suatu perbandingan nyata yang bisa dirasakan oleh petani. Di makalah ini lebih dispesifikkan pada tanaman padi dan sayur dimana sebagian besar petani di Indonesia bergerak pada bidang tersebut. Pada sektor komoditas pangan tersebut petani dapat benar-benar memperbaiki sistem perekonomian pemasaran dengan strategi yang sangat baik.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil tulisan makalah ini dapat dijadikan referensi dalam mempelajari pemasaran hasil pertanian dan ekonomi pertanian. Mahasiswa juga dapat memahami permasalahan yang ada pada petani di Indonesia dan harapannya dengan adanya hasil tulisan makalah ini mampu mengantarkan pada suatu pemikiran mahasiswa dalam bentuk solusi penanganan permasalahan petani di Indonesia. Dalam pembahasan tanaman pangan yang difokuskan pada tanaman padi dan tanaman sayur sebagai komoditas penting dalam bidang pangan dapat dipelajari konsep-konsep strategi ketahanan pangan dan program menuju pada swasembada pangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Petani
Wicak (2000) berpendapat bahwa petani adalah kata yang tidak asing ditelinga kita identik dengan kemiskinan dan level bawah. Kaum yang berprofesi dengan menanam tanaman pangan di lahan, baik itu lahannya sendiri ataupun di lahan orang yang bukan milik sendiri dengan hak milik orang lain populasi terbanyak ada di daerah pedesaan yang lahan pertaniannya masih relatif luas. Isu penderitaan petani biasanya dijual oleh LSM untuk mendapatkan keuntungan lagi. Isu para petani biasanya muncul saat pemilu akan diadakan, karena negeri ini banyak dihuni oleh para petani sebagai ajang memperebutkan suara untuk meraih kursi di dewan yang tidak lagi terhormat seperti yang sering kita lihat pada kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat.
2.2 Definisi Pemasaran
Pengertian pemasaran Menurut WY. Stanton (2001) pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Menurut H. Nystrom (1998) mengatakan pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
Menurut Philip dan Duncan (1995) pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.
Pengertian pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing Association adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
2.3 Definisi Tengkulak
Soerjono Soekanto (1998) mengatakan tengkulak berarti seseorang yang membeli semuanya (seluruhnya) dengan membeli banyak-banyak. Tengkulak juga seorang pedagang perantara (yg membeli hasil bumi dsb dari petani atau pemilik pertama), peraih harga beli yang umumnya lebih rendah daripada harga pasar.
Mubyarto (1989) mengatakan bahwa tengkulak bukan hanya menjadi monster bagi para petani, tetapi juga merupakan salah satu stabilisator harga terhadap suatu komoditas.
Sudiyono (2004) mengatakan bahwa engkulak merupakan lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.
2.4 Definisi Pasar Monopoli
Menurut Paul A. Samuelson (1995 p. 193-194) ,pasar Monopoli adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya seorang produsen tunggal. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopolis tidak ada barang substitusinya. Adanya ketidaksempurnaan atau tingginya hambatan di dalam memperoleh informasi tentang produk seperti harga dan kualitas. Perusahaan monopolis bebas untuk menentukan jumpah output dan harga produk kapan saja. Perusahaan monopolis bisa mendapatkan keuntungan di atas keuntungan normal dalam jangka panjang.
Persaingan monopoli, adalah struktur pasar yang ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap individu tersebut (Pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut. Perusahaan-perusahaan tidak mampu untuk melakukan diffrensiasi produk atau produk homogen. Para pembeli dan penjual secara individual hanya bertindak sebagai penerima harga ( Price taker ). Informasi tentang harga dan kualitas produk itu sempurna dan setiap perusahaan bisa dengan mudah mendapatkannya. Pada pasar ini tidak adanya hambatan untuk masuk atau keluar.
2.5 Definisi Sistem Ekonomi Blue Ocean
Blue Ocean strategy merupakan strategi yang berfokus pada: penciptaan pasar baru (yang bahkan sama sekali tidak dilirik oleh kompetitor), penciptaan nilai baru pada produk, penciptaan dan yang paling penting adalah membuat kompetisi menjadi tidak relevan (Khairul Ummah : 2006)
Blue ocean adalah sebuah teknik agar perusahaan dapat menciptakan ruang pasar baru yang belum terjelajahi (belum ada pesainganya) dengan memperluas batasan-batasan industri yang sudah ada sehingga kompetisi tidak relevan lagi karena aturan permainannya baru diciptakan (W. Chan Kim dan Renee Mauborgne : 2001)
Chan Kim (2006) mengatakan Blue ocean dapat disamakan dengan istilah value innovation. Yaitu bagaimana kita menemukan blue ocean (istilah yang artinya keluar dari kancah persaingan berdarah darah produk dengan menonjolkan keunikan dan memenuhi kebutuhan spesifik yang belum dilayani secara benar oleh pemain lain yang ada di pasar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Permasalahan Pertanian di Indonesia
Sifat khas petani Indonesia adalah menanam tanaman budidaya pada musim yang sama dan dengan jenis tanaman yang sama pula. Cara-cara bercocok tanam dan penentuan jenis tanaman yang dipilih berbeda dengan yang dilakukan oleh petani di masa yang lalu, karena rupanya kebudayaan dalam sistem pertanian masih melekat sehingga tradisi bercocok tanam yang telah ada terus dilestarikan seiring dengan perubahan jaman dari tradisional ke modern dan adanya perubahan iklim global yang menyebabkan kondisi cuaca dan iklim tidak dapat diprediksi. Selain faktor kebudayaan, cara berpikir petani yang belum sepenuhnya berorientasi pada bisnis menjadi penghambat dalam revitalisasi pengembangan pertanian. Contoh kasusnya adalah petani pembudidaya tanaman pangan diluar musim masih sangat jarang padahal menanam tanaman pangan diluar musim menghindari terjadinya kelebihan pasokan komoditas produksi pangan yang akhirnya membuat harga beli jatuh. Justru dengan sistem menanam tanaman diluar musim akan menyebabkan harga beli naik, akibat pasokan diluar musim jumlahnya terbatas dan permintaan akan komoditas pangan itu tidak terbatas. Jelas sekali bahwa cara berpikir petani sangat penting dalam pola pikir agribisnis.
Dalam mengatasi permasalan sistem pertanian dan manajemen pemasaran yang masih buruk itu benar-benar segera diperlukan suatu terobosan baru untuk menciptakan perubahan yang signifikan demi kesejahteraan petani. Pada tanaman pangan yakni komoditas tanaman padi dan sayur mayur dimana dua komoditas tersebut erat sekali dengan sebutan tanaman pangan. Tanaman pangan adalah komoditas yang permintaan skala nasional tinggi namun harga jualnya masih begitu rendah sehingga pada kasus tanaman padi dan tanaman sayur secara khusus harus dibangun dengan pengembangannya harus secara menyeluruh mengena pada metode pemasaran dan sistem pertaniannya. Metode penggunaan lahan pertanian untuk komoditas seragam dalam musim yang sama serta dalam jumlah yang sangat besar hanya akan membuat pasokan melampaui kebutuhan nasional sehingga harga jatuh dan panen raya komoditas tanaman pangan justru akan menjadi suatu permainan monopoli tengkulak. Tengkulak pun akan membeli harga dibawah harga dasar ketetapan pemerintah ketika jumlah komoditas yang dihasilkan sangat banyak.
Gambar 1. Diagram permasalahan sektor pertanian
Tanaman sejenis yang ditanam bersamaan pada satu musim terkadang menguntungkan bangsa kita, karena itu akan membawa Negara kita pada swasembada pangan dan menjamin keberlangsungan ketahanan pangan. Kebutuhan komoditas pangan tidak hanya diminta konsumen dalam negeri, sehingga Indonesia dapat meng-ekspor produksi pangan ke luar negeri dengan harga jual yang lebih tinggi dari pasaran dalam negeri. Pemasaran hasil produksi yang merata ke seluruh kawasan nasional akan menghindarkan bencana rawan gizi, kelaparan atau bahkan penyakit busung lapar. Busung lapar pernah menyerang masyarakat dan balita di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2004 seperti ditunjukkan pada gambar 2dimana pada saat itu Negara kita sedang menikmati masa panen yang melimpah di Jawa, Sumatera dan sebagian daerah di Kalimantan. Pemasaran produksi pertanian yang belum merata menyebabkan ketersediaan komoditas pangan di NTT langka pada saat itu sehingga harga jual komoditas pangan tinggi sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat.
.
Gambar 2. Balita yang terserang busung lapar di NTT
Setelah panen raya komoditas pangan semusim terjadi, selanjutnya yang akan terjadi adalah jatuhnya harga komoditas pangan tersebut. Dapat dicontohkan dengan adanya panen raya padi, ketika pasokan melimpah dan pemerintah tidak mampu membeli seluruh pasokan yang melebihi kebutuhan pangan nasional sebagai wujud penstabilan harga pasar maka tengkulak akan memonopoli harga bahkan seringkali harga padi dibeli dibawah harga bawah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal inilah yang selalu terjadi ketika datangnya musim panen dan petani tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena setelah panen yang berperan adalah para tengkulak dalam proses pembentukan harga pasar. Bila petani harus mendistribusikan secara langsung hasil panennya kepada konsumen itu terlalu sulit dan berbelit-belit karena berarti petani akan mengambil peran sebagi produsen skala kecil sekaligus sebagai distributor produksinya sendiri. Untuk menjadi produsen skala kecil saja seringkali masih kebingungan dalam menghadapi persoalan produksi, apalagi jika harus bergerak juga dalam distribusi.
Ketidakstabilan harga di pasaran akan merusak keseimbangan harga pasar yang telah ada sebelumnya. Pada musim panen padi, bertambah sedikit saja pasokan akibat panen raya akan membuat harga di pasaran berubah dengan begitu cepat. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan skala nasional yang jumlah permintaannya tidak terbatas setiap harinya. Jadi pada musim-musim panen dan musim di luar panen harga beras dapat naik dan turun pada setiap hari, tergantung dari seberapa besar pasokan yang ada dalam mencukupi permintaan pasar. Namun jika yang terjadi adalah stok terlalu melampaui permintaan rata-rata setiap harinya, maka harga jual beras akan turun. Biasanya ketika harga beras naik, pemerintah hanya akan mengambil suatu kebijakan pelaksanaan operasi pasar dengan menjual beras murah kepada masyarakat seperti tampak pada gambar 3 dimana terjadi operasi pasar di kabupaten Jember pada agustus 2010. Namun hal tersebut tidak begitu efektif, karena naik turunnya harga beras dan komoditas pangan lainnya akan terus terjadi tatkala jenis tanaman ditanam pada musim yang sama dan terjadi penen raya sehingga pada musim diluar panen harga akan naik drastis. Fenomena naik turunnya harga beras ini menunjukkan bahwa manajemen dalam bidang tanaman pangan sulit dikendalikan dan peredarannya masih belum bisa sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah. Padahal tugas pemerintah adalah sebagai pengatur kestabilan dan ketahanan pangan dengan segala kebijakannya dan peraturan-peraturan yang ada.
Gambar 3. Operasi beras di Jember bulan agustus 2010
3.2. Penerapan Sistem Ekonomi Blue Ocean pada Bidang Pertanian
Sistem ekonomi Blue Ocean dalam bidang pertanian menekankan pada penciptaan keberagaman komoditas untuk mensiasati berlebihnya panen raya satu komoditas yang sangat rentan dimonopoli harganya oleh tengkulak dan menciptakan keberagaman jenis tanaman dari sistem penanaman yang sebelumnya seragam. Blue Ocean diterapkan pada bidang pertanian dengan menciptakan keberagaman jenis tanaman pangan yang ditanam, kemudian menjadikan keberagaman itu sebagai produk yang akan dijual di pasar untuk saling melengkapi satu sama lain. Pada sistem tanaman sejenis keberadaan produksi pangan lainnya justru akan menjadi masalah dalam persaingan penjualan. Namun dengan sistem ekonomi Blue Ocean justru sebaliknya yang akan terjadi, setiap komoditas pertanian yang dihasilkan akan saling melengkapi kebutuhan konsumen dan akan menstabilkan harga pasaran dengan pasokan produk pertanian yang tidak melimpah namun mampu mencukupi dengan berbagai jenis hasil produksi komoditas tanaman pangan.
Menciptakan suatu sistem diatas sistem perekonomian petani yang sudah terlebih dahulu ada sangatlah sulit. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean tidak bisa dilakukan serta merta begitu saja, terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah memberikan wawasan penyuluhan kepada petani mengenai dampak buruk sistem ekonomi yang lama dengan mempertahankan penciptaan komoditas tanaman pangan sama di musim yang sama pula. Sehingga maksud dan tujuan gagasan bisa diterima terlebih dahulu oleh petani pedesaan. Penyampaian informasi kepada petani haruslah obyektif dan benar-benar berdasarkan data pengamatan ilmiah dalam pelaksanaan sistem ekonomi Blue Ocean.
Gambar 4. Diagram penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada bidang pertanian
Pemilihan jenis tanaman yang hendak ditanam dan menyesuaikan dengan keadaan lahan. Cuaca dan ketersediaan sarana produksi haruslah dipikirkan. Agar pelaksanaan sistem ekonomi Blue Ocean tidak terkesan asala-asalan saja. Misalnya, pada suatu area tertentu lahan persawahan dari yang dulunya ditanami padi jenis A kini menjadi di Tanami padi jenis A, B, C, D, dan E. Hal itulah yang berbeda dari sistem bercocok tanam lama, dalam proses pemikiran ekonomi pemasaran komoditas pertanian setelah musim panen hal ini akan sangat menguntungkan bagi petani. Jelas sekali dikatakan dalam hukum penawaran jika barang yang ditawarkan sedikit maka harga akan naik. Kemudian keberagaman komoditas yang ada akan memenuhi seluruh kebutuhan konsumen akan beragam jenis produk pangan.
Gambar 5. Lahan perkebunan semusim dan persawahan padi adalah contoh penanaman tanaman sejenis di musim yang sama dalam jumlah yang besar
Produk pangan beragam jenis yang berhasi diproduksi tidak akan dipersaingkan dalam pasar perdagangan bebas, namun adanya justru untuk saling melengkapi satu sama lain. Contohnya jika pada suatu pasar hanya dijual beras maka disana yang akan terjadi adalah persaingan dalam penjualan harga beras. Hal itu akan berbeda jika di pasar itu dijual beras, telur, sayur mayur dan bumbu dapur maka yang akan terjadi adalah keberagaman komoditas pangan tersebut akan saling melengkapi kebutuhan pangan konsumen yang tak terbatas. Sistem ekonomi Blue Ocean tidak menekankan untuk fokus pada satu jenis tanaman saja dan pada musim tertentu saja, namun sangat menekankan pada penciptaan beragam produksi pangan diluar musim untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menstabilkan harga di pasar.
Gambar 6. Contoh hasil komoditas pertanian yang beragam
Setelah segala pelaksanaan sistem ekonomi Blue Ocean selanjutnya adalah penguatan manajemem pemasaran kepada petani. Sistem ekonomi Blue Ocean menekankan untuk memperkecil peranan tengkulak, sehingga petani sebagai produsen skala kecil dapat membentuk suatu pasar di wilayahnya dengan bekerjasama dengan petani lainnya dalam menciptakan keberagaman produksi komoditas pangan. Melakukan transaksi dengan konsumen skala kecil secara kecil lebih baik daripada harus menjual kepada tengkulak dengan banyak resiko yang harus diambil mulai dari sistem pembelian dihutang terlebih dahulu hingga sistem monopoli harga dengan membeli dibawah harga dasar ketetapan pemerintah. Pengelolaan keuangan yang baik harus dilakukan untuk menjami keberlangsungan usaha tani selanjutnya. Pemasaran yang baik adalah bagaimana memperkenalkan produk yang ditawarkan dan memasyarakatkan pasar tempat transaksi jual beli itu terjadi. Harga jual untuk mendapatkan besaran keuntungan harus disesuaikan dengan harga jual maksimal yang telah diatur oleh Pemerintah agar tidak saling mematikan produsen lain karena komoditas pertanian sangat rawan terjadi persaingan. Mengingat permintaannya yang semakin besar dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Kelemahan sistem ekonomi Blue Ocean pada bidang pertanian secara umum adalah penerapannya harus menyesuaikan dengan keadaan lahan dan jenis komoditas yang dipilih. Contohnya pada area persawahan yang tanahnya berlumpur, tentu tidak akan bisa dipaksakan menanam padi, tomat, jagung dan cabai pada saat itu. Yang bisa dilakukan adalah menanam padi namun dengan jenis yang berbeda. Selain itu Blue Ocean adalah strategi ekonomi terbaru pada saat ini sehingga nsure ure yang berisi makalah dan laporan percobaan penerapan pada bidang pertanian masih jarang dijumpai. Blue Ocean akan sulit diterima oleh kalangan petani karena mereka telah terbiasa dengan sistem yang lama, untuk mengubah dari sistem pertanian lama menuju sistem pertanian baru tidak bisa dilakukan serta merta begitu saja. Namun apabila petani mampu berpikir secara ekonomi dan membandingkan sistem lama dengan Blue Ocean hal itu akan mempermudah pengenalan dan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean.
3.2. Penerapan Sistem Ekonomi Blue Ocean pada Tanaman Padi dan Sayur
Kebutuhan pangan lokal, regional, nasional hingga internasional sungguh sangat besar, sehingga kebutuhan pangan nasional memiliki kurva permintaan yang sangat tinggi. Untuk menjaga keberlangsungan pasokan perlu adanya suatu program pembangunan dan pengembangan sektor pertanian dalam hal ini untuk memperkuat ketahanan pangan. Ketahanan pangan akan tercipta ketika terjadi keseimbangan antara semua komponen bahan pokok komoditas pangan dari jumlah, harga maupun kualitas produknya. Sehingga program pemerintah saat ini yang belum sepenuhnya mengarah pada revitalisasi sektor pertanian harus digenjot dengan pembangunan pertanian skala kecil, yakni pengembangan sistem ekonomi pemasaran dan strategi pertanian yang tepat. Salah satu strategi yang baik adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Blue Ocean karena pada saat ini yang terjadi adalah suatu lahan yang luas hanya ditanami tanaman sejenis setiap musim berganti. Padahal unsur hara tanah yang terus menerus diserap tanaman bisa berkurang dan ketika sudah habis maka keadaan tanah tidak akan subur.
Gambar 7. Diagram pelaksanaan penerapan SEBO pada tanaman padi dan sayur
Penerapan pada tanaman padi dan sayur adalah hal yang harus dilakukan, kerena komoditas pangan didominasi oleh komoditas tanaman padi dan sayur. Jika kedua komoditas itu mampu diolah dengan baik, dikelola dengan strategi pemasaran yang baik dan dipasarkan dengan tepat maka hal itu akan membawa dampak positif bagi perekonomian petani. Namun pada kenyataan saat ini yang dilakukan petani adalah menanam tanaman sejenis pada musim yang sama dan dalam jumlah yang besar. Alasan petani hingga saat ini belum berani mencoba membuat keberagaman tanaman pada lahan pertaniannya adalah faktor hama. Semakin beragam suatu tanaman yang ditanam maka jenis hama yang akan menyerang akan semakin banyak. Hal inilah yang sering membuat petani ketakutan sebelum mencoba. Padahal sebenarnya jumlah hama itu tetap, yang semakin banyak hanyalah jenis. Bertambahnya jenis hama tidak dapat disama artikan dengan bertambahnya jumlah hama dan untuk menciptakan suatu keseimbangan ekosistem harus ada hewan arthropoda sebagai hama pada tanaman. Jika keragaman ekosistem hilang maka yang akan terjadi adalah ketidakseimbangan yang membuat jumlah predator maupun parasitoid bertambah banyak.
Keanekaragaman jenis padi dan sayur di Indonesia dari persamaan dalam hal cara tanam, kemampuan adaptasi terhadap suhu dan penyiraman, kondisi tanah yang mampu ditumbuhi dan karakteristik sifat hidup yang hampir sama harus dimanfaatkan dalam penciptaan berbagai jenis komoditas pangan dalam suatu area lahan pertanian. Tidak harus dengan memaksakan satu area lahan perseorangan, tapi lebih baiknya dengan mengumpulkan banyak petani dalam Gapoktan dan membagi tugas penanaman agar tanaman padi dan sayur sebagai dua komoditas paling berpengaruh dalam bidang pangan itu mampu memiliki daya jual tinggi oleh sebab keberagaman yang tercipta. Macam dan ragam tanaman padi adalah Padi Sawah IR36, Membramo, Cilamaya Muncul, Maros, Digul, Padi baru Cimelati, Gilirang, Ciapus, Fatmawati, Padi Hibrida Maro, Rokan, Hipa 1-8 Ceva Pioneer, Padi ketan Lusi, Ketongo, Setail, Ciasem dan Beras Merah. Untuk sayuran yang bisa ditanam bersamaan contohnya adalah tomat, wortel, bunga kol, buncis, bayam, sawi, kubis, terong, seledri, selada kriting, selada krop, mentimun, pare, pakcoy, kangkung, kacang panjang dan bawang merah maupun bawang putih.
Untuk jenis lahan yang dipakai, pada tanaman padi adalah persawahan milik petani dan untuk tanaman sayur adalah pada lahan kebun sayur milik petani sayuran. Tidak menutup kemungkinan sistem ini bisa diterapkan pada area perkebunan teh karena faktor kelembaban, suhu, radiasi matahari dan kondisi tanahnya sama seperti lahan kebun sayur. Jika perkebunan teh yang luas bisa ditambahkan dengan tanaman sayur maka jelas sekali nilai ekonomis yang didapat akan bertambah dengan seiring bertambahnya jumlah tanaman yanga ada dan beragam jenisnya. Pada intinya semua sistem ini hanya menciptakan keberagaman dari awalnya keseragaman untuk mengangkat nilai ekonomis yang lebih baik, sehingga peran dan pemahaman dari petani lah yang terpenting untuk pelaksanaannya.
Kelemahan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada tanaman diatas adalah hama yang akan semakin beragam mengikuti arah keberagaman jenis tanaman yang ada. Namun dapat diatasi dengan pembagian tugas tanam melalui Gapoktan, sehingga keberagaman akan tetap tercipta dan memperkecil adanya hama karena luasan satu luasan lahan tidak langsung ditanami berbagai jenis tanaman. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean dimata petani akan sangat dilihat dari sudut pandang yang buruk mengenai hama yang akan timbul, namun sebenarnya hama yang timbul akibat metode tanam sistem ekonomi Blue Ocean sama jumlahnya seperti penanaman sebelumnya. Karena pada intinya, hama dapat dicegah dan keberadaan hama untuk menciptakan keseimbangan ekosistem sangat penting.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada sektor pertanian di Indonesia titik lemah pembangunannya adalah pada sistem ekonomi pertanian yang diterapkan dimana masih sering terjadi tengkulak sebagai distributor membeli komoditas pertanian kepada petani sebagai produsen skala kecil dengan harga dibawah harga dasar yang telah ditetapkan pemerintah dan seringkali memonopoli harga ketika produksi petani melimpah. Sesuai dengan primsip ekonomi ”ketika jumlah barang banyak maka harga akan turun” walaupun seharusnya harga pada keseimbangan pasar tidak harus turun.
Dengan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean diharapkan permasalahan yang terlatak pada sistem ekonomi khususnya pemasaran komoditas pertanian mampu teratasi dengan menciptakan keberagaman komoditas pertanian yang kemudian saling melengkapi satu sama lainnya sehingga hasil tidak hanya fokus pada satu atau dua komoditas saja tetapi juga pada beberapa komoditas pertanian untuk menghindari panen melimpah melampaui kebutuhan.
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah dalam menginformasikan harga bawah komoditas pertanian harus menjangkau hingga lapisan bawah (petani kecil) untuk menjamin keterbukaan informasi sehingga mampu memperkecil terjadinya monopoli harga. Dalam penentuan kebijakan strategis, pemerintah harus bercermin dari keadaan sosial ekonomi petani di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencahariaan sebagai petani dan komoditas pertanian sebagai komoditas politik dengan kebijakan subsidi harus benar-benar dijaga dengan baik agar rakyat keci lah yang mendapatkan subsidi sembako bukan justru mereka kalangan tengkulak untuk kemudian dibeli dan dijual lagi.
2. Bagi Petani
Sistem ekonomi Blue Ocean jika diterapkan pada sektor pertanian skala kecil maupun skala besar akan mengurangi terjadinya stok diluar kapasitas sehingga menyebabkan harga turun. SEBO justru menekankan pada penyeimbangan pasokan produksi pertanian yang beragam untuk saling melengkapi satu sama lain dalam penciptaan harga keseimbangan pasar sempurna.
3. Bagi Mahasiswa
Masih banyak permasalahan lain di Indonesia selain pada sektor ekonomi pertanian terutama pemasaran hasil pertanian. Pada sektor penyediaan sarana produksi dan sektor kelembagaan sosial yang buruk contohnya, sampai saat ini masih belum teratasi dengan baik. Klaim mahasiswa sebagai masyarakat ilmiah harus dibuktikan dengan memberikan kontribusi atas banyaknya permasalahan pertanian lainnya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous (2009). Pembangunan Pertanian Indonesia. http://hulondhalo.com/2009/07/sebuah-ikhtiar-pembangunan-pertanian-indonesia. (Tanggal akses: 19 Desember 2010)
Anonimous (2009). Blue Ocean Strategy. http://www.blueoceanstrategy.com/ . (Tanggal akses: 19 Desember 2010)
Anonimous (2010). Definisi Petani. http://definisi.net/story.php?title=petani (Tanggal akses : 20 Desember 2010)
Anonimous (2009). Tengkulak dan Monopoli. http://artikata.com/translate.php (Tanggal akses : 20 Desember 2010)
Anonimous (2009). Petani Indonesia. http://putracenter.com/tag/definisi-monopoli (Tanggal akses : 20 Desember 2010)
Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Nasution, S.H., H.B Tarmizi, dan Syahril M.M. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Medan: USU Press
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Program-program pembangunan pertanian yang semakin tidak terarah tujuannya akan menjerumuskan sektor pertanian pada kehancuran. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yaitu hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, dan pendekatan yang sentralistik. Usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha skala kecil, modal yang terbatas, penggunaan teknologi yang masih sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim, dan wilayah pasar lokal. Sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar yang rendah, pasar komoditi pertanian yang sifatnya monopsoni/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tetapi juga dihadapkan pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk pertanian yang mempunyai daya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita apabila menginginkan pertanian menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja, tetapi diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik sehingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat yang mana sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkelanjutan dan desentralistik.
Saat ini diperlukan sebuah inovasi baru dalam pengembangan sistem ekonomi pertanian yang diharapkan mampu menguntungkan semua pihak. Sistem Ekonomi Blue Ocean (SEBO) menjadi pilihan tepat untuk mengatasi permasalah di atas, karena SEBO merupakan sistem ekonomi yang lebih menekankan pada keragaman komoditas perdagangan pada pasar bebas. Sektor pertanian lebih ditekankan pada keragaman jenis tanaman pangan untuk menciptakan kestabilan harga pasar agar tidak terjadi monopoli harga akibat keseragaman jenis tanaman pangan. SEBO juga menerapkan pola ekonomi yang tidak saling merugikan satu sama lain akibat ragam komoditas pasar yang ditawarkan, misalnya pada sebuah pedesaan terdapat lima orang petani yang mana lima orang tersebut menanam satu padi yaitu padi jenis A maka akan menyebabkan persaingan diantara para petani tersebut, sehingga menyebabkan penurunan harga padi jenis A. Dengan adanya SEBO maka mereka dapat meningkatkan harga jual padi karena dengan SEBO akan menimbulkan keberagaman jenis padi sehingga akan muncul jenis padi A, B, C, D dan E.
Dalam penerapan SEBO pada desa pertanian, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan ragam jenis komoditas pertanian yang akan ditanam. SEBO tidak hanya memfokuskan pada satu jenis komoditas pertanian, tetapi apabila tidak bisa sepenuhnya diterapkan masih ada toleransi yaitu berbeda varietas. Sebagai contoh, ketika tidak bisa menanam padi, sawi, jagung, ataupun kedelai maka suatu lahan dapat ditanami padi rojolele, padi R-15, padi pulut pisang, padi musang, ataiupun padi sambung. Hal ini akan membuat keragaman komoditas pertanian makin besar yang berdampak pada harga keseimbangan pasar yang lebih tinggi dari sebelumnya dan tidak hanya terfokus pada satu komoditas pertanian. Hal lain yang berbeda dari sistem ekonomi sebelumnya adalah SEBO menjadikan keragaman komoditas pertanian untuk saling melengkapi satu sama lain dan tidak saling bersaing untuk memenangkan harga tertinggi pada keseimbangan harga pasar. Dari sistem pertanian itu dapat menimbulkan strategi yang mampu mengubah pola pikir petani yang dahulu hanya memikirkan jual dan beli.
1.2. Rumusan Masalah
Makalah ini ini berisi beberapa rumusan masalah seperti :
1. Apa saja permasalahan pertanian di Indonesia saat ini?
2. Bagaimana penerapan sistem ekonomi Blue Ocean dalam bidang pertanian?
3. Bagaimana penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada tanaman padi dan sayur?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Kondisi pertanian di Indonesia saat ini,
2. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean dalam bidang pertanian,
3. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada tanaman padi dan sayur.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Dengan adanya tulisan ini, pemerintah dapat mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi pertanian saat ini. Sehingga, pemerintah dapat membuat program kerja untuk memperbaiki sistem pertanian di Indonesia dengan sistem ekonomi Blue Ocean. Pemerintah dapat menelaah permasalahan sistem ekonomi petani yang masih buruk sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan dan peraturan demi mensejahterakan masyarakat petani di Indonesia. Komoditas pangan yang identik dengan komoditas politik harus dijaga ketahanannya untuk mewujudkan Negara mandiri dan swasesmbada, di makalah ini ada banyak masukan mengenai strategi pemasaran tanaman padi dan sayur sebagai komoditas pertanian yang paling penting.
2. Bagi Petani
Petani dapat memperbaiki sistem pertanian masih belum sepenuhnya bagus dalam penerapan sistem ekonomi pemasaran dan penentuan jenis komoditas yang ingin dihasilkan dengan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean. Petani juga dapat membandingkan sistem ekonomi lama dengan sistem ekonomi Blue Ocean agar terjadi suatu perbandingan nyata yang bisa dirasakan oleh petani. Di makalah ini lebih dispesifikkan pada tanaman padi dan sayur dimana sebagian besar petani di Indonesia bergerak pada bidang tersebut. Pada sektor komoditas pangan tersebut petani dapat benar-benar memperbaiki sistem perekonomian pemasaran dengan strategi yang sangat baik.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil tulisan makalah ini dapat dijadikan referensi dalam mempelajari pemasaran hasil pertanian dan ekonomi pertanian. Mahasiswa juga dapat memahami permasalahan yang ada pada petani di Indonesia dan harapannya dengan adanya hasil tulisan makalah ini mampu mengantarkan pada suatu pemikiran mahasiswa dalam bentuk solusi penanganan permasalahan petani di Indonesia. Dalam pembahasan tanaman pangan yang difokuskan pada tanaman padi dan tanaman sayur sebagai komoditas penting dalam bidang pangan dapat dipelajari konsep-konsep strategi ketahanan pangan dan program menuju pada swasembada pangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Petani
Wicak (2000) berpendapat bahwa petani adalah kata yang tidak asing ditelinga kita identik dengan kemiskinan dan level bawah. Kaum yang berprofesi dengan menanam tanaman pangan di lahan, baik itu lahannya sendiri ataupun di lahan orang yang bukan milik sendiri dengan hak milik orang lain populasi terbanyak ada di daerah pedesaan yang lahan pertaniannya masih relatif luas. Isu penderitaan petani biasanya dijual oleh LSM untuk mendapatkan keuntungan lagi. Isu para petani biasanya muncul saat pemilu akan diadakan, karena negeri ini banyak dihuni oleh para petani sebagai ajang memperebutkan suara untuk meraih kursi di dewan yang tidak lagi terhormat seperti yang sering kita lihat pada kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat.
2.2 Definisi Pemasaran
Pengertian pemasaran Menurut WY. Stanton (2001) pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Menurut H. Nystrom (1998) mengatakan pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
Menurut Philip dan Duncan (1995) pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.
Pengertian pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing Association adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
2.3 Definisi Tengkulak
Soerjono Soekanto (1998) mengatakan tengkulak berarti seseorang yang membeli semuanya (seluruhnya) dengan membeli banyak-banyak. Tengkulak juga seorang pedagang perantara (yg membeli hasil bumi dsb dari petani atau pemilik pertama), peraih harga beli yang umumnya lebih rendah daripada harga pasar.
Mubyarto (1989) mengatakan bahwa tengkulak bukan hanya menjadi monster bagi para petani, tetapi juga merupakan salah satu stabilisator harga terhadap suatu komoditas.
Sudiyono (2004) mengatakan bahwa engkulak merupakan lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.
2.4 Definisi Pasar Monopoli
Menurut Paul A. Samuelson (1995 p. 193-194) ,pasar Monopoli adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya seorang produsen tunggal. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopolis tidak ada barang substitusinya. Adanya ketidaksempurnaan atau tingginya hambatan di dalam memperoleh informasi tentang produk seperti harga dan kualitas. Perusahaan monopolis bebas untuk menentukan jumpah output dan harga produk kapan saja. Perusahaan monopolis bisa mendapatkan keuntungan di atas keuntungan normal dalam jangka panjang.
Persaingan monopoli, adalah struktur pasar yang ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap individu tersebut (Pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut. Perusahaan-perusahaan tidak mampu untuk melakukan diffrensiasi produk atau produk homogen. Para pembeli dan penjual secara individual hanya bertindak sebagai penerima harga ( Price taker ). Informasi tentang harga dan kualitas produk itu sempurna dan setiap perusahaan bisa dengan mudah mendapatkannya. Pada pasar ini tidak adanya hambatan untuk masuk atau keluar.
2.5 Definisi Sistem Ekonomi Blue Ocean
Blue Ocean strategy merupakan strategi yang berfokus pada: penciptaan pasar baru (yang bahkan sama sekali tidak dilirik oleh kompetitor), penciptaan nilai baru pada produk, penciptaan dan yang paling penting adalah membuat kompetisi menjadi tidak relevan (Khairul Ummah : 2006)
Blue ocean adalah sebuah teknik agar perusahaan dapat menciptakan ruang pasar baru yang belum terjelajahi (belum ada pesainganya) dengan memperluas batasan-batasan industri yang sudah ada sehingga kompetisi tidak relevan lagi karena aturan permainannya baru diciptakan (W. Chan Kim dan Renee Mauborgne : 2001)
Chan Kim (2006) mengatakan Blue ocean dapat disamakan dengan istilah value innovation. Yaitu bagaimana kita menemukan blue ocean (istilah yang artinya keluar dari kancah persaingan berdarah darah produk dengan menonjolkan keunikan dan memenuhi kebutuhan spesifik yang belum dilayani secara benar oleh pemain lain yang ada di pasar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Permasalahan Pertanian di Indonesia
Sifat khas petani Indonesia adalah menanam tanaman budidaya pada musim yang sama dan dengan jenis tanaman yang sama pula. Cara-cara bercocok tanam dan penentuan jenis tanaman yang dipilih berbeda dengan yang dilakukan oleh petani di masa yang lalu, karena rupanya kebudayaan dalam sistem pertanian masih melekat sehingga tradisi bercocok tanam yang telah ada terus dilestarikan seiring dengan perubahan jaman dari tradisional ke modern dan adanya perubahan iklim global yang menyebabkan kondisi cuaca dan iklim tidak dapat diprediksi. Selain faktor kebudayaan, cara berpikir petani yang belum sepenuhnya berorientasi pada bisnis menjadi penghambat dalam revitalisasi pengembangan pertanian. Contoh kasusnya adalah petani pembudidaya tanaman pangan diluar musim masih sangat jarang padahal menanam tanaman pangan diluar musim menghindari terjadinya kelebihan pasokan komoditas produksi pangan yang akhirnya membuat harga beli jatuh. Justru dengan sistem menanam tanaman diluar musim akan menyebabkan harga beli naik, akibat pasokan diluar musim jumlahnya terbatas dan permintaan akan komoditas pangan itu tidak terbatas. Jelas sekali bahwa cara berpikir petani sangat penting dalam pola pikir agribisnis.
Dalam mengatasi permasalan sistem pertanian dan manajemen pemasaran yang masih buruk itu benar-benar segera diperlukan suatu terobosan baru untuk menciptakan perubahan yang signifikan demi kesejahteraan petani. Pada tanaman pangan yakni komoditas tanaman padi dan sayur mayur dimana dua komoditas tersebut erat sekali dengan sebutan tanaman pangan. Tanaman pangan adalah komoditas yang permintaan skala nasional tinggi namun harga jualnya masih begitu rendah sehingga pada kasus tanaman padi dan tanaman sayur secara khusus harus dibangun dengan pengembangannya harus secara menyeluruh mengena pada metode pemasaran dan sistem pertaniannya. Metode penggunaan lahan pertanian untuk komoditas seragam dalam musim yang sama serta dalam jumlah yang sangat besar hanya akan membuat pasokan melampaui kebutuhan nasional sehingga harga jatuh dan panen raya komoditas tanaman pangan justru akan menjadi suatu permainan monopoli tengkulak. Tengkulak pun akan membeli harga dibawah harga dasar ketetapan pemerintah ketika jumlah komoditas yang dihasilkan sangat banyak.
Gambar 1. Diagram permasalahan sektor pertanian
Tanaman sejenis yang ditanam bersamaan pada satu musim terkadang menguntungkan bangsa kita, karena itu akan membawa Negara kita pada swasembada pangan dan menjamin keberlangsungan ketahanan pangan. Kebutuhan komoditas pangan tidak hanya diminta konsumen dalam negeri, sehingga Indonesia dapat meng-ekspor produksi pangan ke luar negeri dengan harga jual yang lebih tinggi dari pasaran dalam negeri. Pemasaran hasil produksi yang merata ke seluruh kawasan nasional akan menghindarkan bencana rawan gizi, kelaparan atau bahkan penyakit busung lapar. Busung lapar pernah menyerang masyarakat dan balita di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2004 seperti ditunjukkan pada gambar 2dimana pada saat itu Negara kita sedang menikmati masa panen yang melimpah di Jawa, Sumatera dan sebagian daerah di Kalimantan. Pemasaran produksi pertanian yang belum merata menyebabkan ketersediaan komoditas pangan di NTT langka pada saat itu sehingga harga jual komoditas pangan tinggi sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat.
.
Gambar 2. Balita yang terserang busung lapar di NTT
Setelah panen raya komoditas pangan semusim terjadi, selanjutnya yang akan terjadi adalah jatuhnya harga komoditas pangan tersebut. Dapat dicontohkan dengan adanya panen raya padi, ketika pasokan melimpah dan pemerintah tidak mampu membeli seluruh pasokan yang melebihi kebutuhan pangan nasional sebagai wujud penstabilan harga pasar maka tengkulak akan memonopoli harga bahkan seringkali harga padi dibeli dibawah harga bawah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal inilah yang selalu terjadi ketika datangnya musim panen dan petani tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena setelah panen yang berperan adalah para tengkulak dalam proses pembentukan harga pasar. Bila petani harus mendistribusikan secara langsung hasil panennya kepada konsumen itu terlalu sulit dan berbelit-belit karena berarti petani akan mengambil peran sebagi produsen skala kecil sekaligus sebagai distributor produksinya sendiri. Untuk menjadi produsen skala kecil saja seringkali masih kebingungan dalam menghadapi persoalan produksi, apalagi jika harus bergerak juga dalam distribusi.
Ketidakstabilan harga di pasaran akan merusak keseimbangan harga pasar yang telah ada sebelumnya. Pada musim panen padi, bertambah sedikit saja pasokan akibat panen raya akan membuat harga di pasaran berubah dengan begitu cepat. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan skala nasional yang jumlah permintaannya tidak terbatas setiap harinya. Jadi pada musim-musim panen dan musim di luar panen harga beras dapat naik dan turun pada setiap hari, tergantung dari seberapa besar pasokan yang ada dalam mencukupi permintaan pasar. Namun jika yang terjadi adalah stok terlalu melampaui permintaan rata-rata setiap harinya, maka harga jual beras akan turun. Biasanya ketika harga beras naik, pemerintah hanya akan mengambil suatu kebijakan pelaksanaan operasi pasar dengan menjual beras murah kepada masyarakat seperti tampak pada gambar 3 dimana terjadi operasi pasar di kabupaten Jember pada agustus 2010. Namun hal tersebut tidak begitu efektif, karena naik turunnya harga beras dan komoditas pangan lainnya akan terus terjadi tatkala jenis tanaman ditanam pada musim yang sama dan terjadi penen raya sehingga pada musim diluar panen harga akan naik drastis. Fenomena naik turunnya harga beras ini menunjukkan bahwa manajemen dalam bidang tanaman pangan sulit dikendalikan dan peredarannya masih belum bisa sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah. Padahal tugas pemerintah adalah sebagai pengatur kestabilan dan ketahanan pangan dengan segala kebijakannya dan peraturan-peraturan yang ada.
Gambar 3. Operasi beras di Jember bulan agustus 2010
3.2. Penerapan Sistem Ekonomi Blue Ocean pada Bidang Pertanian
Sistem ekonomi Blue Ocean dalam bidang pertanian menekankan pada penciptaan keberagaman komoditas untuk mensiasati berlebihnya panen raya satu komoditas yang sangat rentan dimonopoli harganya oleh tengkulak dan menciptakan keberagaman jenis tanaman dari sistem penanaman yang sebelumnya seragam. Blue Ocean diterapkan pada bidang pertanian dengan menciptakan keberagaman jenis tanaman pangan yang ditanam, kemudian menjadikan keberagaman itu sebagai produk yang akan dijual di pasar untuk saling melengkapi satu sama lain. Pada sistem tanaman sejenis keberadaan produksi pangan lainnya justru akan menjadi masalah dalam persaingan penjualan. Namun dengan sistem ekonomi Blue Ocean justru sebaliknya yang akan terjadi, setiap komoditas pertanian yang dihasilkan akan saling melengkapi kebutuhan konsumen dan akan menstabilkan harga pasaran dengan pasokan produk pertanian yang tidak melimpah namun mampu mencukupi dengan berbagai jenis hasil produksi komoditas tanaman pangan.
Menciptakan suatu sistem diatas sistem perekonomian petani yang sudah terlebih dahulu ada sangatlah sulit. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean tidak bisa dilakukan serta merta begitu saja, terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah memberikan wawasan penyuluhan kepada petani mengenai dampak buruk sistem ekonomi yang lama dengan mempertahankan penciptaan komoditas tanaman pangan sama di musim yang sama pula. Sehingga maksud dan tujuan gagasan bisa diterima terlebih dahulu oleh petani pedesaan. Penyampaian informasi kepada petani haruslah obyektif dan benar-benar berdasarkan data pengamatan ilmiah dalam pelaksanaan sistem ekonomi Blue Ocean.
Gambar 4. Diagram penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada bidang pertanian
Pemilihan jenis tanaman yang hendak ditanam dan menyesuaikan dengan keadaan lahan. Cuaca dan ketersediaan sarana produksi haruslah dipikirkan. Agar pelaksanaan sistem ekonomi Blue Ocean tidak terkesan asala-asalan saja. Misalnya, pada suatu area tertentu lahan persawahan dari yang dulunya ditanami padi jenis A kini menjadi di Tanami padi jenis A, B, C, D, dan E. Hal itulah yang berbeda dari sistem bercocok tanam lama, dalam proses pemikiran ekonomi pemasaran komoditas pertanian setelah musim panen hal ini akan sangat menguntungkan bagi petani. Jelas sekali dikatakan dalam hukum penawaran jika barang yang ditawarkan sedikit maka harga akan naik. Kemudian keberagaman komoditas yang ada akan memenuhi seluruh kebutuhan konsumen akan beragam jenis produk pangan.
Gambar 5. Lahan perkebunan semusim dan persawahan padi adalah contoh penanaman tanaman sejenis di musim yang sama dalam jumlah yang besar
Produk pangan beragam jenis yang berhasi diproduksi tidak akan dipersaingkan dalam pasar perdagangan bebas, namun adanya justru untuk saling melengkapi satu sama lain. Contohnya jika pada suatu pasar hanya dijual beras maka disana yang akan terjadi adalah persaingan dalam penjualan harga beras. Hal itu akan berbeda jika di pasar itu dijual beras, telur, sayur mayur dan bumbu dapur maka yang akan terjadi adalah keberagaman komoditas pangan tersebut akan saling melengkapi kebutuhan pangan konsumen yang tak terbatas. Sistem ekonomi Blue Ocean tidak menekankan untuk fokus pada satu jenis tanaman saja dan pada musim tertentu saja, namun sangat menekankan pada penciptaan beragam produksi pangan diluar musim untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menstabilkan harga di pasar.
Gambar 6. Contoh hasil komoditas pertanian yang beragam
Setelah segala pelaksanaan sistem ekonomi Blue Ocean selanjutnya adalah penguatan manajemem pemasaran kepada petani. Sistem ekonomi Blue Ocean menekankan untuk memperkecil peranan tengkulak, sehingga petani sebagai produsen skala kecil dapat membentuk suatu pasar di wilayahnya dengan bekerjasama dengan petani lainnya dalam menciptakan keberagaman produksi komoditas pangan. Melakukan transaksi dengan konsumen skala kecil secara kecil lebih baik daripada harus menjual kepada tengkulak dengan banyak resiko yang harus diambil mulai dari sistem pembelian dihutang terlebih dahulu hingga sistem monopoli harga dengan membeli dibawah harga dasar ketetapan pemerintah. Pengelolaan keuangan yang baik harus dilakukan untuk menjami keberlangsungan usaha tani selanjutnya. Pemasaran yang baik adalah bagaimana memperkenalkan produk yang ditawarkan dan memasyarakatkan pasar tempat transaksi jual beli itu terjadi. Harga jual untuk mendapatkan besaran keuntungan harus disesuaikan dengan harga jual maksimal yang telah diatur oleh Pemerintah agar tidak saling mematikan produsen lain karena komoditas pertanian sangat rawan terjadi persaingan. Mengingat permintaannya yang semakin besar dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Kelemahan sistem ekonomi Blue Ocean pada bidang pertanian secara umum adalah penerapannya harus menyesuaikan dengan keadaan lahan dan jenis komoditas yang dipilih. Contohnya pada area persawahan yang tanahnya berlumpur, tentu tidak akan bisa dipaksakan menanam padi, tomat, jagung dan cabai pada saat itu. Yang bisa dilakukan adalah menanam padi namun dengan jenis yang berbeda. Selain itu Blue Ocean adalah strategi ekonomi terbaru pada saat ini sehingga nsure ure yang berisi makalah dan laporan percobaan penerapan pada bidang pertanian masih jarang dijumpai. Blue Ocean akan sulit diterima oleh kalangan petani karena mereka telah terbiasa dengan sistem yang lama, untuk mengubah dari sistem pertanian lama menuju sistem pertanian baru tidak bisa dilakukan serta merta begitu saja. Namun apabila petani mampu berpikir secara ekonomi dan membandingkan sistem lama dengan Blue Ocean hal itu akan mempermudah pengenalan dan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean.
3.2. Penerapan Sistem Ekonomi Blue Ocean pada Tanaman Padi dan Sayur
Kebutuhan pangan lokal, regional, nasional hingga internasional sungguh sangat besar, sehingga kebutuhan pangan nasional memiliki kurva permintaan yang sangat tinggi. Untuk menjaga keberlangsungan pasokan perlu adanya suatu program pembangunan dan pengembangan sektor pertanian dalam hal ini untuk memperkuat ketahanan pangan. Ketahanan pangan akan tercipta ketika terjadi keseimbangan antara semua komponen bahan pokok komoditas pangan dari jumlah, harga maupun kualitas produknya. Sehingga program pemerintah saat ini yang belum sepenuhnya mengarah pada revitalisasi sektor pertanian harus digenjot dengan pembangunan pertanian skala kecil, yakni pengembangan sistem ekonomi pemasaran dan strategi pertanian yang tepat. Salah satu strategi yang baik adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Blue Ocean karena pada saat ini yang terjadi adalah suatu lahan yang luas hanya ditanami tanaman sejenis setiap musim berganti. Padahal unsur hara tanah yang terus menerus diserap tanaman bisa berkurang dan ketika sudah habis maka keadaan tanah tidak akan subur.
Gambar 7. Diagram pelaksanaan penerapan SEBO pada tanaman padi dan sayur
Penerapan pada tanaman padi dan sayur adalah hal yang harus dilakukan, kerena komoditas pangan didominasi oleh komoditas tanaman padi dan sayur. Jika kedua komoditas itu mampu diolah dengan baik, dikelola dengan strategi pemasaran yang baik dan dipasarkan dengan tepat maka hal itu akan membawa dampak positif bagi perekonomian petani. Namun pada kenyataan saat ini yang dilakukan petani adalah menanam tanaman sejenis pada musim yang sama dan dalam jumlah yang besar. Alasan petani hingga saat ini belum berani mencoba membuat keberagaman tanaman pada lahan pertaniannya adalah faktor hama. Semakin beragam suatu tanaman yang ditanam maka jenis hama yang akan menyerang akan semakin banyak. Hal inilah yang sering membuat petani ketakutan sebelum mencoba. Padahal sebenarnya jumlah hama itu tetap, yang semakin banyak hanyalah jenis. Bertambahnya jenis hama tidak dapat disama artikan dengan bertambahnya jumlah hama dan untuk menciptakan suatu keseimbangan ekosistem harus ada hewan arthropoda sebagai hama pada tanaman. Jika keragaman ekosistem hilang maka yang akan terjadi adalah ketidakseimbangan yang membuat jumlah predator maupun parasitoid bertambah banyak.
Keanekaragaman jenis padi dan sayur di Indonesia dari persamaan dalam hal cara tanam, kemampuan adaptasi terhadap suhu dan penyiraman, kondisi tanah yang mampu ditumbuhi dan karakteristik sifat hidup yang hampir sama harus dimanfaatkan dalam penciptaan berbagai jenis komoditas pangan dalam suatu area lahan pertanian. Tidak harus dengan memaksakan satu area lahan perseorangan, tapi lebih baiknya dengan mengumpulkan banyak petani dalam Gapoktan dan membagi tugas penanaman agar tanaman padi dan sayur sebagai dua komoditas paling berpengaruh dalam bidang pangan itu mampu memiliki daya jual tinggi oleh sebab keberagaman yang tercipta. Macam dan ragam tanaman padi adalah Padi Sawah IR36, Membramo, Cilamaya Muncul, Maros, Digul, Padi baru Cimelati, Gilirang, Ciapus, Fatmawati, Padi Hibrida Maro, Rokan, Hipa 1-8 Ceva Pioneer, Padi ketan Lusi, Ketongo, Setail, Ciasem dan Beras Merah. Untuk sayuran yang bisa ditanam bersamaan contohnya adalah tomat, wortel, bunga kol, buncis, bayam, sawi, kubis, terong, seledri, selada kriting, selada krop, mentimun, pare, pakcoy, kangkung, kacang panjang dan bawang merah maupun bawang putih.
Untuk jenis lahan yang dipakai, pada tanaman padi adalah persawahan milik petani dan untuk tanaman sayur adalah pada lahan kebun sayur milik petani sayuran. Tidak menutup kemungkinan sistem ini bisa diterapkan pada area perkebunan teh karena faktor kelembaban, suhu, radiasi matahari dan kondisi tanahnya sama seperti lahan kebun sayur. Jika perkebunan teh yang luas bisa ditambahkan dengan tanaman sayur maka jelas sekali nilai ekonomis yang didapat akan bertambah dengan seiring bertambahnya jumlah tanaman yanga ada dan beragam jenisnya. Pada intinya semua sistem ini hanya menciptakan keberagaman dari awalnya keseragaman untuk mengangkat nilai ekonomis yang lebih baik, sehingga peran dan pemahaman dari petani lah yang terpenting untuk pelaksanaannya.
Kelemahan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean pada tanaman diatas adalah hama yang akan semakin beragam mengikuti arah keberagaman jenis tanaman yang ada. Namun dapat diatasi dengan pembagian tugas tanam melalui Gapoktan, sehingga keberagaman akan tetap tercipta dan memperkecil adanya hama karena luasan satu luasan lahan tidak langsung ditanami berbagai jenis tanaman. Penerapan sistem ekonomi Blue Ocean dimata petani akan sangat dilihat dari sudut pandang yang buruk mengenai hama yang akan timbul, namun sebenarnya hama yang timbul akibat metode tanam sistem ekonomi Blue Ocean sama jumlahnya seperti penanaman sebelumnya. Karena pada intinya, hama dapat dicegah dan keberadaan hama untuk menciptakan keseimbangan ekosistem sangat penting.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada sektor pertanian di Indonesia titik lemah pembangunannya adalah pada sistem ekonomi pertanian yang diterapkan dimana masih sering terjadi tengkulak sebagai distributor membeli komoditas pertanian kepada petani sebagai produsen skala kecil dengan harga dibawah harga dasar yang telah ditetapkan pemerintah dan seringkali memonopoli harga ketika produksi petani melimpah. Sesuai dengan primsip ekonomi ”ketika jumlah barang banyak maka harga akan turun” walaupun seharusnya harga pada keseimbangan pasar tidak harus turun.
Dengan penerapan sistem ekonomi Blue Ocean diharapkan permasalahan yang terlatak pada sistem ekonomi khususnya pemasaran komoditas pertanian mampu teratasi dengan menciptakan keberagaman komoditas pertanian yang kemudian saling melengkapi satu sama lainnya sehingga hasil tidak hanya fokus pada satu atau dua komoditas saja tetapi juga pada beberapa komoditas pertanian untuk menghindari panen melimpah melampaui kebutuhan.
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah dalam menginformasikan harga bawah komoditas pertanian harus menjangkau hingga lapisan bawah (petani kecil) untuk menjamin keterbukaan informasi sehingga mampu memperkecil terjadinya monopoli harga. Dalam penentuan kebijakan strategis, pemerintah harus bercermin dari keadaan sosial ekonomi petani di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencahariaan sebagai petani dan komoditas pertanian sebagai komoditas politik dengan kebijakan subsidi harus benar-benar dijaga dengan baik agar rakyat keci lah yang mendapatkan subsidi sembako bukan justru mereka kalangan tengkulak untuk kemudian dibeli dan dijual lagi.
2. Bagi Petani
Sistem ekonomi Blue Ocean jika diterapkan pada sektor pertanian skala kecil maupun skala besar akan mengurangi terjadinya stok diluar kapasitas sehingga menyebabkan harga turun. SEBO justru menekankan pada penyeimbangan pasokan produksi pertanian yang beragam untuk saling melengkapi satu sama lain dalam penciptaan harga keseimbangan pasar sempurna.
3. Bagi Mahasiswa
Masih banyak permasalahan lain di Indonesia selain pada sektor ekonomi pertanian terutama pemasaran hasil pertanian. Pada sektor penyediaan sarana produksi dan sektor kelembagaan sosial yang buruk contohnya, sampai saat ini masih belum teratasi dengan baik. Klaim mahasiswa sebagai masyarakat ilmiah harus dibuktikan dengan memberikan kontribusi atas banyaknya permasalahan pertanian lainnya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous (2009). Pembangunan Pertanian Indonesia. http://hulondhalo.com/2009/07/sebuah-ikhtiar-pembangunan-pertanian-indonesia. (Tanggal akses: 19 Desember 2010)
Anonimous (2009). Blue Ocean Strategy. http://www.blueoceanstrategy.com/ . (Tanggal akses: 19 Desember 2010)
Anonimous (2010). Definisi Petani. http://definisi.net/story.php?title=petani (Tanggal akses : 20 Desember 2010)
Anonimous (2009). Tengkulak dan Monopoli. http://artikata.com/translate.php (Tanggal akses : 20 Desember 2010)
Anonimous (2009). Petani Indonesia. http://putracenter.com/tag/definisi-monopoli (Tanggal akses : 20 Desember 2010)
Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Nasution, S.H., H.B Tarmizi, dan Syahril M.M. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Medan: USU Press
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbedaan laki-laki dan perempuan masih menyimpan beberapa masalah, baik substansi, kejadian, maupun peran yang diemban dalam masyarakat. Perbedaan anatomi biologis antara keduanya cukup jelas, tetapi efek yang timbul akibat perbedaan itu menimbulkan perdebatan, karena perbedaan jenis kelamin melahirkan seperangkat konsep budaya.
Masyarakat lebih cenderung mengartikan gender sebagai jenis kelamin. Padahal gender lebih ditekankan pada tanggung jawab, peran dan fungsi dari perempuan dan laki-laki. Sehingga tidak heran apabila masih terdapat perdebatan, ketidakadilan, dan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Peran gender bersifat dinamis, dipenga-ruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global.
Melalui penerapan pengarusutamaan gender, dapat ditingkatkan ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian , yang berarti tepat sasaran pemanfaat pembangunan (pelaku agribisnis), yaitu laki-laki dan perempuan, serta generasi tua dan muda. Tepat metode dan teknik pendidikan pembangunan pertanian (penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian), teknik, metode dan pende-katan implementasi pembangunan pertanian dan tepat penciptaan serta pengembangan inovasi hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengarusutamaan gender?
2. Mengapa pengarusutamaan gender diperlukan dalam pembangunan pertanian?
3. Bagaimana pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian pengarusutamaan gender.
2. Pentingnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian.
3. Pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian.
1.4. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat menjadi acuan atau referensi dalam mempelajari sosiologi pertanian, khususnya dalam pokok bahasan gender.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian-Pengertian tentang Gender
Pengarusutamaan gender (PUG) adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan (Inpres No. 9 Tahun 2000).
Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran & tanggungjawab laki-laki & perempuan yang terjadi akibat dari dapat berubah oleh keadaan sosial & budaya masyarakat (Patilima,2005).
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki & perempuan untuk memperoleh kesempatan & hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, & kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut (Patilima, 2005).
Keadilan gender adalah suatu proses, kondisi dan perlakuan untuk menjadi adil terhadap laki-laki & perempuan (Patilima, 2005).
2.2 Pentingnya Pangarusutamaan Gender dalam Pembangunan
PUG bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu suatu kondisi yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki (relasi gender). Melalui penerapan PUG, dapat ditingkatkan ketepatan desain peren-canaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program/ proyek/ kegiatan pembangunan pertanian , yang berarti:
1. Tepat sasaran pemanfaat pemba-ngunan (pelaku agribisnis): laki-laki dan perempuan, generasi tua dan muda.
2. Tepat metode dan teknik pen-didikan pembangunan pertanian (penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian)
3. Tepat teknik, metode dan pende-katan implementasi pembangunan pertanian.
4. Tepat penciptaan dan pengem-bangan inovasi hasil-hasil peneli-tian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
Dengan demikian, menerapkan PUG berarti:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pemba-ngunan pertanian.
2. Mengakselerasi peningkatan status ekonomi dan kesejahteraan keluarga/ rumahtangga tani.
3. Mengakselarasi peningkatan kesejah-teraan masyarakat dan bangsa.
(Departemen Pertanian)
2.3 Pihak-Pihak yang Melaksanakan Pengarusutamaan Gender
Menurut Adriani (2009), pihak-pihak yang seharusnya melaksanakan pengarusutamaan gender adalah:
1. Lembaga-lembaga Pemerintah
Yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Perundang-Undangan, kebijakan, dan pelayanan publik.
2. Dunia Usaha
Yaitu dengan menciptakan poduk, lapangan keja dan jasa.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat/ Organisasi Perempuan.
4. Organisasi Swasta
5. Organisasi Pofesi
6. Organisasi Keagamaan
1.5. http://www.deptan.go.id/setjen/roren/ragam/pengertian_gender.htm
1.6. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengarusutamaan_gender
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Pengertian Pengarusutamaan Gender
Gender masih sering disalahartikan oleh masyarakat kita. Gender sering diartikan sebagai jenis kelamin, sehingga kedua kata ini perlu dipahami pengertiannya secara benar. Jenis kelamin atau seks adalah penandaan individu manusia ke dalam kategori laki-laki dan perempuan berdasar karakteristik biologis (genital eksternal dan organ-organ seks internal), genetik (kromosom) dan hormon.
Gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara laki-laki dan perempuan yang tidak berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas. Gender merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Peran gender bersifat dinamis, dipengaruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global.
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi suatu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan. Pengarusutamaan gender ditujukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan upaya menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan, pengakuan, dan penghargaan yang sama di masyarakat.
3.2 Pentingnya Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Pertanian.
Pengarusutamaan gender penting dalam pembangunan pertanian. Pengarusutamaan gender bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu suatu kondisi yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki (relasi gender). Dengan adanya pengarusutamaan gender, akan tercipta suatu pembagian kerja dalam bidang pertanian yang adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan dalam bidang petanian.
Melalui penerapan pengarusutamaan gender, dapat ditingkatkan ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian, yang berarti tepat sasaran pemanfaat pembangunan (pelaku agribisnis), yaitu laki-laki dan perempuan, generasi tua dan muda. Tepat metode dan teknik pendidikan pembangunan pertanian, yaitu penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian. Tepat teknik, metode dan pendekatan implementasi pembangunan pertanian.Tepat penciptaan dan pengembangan inovasi hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
Oleh karena itu, menerapkan pengarusutamaan gender berarti meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan pertanian. Penerapan Pengarusutamaan gender juga berarti mengakselerasi peningkatan status ekonomi dan kesejahteraan keluarga/ rumahtangga petani, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dan bangsa.
Ketidaksetaraan gender merugikan bagi kesejahteraan laki-laki dan perempuan karena memiliki dampak bagi kemampuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Selain itu dapat mengurangi produktivitas sehingga menghambat upaya pengentasan kemiskinan. Akumulasi dari pembedaan yang diikuti dengan pembatasan peran sumberdaya manusia di rumah dan di pasar tenaga kerja, serta secara sistematis mengecualikan perempuan atau laki-laki dari akses ke sumberdaya, jasa publik ataupun aktifitas produktif, merupakan diskriminasi gender yang berarti mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk tumbuh serta mengurangi kapasitas untuk meningkatkan standar kehidupan.
Kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) perlu diprioritaskan dalam pembangunan. Norma sosial dan budaya sebagian besar masyarakat Indonesia yang patriarkhi telah menempatkan laki-laki pada sektor publik dan perempuan di sektor domestik. Sebagian besar kegiatan pembangunan dikategorikan berada di sektor publik yang berdampak terhadap lebih rendahnya kesempatan perempuan untuk dilibatkan dalam berbagai kegiatan pembangunan.
Paradigma lama pembangunan pertanian yang bias gender telah menyebabkan kualitas sumberdaya perempuan dan generasi muda lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dewasa (yang dianggap sebagai kepala keluarga/rumah-tangga). Secara kuantitatif jumlah penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki. Laki-laki dan perempuan sebagai sumberdaya pembangunan mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama untuk berkonstribusi, menjadi partisipan dan memperoleh manfaat dari pembangunan.
3.3 Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Pertanian
Petani perempuan ternyata menjadi kunci pembangunan pertanian dan sebagai penyelamatan krisis pangan yang terjadi 2 tahun terakhir ini. Dalam laporan PBB yang dikeluarkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pertanian menjadi sumber utama kehidupan untuk perempuan di banyak negara berkembang dan menjadi jalan keluar utama untuk mengatasi kemiskinan di keluarganya.Namun demikian banyak perempuan di berbagai wilayah pedesaan tidak mempunyai akses untuk input dan sumber daya produksi bagi pertaniannya serta pelayanan publik yang memadai. Mereka juga tidak mendapatkan insentive yang memadai dalam usahanya serta sangat rentan upaya produktivitasnya di pertanian. Padahal pertanian yang dihasilkan para perempuan ini menjadi tumpuan hidup dan kehidupan banyak keluarga miskin.
Gender di pertanian menjadi bukti nyata untuk mewujudkan agenda pembangunan pertanian di Indonesia. Perempuan menjadi kunci dalam produksi pertanian di negara berkembang. Dimana 32% dari mereka hanya bekerja sebagai buruh dan hidup dalam keterbatasan di areal pedesaan (70%). Perempuan menjadi sumber yang potensial tenaga kerja dalam produksi pangan yang dikonsumsi masyakat lokal. Pertanian di berbagai negara termasuk di wilayah Asia dan Afrika menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menjadi basis kehidupan di pedesaan. Lebih banyak proposi produksi pertanian dihasilkan oleh perempuan, sehingga perempuan menjadi agen yang cukup penting dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga. Untuk itulah sudah sewajarnya perempuan mendapatkan prioritas dalam program pertanian dan mendapatkan dukungan dari kebijakan pembangunan pertanian karena dialah sumber daya dalam keberlanjutan kehidupan pedesaan dan pengurangan kemiskinan.
Seperti pada umumnya model pembangunan pertanian di banyak negara, Indonesia menggunakan model pembangunan yang berbasis tehnologi tinggi (revolusi hijau). Model inilah yang mengantarkan berbagai program pertanian dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan yang besar karena pertumbuhan penduduk yang luar biasa. Sejak awal tahun 60 an model ini mulai diperkenalkan kepada petani dengan berbagai nama dari Insus, Supra Insus hingga revitalisasi pertanian dan contract farming. Peran petani sebagai pengusaha pertanian berubah hanya menjadi produsen ataupun buruh diladangnya sendiri. Petani dipaksa menggunakan sistem produksi yang baru dari benih, pupuk, pestisida hingga mesin yang mereka tidak mampu menguasainya. Ketergantungan ini lambat laun meminggirkan kehidupannya dari usaha tani, karena hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan input yang digunakan diusaha taninya.
Kondisi ini juga menggiring perempuan keluar dari pertaniannya. Benih yang merupakan sumber utama kekayaan perempuan diambil alih perannya oleh perusahaan benih. Benih yang semula bisa disimpan, tidak lagi bisa dibudidayakan ulang, bahkan akan dianggap melanggar hak paten benih itu sendiri. Mesin pertanian juga semakin menghilangkan kesempatan perempuan mendapatkan sumber penghidupan bagi perempuan, karena mesin-mesin pertanian sering diciptakan tidak familier dengan fisik perempuan.
Hal ini kemudian diperparah dengan kebijakan program pertanian yang memprioritaskan kesempatan-kesempatan pengembangan kapasitas bagi petani laki-laki. Banyak pendidikan dan pelatihan, pembentukan kelompok tani, kelompok usaha lebih banyak diperuntukkan untuk laki-laki. Perempuan tidak disertakan dalam pendidikan dan pelatihan tentang pertanian, padahal secara budaya perempuan yang paling besar keterlibatannya dalam pertanian.
Minimnya informasi (pertanian) yang diterima perempuan membuat rendahnya tingkat pemahaman petani perempuan tentang penggunaan teknologi pertanian yang ditanamkan revolusi hijau. Sehingga perempuan yang lebih rentan terhadap keracunan akibat pemakaian pestisida dan bahan kimia lainnya dipertanian. Semakin berkurangnya penguasaan petani terhadap lahan pertanian pangan dan semakin tingginya biaya pengolahan pertanian mendorong perempuan keluar dari pertanian, menggiring perempuan keluar dari desa ke kota bahkan negara lain menjadi pekerja rumah tangga atau buruh murah diperkotaan.
Saat ini pertanian yang merupakan budaya kehidupan yang sulit dijalani. Tekanan ekternal dan pilihan untuk melepaskan budaya kehidupannya semakin hari semakin luar biasa. Sektor pertanian dianggap tidak memberikan kehidupan yang layak, banyak mendorong berubahnya mata pencaharian kehidupan budaya petani yakni pertanian ke sektor lain termasuk ke industri atau sektor kerja lain. Titik berat pembangunan ekonomi di Indonesia sejak dulu menekankan di bidang industri, walaupun diharapkan adanya keseimbangan pertumbuhan industri dan pertanian, ternyata dunia pertanian yang nota bene lebih banyak berlangsung di wilayah pedesaan dan menjadi gantungan hidup lebih dari 75% penduduk Indonesia tidak mengalami perkembangan yang menyenangkan.
Hal ini karena segala kebijakan dan subsidi negara lebih banyak ke bidang industri. Petani kesulitan dalam mengembangkan akses-akses sumber daya alam dan usaha tani yakni tanah dan air, sarana produksi hingga kredit. Pengusaha dan sektor bisnislah yang menerima keuntungan pembangunan pertanian yang selama ini ada, karena mereka menguasai akses tersebut.
Banyak pendekatan dan strategi yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak serta pemerintah untuk mendorong tumbuhnya sumber-sumber pendapatan keluarga petani di pedesaan tanpa harus mengubah budaya kehidupan yang sudah dikenalnya sejak lahir. Strategi yang banyak dikembangkan mencakup 2 hal yakni on farm dan off farm (non farm). Model on farm (dilahan pertanian) yang dikembangkan tidak harus kembali pada model tradisional yang sudah ada sejak dulu, tetapi perlu disesuaikan dengan situasi lingkungan yang sudah berubah, juga kebutuhan yang semakin besar.
Salah satu cara yang selama ini dikembangkan adalah dengan model pertanian terpadu (sustainable agriculture), dimana cara ini memadukan beragam cara agar petani perempuan punya kesempatan memperoleh pendapatan dari berbagai sumber. Seringkali ada anggapan bahwa lahan pertanian adalah lahan laki-laki dan lahan perempuan ada dipekarangan. Sehingga upaya memandirikan perempuan dalam akses terhadap produksi pertanian adalah lewat usaha non farm dipekarangan. Kondisi alam di Indonesia cukup beragam sumber daya alamnya menyediakan sumber pangan yang beranekaagam baik untuk kebutuhan protein, vitamin, mineral dan obat-obatan.
Mendorong upaya pemanfaatan sumber daya alam lokal tidak sekedar mengurangi ketergantungan impor, namun juga memberikan kesempatan bagi perempuan yang terhimpit antara petani dan kebijakan pertanian global. Di sisi lain upaya yang harus terus diperjuangkan adalah pola hubungan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak adanya penghargaan bagi petani perempuan terhadap peran publik dan domestik. Keterlibatan mereka dalam berbagai peran tidak diikuti dengan pengembalian hak perempuan dalam memperoleh berbagai kesempatan untuk mengambangkan diri dan mendapatkan akses ekonomi, sosial dan politik, akan tetapi perempuan hanya ditempatkan sebagai komoditi dan konsumen.
Tantangan perempuan adalah menyingkirkan budaya yang mengidentikkannya sebagai makhluk kelas dua, dan terus berjuang memposisikan diri sebagai makhluk yang setara. Adanya perubahan situasi global yang memperngaruhi kondisi perbaikan nasib perempuan adalah adanya kebijakan politik yang memberikan perbaikan dengan diratifikasinya Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Konvensi CEDAW ) dengan UU No. 7 tahun 1984 juga Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) . Situasi sekarang inilah yang seharusnya dipakai moment pijakan bersama untuk memberikan ruang bagi perempuan untuk bersama berjuang memperbaiki posisinya dan tampil aktif mengembalikan nilai-nilai kearifan lokal, kesetaraan dan keadilan bagi semua.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbedaan laki-laki dan perempuan masih menyimpan beberapa masalah, baik substansi, kejadian, maupun peran yang diemban dalam masyarakat. Perbedaan anatomi biologis antara keduanya cukup jelas, tetapi efek yang timbul akibat perbedaan itu menimbulkan perdebatan, karena perbedaan jenis kelamin melahirkan seperangkat konsep budaya.
Masyarakat lebih cenderung mengartikan gender sebagai jenis kelamin. Padahal gender lebih ditekankan pada tanggung jawab, peran dan fungsi dari perempuan dan laki-laki. Sehingga tidak heran apabila masih terdapat perdebatan, ketidakadilan, dan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Peran gender bersifat dinamis, dipenga-ruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global.
Melalui penerapan pengarusutamaan gender, dapat ditingkatkan ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian , yang berarti tepat sasaran pemanfaat pembangunan (pelaku agribisnis), yaitu laki-laki dan perempuan, serta generasi tua dan muda. Tepat metode dan teknik pendidikan pembangunan pertanian (penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian), teknik, metode dan pende-katan implementasi pembangunan pertanian dan tepat penciptaan serta pengembangan inovasi hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengarusutamaan gender?
2. Mengapa pengarusutamaan gender diperlukan dalam pembangunan pertanian?
3. Bagaimana pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian pengarusutamaan gender.
2. Pentingnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian.
3. Pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertanian.
1.4. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat menjadi acuan atau referensi dalam mempelajari sosiologi pertanian, khususnya dalam pokok bahasan gender.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian-Pengertian tentang Gender
Pengarusutamaan gender (PUG) adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan (Inpres No. 9 Tahun 2000).
Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran & tanggungjawab laki-laki & perempuan yang terjadi akibat dari dapat berubah oleh keadaan sosial & budaya masyarakat (Patilima,2005).
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki & perempuan untuk memperoleh kesempatan & hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, & kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut (Patilima, 2005).
Keadilan gender adalah suatu proses, kondisi dan perlakuan untuk menjadi adil terhadap laki-laki & perempuan (Patilima, 2005).
2.2 Pentingnya Pangarusutamaan Gender dalam Pembangunan
PUG bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu suatu kondisi yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki (relasi gender). Melalui penerapan PUG, dapat ditingkatkan ketepatan desain peren-canaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program/ proyek/ kegiatan pembangunan pertanian , yang berarti:
1. Tepat sasaran pemanfaat pemba-ngunan (pelaku agribisnis): laki-laki dan perempuan, generasi tua dan muda.
2. Tepat metode dan teknik pen-didikan pembangunan pertanian (penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian)
3. Tepat teknik, metode dan pende-katan implementasi pembangunan pertanian.
4. Tepat penciptaan dan pengem-bangan inovasi hasil-hasil peneli-tian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
Dengan demikian, menerapkan PUG berarti:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pemba-ngunan pertanian.
2. Mengakselerasi peningkatan status ekonomi dan kesejahteraan keluarga/ rumahtangga tani.
3. Mengakselarasi peningkatan kesejah-teraan masyarakat dan bangsa.
(Departemen Pertanian)
2.3 Pihak-Pihak yang Melaksanakan Pengarusutamaan Gender
Menurut Adriani (2009), pihak-pihak yang seharusnya melaksanakan pengarusutamaan gender adalah:
1. Lembaga-lembaga Pemerintah
Yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Perundang-Undangan, kebijakan, dan pelayanan publik.
2. Dunia Usaha
Yaitu dengan menciptakan poduk, lapangan keja dan jasa.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat/ Organisasi Perempuan.
4. Organisasi Swasta
5. Organisasi Pofesi
6. Organisasi Keagamaan
1.5. http://www.deptan.go.id/setjen/roren/ragam/pengertian_gender.htm
1.6. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengarusutamaan_gender
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Pengertian Pengarusutamaan Gender
Gender masih sering disalahartikan oleh masyarakat kita. Gender sering diartikan sebagai jenis kelamin, sehingga kedua kata ini perlu dipahami pengertiannya secara benar. Jenis kelamin atau seks adalah penandaan individu manusia ke dalam kategori laki-laki dan perempuan berdasar karakteristik biologis (genital eksternal dan organ-organ seks internal), genetik (kromosom) dan hormon.
Gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara laki-laki dan perempuan yang tidak berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas. Gender merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Peran gender bersifat dinamis, dipengaruhi oleh umur (generasi tua dan muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi, pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global.
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi suatu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan. Pengarusutamaan gender ditujukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan upaya menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan, pengakuan, dan penghargaan yang sama di masyarakat.
3.2 Pentingnya Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Pertanian.
Pengarusutamaan gender penting dalam pembangunan pertanian. Pengarusutamaan gender bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu suatu kondisi yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki (relasi gender). Dengan adanya pengarusutamaan gender, akan tercipta suatu pembagian kerja dalam bidang pertanian yang adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan dalam bidang petanian.
Melalui penerapan pengarusutamaan gender, dapat ditingkatkan ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian, yang berarti tepat sasaran pemanfaat pembangunan (pelaku agribisnis), yaitu laki-laki dan perempuan, generasi tua dan muda. Tepat metode dan teknik pendidikan pembangunan pertanian, yaitu penyuluhan, pelatihan pendidikan formal dan non formal pertanian. Tepat teknik, metode dan pendekatan implementasi pembangunan pertanian.Tepat penciptaan dan pengembangan inovasi hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelaku agribisnis.
Oleh karena itu, menerapkan pengarusutamaan gender berarti meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan pertanian. Penerapan Pengarusutamaan gender juga berarti mengakselerasi peningkatan status ekonomi dan kesejahteraan keluarga/ rumahtangga petani, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dan bangsa.
Ketidaksetaraan gender merugikan bagi kesejahteraan laki-laki dan perempuan karena memiliki dampak bagi kemampuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Selain itu dapat mengurangi produktivitas sehingga menghambat upaya pengentasan kemiskinan. Akumulasi dari pembedaan yang diikuti dengan pembatasan peran sumberdaya manusia di rumah dan di pasar tenaga kerja, serta secara sistematis mengecualikan perempuan atau laki-laki dari akses ke sumberdaya, jasa publik ataupun aktifitas produktif, merupakan diskriminasi gender yang berarti mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk tumbuh serta mengurangi kapasitas untuk meningkatkan standar kehidupan.
Kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) perlu diprioritaskan dalam pembangunan. Norma sosial dan budaya sebagian besar masyarakat Indonesia yang patriarkhi telah menempatkan laki-laki pada sektor publik dan perempuan di sektor domestik. Sebagian besar kegiatan pembangunan dikategorikan berada di sektor publik yang berdampak terhadap lebih rendahnya kesempatan perempuan untuk dilibatkan dalam berbagai kegiatan pembangunan.
Paradigma lama pembangunan pertanian yang bias gender telah menyebabkan kualitas sumberdaya perempuan dan generasi muda lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dewasa (yang dianggap sebagai kepala keluarga/rumah-tangga). Secara kuantitatif jumlah penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki. Laki-laki dan perempuan sebagai sumberdaya pembangunan mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama untuk berkonstribusi, menjadi partisipan dan memperoleh manfaat dari pembangunan.
3.3 Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Pertanian
Petani perempuan ternyata menjadi kunci pembangunan pertanian dan sebagai penyelamatan krisis pangan yang terjadi 2 tahun terakhir ini. Dalam laporan PBB yang dikeluarkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pertanian menjadi sumber utama kehidupan untuk perempuan di banyak negara berkembang dan menjadi jalan keluar utama untuk mengatasi kemiskinan di keluarganya.Namun demikian banyak perempuan di berbagai wilayah pedesaan tidak mempunyai akses untuk input dan sumber daya produksi bagi pertaniannya serta pelayanan publik yang memadai. Mereka juga tidak mendapatkan insentive yang memadai dalam usahanya serta sangat rentan upaya produktivitasnya di pertanian. Padahal pertanian yang dihasilkan para perempuan ini menjadi tumpuan hidup dan kehidupan banyak keluarga miskin.
Gender di pertanian menjadi bukti nyata untuk mewujudkan agenda pembangunan pertanian di Indonesia. Perempuan menjadi kunci dalam produksi pertanian di negara berkembang. Dimana 32% dari mereka hanya bekerja sebagai buruh dan hidup dalam keterbatasan di areal pedesaan (70%). Perempuan menjadi sumber yang potensial tenaga kerja dalam produksi pangan yang dikonsumsi masyakat lokal. Pertanian di berbagai negara termasuk di wilayah Asia dan Afrika menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menjadi basis kehidupan di pedesaan. Lebih banyak proposi produksi pertanian dihasilkan oleh perempuan, sehingga perempuan menjadi agen yang cukup penting dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga. Untuk itulah sudah sewajarnya perempuan mendapatkan prioritas dalam program pertanian dan mendapatkan dukungan dari kebijakan pembangunan pertanian karena dialah sumber daya dalam keberlanjutan kehidupan pedesaan dan pengurangan kemiskinan.
Seperti pada umumnya model pembangunan pertanian di banyak negara, Indonesia menggunakan model pembangunan yang berbasis tehnologi tinggi (revolusi hijau). Model inilah yang mengantarkan berbagai program pertanian dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan yang besar karena pertumbuhan penduduk yang luar biasa. Sejak awal tahun 60 an model ini mulai diperkenalkan kepada petani dengan berbagai nama dari Insus, Supra Insus hingga revitalisasi pertanian dan contract farming. Peran petani sebagai pengusaha pertanian berubah hanya menjadi produsen ataupun buruh diladangnya sendiri. Petani dipaksa menggunakan sistem produksi yang baru dari benih, pupuk, pestisida hingga mesin yang mereka tidak mampu menguasainya. Ketergantungan ini lambat laun meminggirkan kehidupannya dari usaha tani, karena hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan input yang digunakan diusaha taninya.
Kondisi ini juga menggiring perempuan keluar dari pertaniannya. Benih yang merupakan sumber utama kekayaan perempuan diambil alih perannya oleh perusahaan benih. Benih yang semula bisa disimpan, tidak lagi bisa dibudidayakan ulang, bahkan akan dianggap melanggar hak paten benih itu sendiri. Mesin pertanian juga semakin menghilangkan kesempatan perempuan mendapatkan sumber penghidupan bagi perempuan, karena mesin-mesin pertanian sering diciptakan tidak familier dengan fisik perempuan.
Hal ini kemudian diperparah dengan kebijakan program pertanian yang memprioritaskan kesempatan-kesempatan pengembangan kapasitas bagi petani laki-laki. Banyak pendidikan dan pelatihan, pembentukan kelompok tani, kelompok usaha lebih banyak diperuntukkan untuk laki-laki. Perempuan tidak disertakan dalam pendidikan dan pelatihan tentang pertanian, padahal secara budaya perempuan yang paling besar keterlibatannya dalam pertanian.
Minimnya informasi (pertanian) yang diterima perempuan membuat rendahnya tingkat pemahaman petani perempuan tentang penggunaan teknologi pertanian yang ditanamkan revolusi hijau. Sehingga perempuan yang lebih rentan terhadap keracunan akibat pemakaian pestisida dan bahan kimia lainnya dipertanian. Semakin berkurangnya penguasaan petani terhadap lahan pertanian pangan dan semakin tingginya biaya pengolahan pertanian mendorong perempuan keluar dari pertanian, menggiring perempuan keluar dari desa ke kota bahkan negara lain menjadi pekerja rumah tangga atau buruh murah diperkotaan.
Saat ini pertanian yang merupakan budaya kehidupan yang sulit dijalani. Tekanan ekternal dan pilihan untuk melepaskan budaya kehidupannya semakin hari semakin luar biasa. Sektor pertanian dianggap tidak memberikan kehidupan yang layak, banyak mendorong berubahnya mata pencaharian kehidupan budaya petani yakni pertanian ke sektor lain termasuk ke industri atau sektor kerja lain. Titik berat pembangunan ekonomi di Indonesia sejak dulu menekankan di bidang industri, walaupun diharapkan adanya keseimbangan pertumbuhan industri dan pertanian, ternyata dunia pertanian yang nota bene lebih banyak berlangsung di wilayah pedesaan dan menjadi gantungan hidup lebih dari 75% penduduk Indonesia tidak mengalami perkembangan yang menyenangkan.
Hal ini karena segala kebijakan dan subsidi negara lebih banyak ke bidang industri. Petani kesulitan dalam mengembangkan akses-akses sumber daya alam dan usaha tani yakni tanah dan air, sarana produksi hingga kredit. Pengusaha dan sektor bisnislah yang menerima keuntungan pembangunan pertanian yang selama ini ada, karena mereka menguasai akses tersebut.
Banyak pendekatan dan strategi yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak serta pemerintah untuk mendorong tumbuhnya sumber-sumber pendapatan keluarga petani di pedesaan tanpa harus mengubah budaya kehidupan yang sudah dikenalnya sejak lahir. Strategi yang banyak dikembangkan mencakup 2 hal yakni on farm dan off farm (non farm). Model on farm (dilahan pertanian) yang dikembangkan tidak harus kembali pada model tradisional yang sudah ada sejak dulu, tetapi perlu disesuaikan dengan situasi lingkungan yang sudah berubah, juga kebutuhan yang semakin besar.
Salah satu cara yang selama ini dikembangkan adalah dengan model pertanian terpadu (sustainable agriculture), dimana cara ini memadukan beragam cara agar petani perempuan punya kesempatan memperoleh pendapatan dari berbagai sumber. Seringkali ada anggapan bahwa lahan pertanian adalah lahan laki-laki dan lahan perempuan ada dipekarangan. Sehingga upaya memandirikan perempuan dalam akses terhadap produksi pertanian adalah lewat usaha non farm dipekarangan. Kondisi alam di Indonesia cukup beragam sumber daya alamnya menyediakan sumber pangan yang beranekaagam baik untuk kebutuhan protein, vitamin, mineral dan obat-obatan.
Mendorong upaya pemanfaatan sumber daya alam lokal tidak sekedar mengurangi ketergantungan impor, namun juga memberikan kesempatan bagi perempuan yang terhimpit antara petani dan kebijakan pertanian global. Di sisi lain upaya yang harus terus diperjuangkan adalah pola hubungan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak adanya penghargaan bagi petani perempuan terhadap peran publik dan domestik. Keterlibatan mereka dalam berbagai peran tidak diikuti dengan pengembalian hak perempuan dalam memperoleh berbagai kesempatan untuk mengambangkan diri dan mendapatkan akses ekonomi, sosial dan politik, akan tetapi perempuan hanya ditempatkan sebagai komoditi dan konsumen.
Tantangan perempuan adalah menyingkirkan budaya yang mengidentikkannya sebagai makhluk kelas dua, dan terus berjuang memposisikan diri sebagai makhluk yang setara. Adanya perubahan situasi global yang memperngaruhi kondisi perbaikan nasib perempuan adalah adanya kebijakan politik yang memberikan perbaikan dengan diratifikasinya Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Konvensi CEDAW ) dengan UU No. 7 tahun 1984 juga Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) . Situasi sekarang inilah yang seharusnya dipakai moment pijakan bersama untuk memberikan ruang bagi perempuan untuk bersama berjuang memperbaiki posisinya dan tampil aktif mengembalikan nilai-nilai kearifan lokal, kesetaraan dan keadilan bagi semua.
Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian FP UB
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sosiologi pertanian dipelajari aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat pertanian. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, jaringan sosial, dan dampak globalisasi terhadap kemajuan usaha pertanian di wilayah tersebut.
Dalam sosiologi, konsep kebudayaan sangat penting karena objek studi pokok sosiologi adalah masyarakat dimana masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Kebudayaan adalah sesuatu yang kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Horton dan Hunt, masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan kebudayaan adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat tersebut. Dirumuskan secara tegas lagi, kebudayaan adalah perangkat peraturan dan tata cara, bersama dengan seperangkat gagasan dan nilai yang mendukungnya (Horton dan Hunt, terjemahan, 1987: 58).
Dalam suatu masyarakat sering terjadi penggolongan-penggolongan berdasarkan aspek tertentu, misalnya kekayaan, pendidikan, ketuunan, dll. Stratifikasi sosial adalah penggambaran kelompok-kelompok sosial dalam susunan yang berjenjang. Bila ada pertanyaan, mengapa dalam masyarakat terdapat pelapisan-pelapisan? Jawabnya karena kehidupan manusia dilekati oleh nilai. Keberadaan nilai selalu mengandung kelangkaan, tidak mudah didapat, dan oleh karenanya memberi harga pada penyandangnya. Secara umum hal-hal yang mengandung nilai berkaitan dengan harta/kekayaan, jenis mata pencaharian, pengetahuan/pendidikan, keturunan, dan keagamaan. Bagi masyarakat desa yang dipandang bernilai adalah lahan pertanian mereka. Semakin besar pemilikan atau penguasaan terhadap lahan pertanian maka semakin tinggi kedudukan di tengah masyarakat mereka. Keberadaan pelapisan sosial ini tidak terlepas dari tingkat diferensiasi masyarakatnya. Apabila tingkat deferensiasi rendah maka pelapisan sosialnya kurang terlihat. Misalnya, sebuah komunitas desa yang warganya merupakan satuan keluarga besar yang tinggal bersama di satu rumah, dengan sendirinya tidak akan memperlihatkan pelapisan sosial yang jelas kecuali sekedar status-status dalam sistem kekerabatan yang ada.
Seiring berkembangnya zaman, globalisasi mulai merambah pertanian. Perubahan dan pembangunan masyarakat desa, terutama di bidang pertaniannya berkaitan dengan tiga kekuatan, yaitu kekuatan internal yang ada dalam masyarakat desa, kekuatan eksternal terutama yang datang dari arus globalisasi, dan program-program pembangunan pemerintah. Kekuatan-kekuatan internal, baik kultural maupun strukturalnya, cenderung merupakan kekuatan statis yang sekalipun sering dicap sebagai faktor penghambat perubahan pembangunan. Kekuatan luar, yang saat ini umumnya dirumuskan dengan “arus globalisasi”, merupakan kekeuatan pengubah yang sangat besar bagi proses perubahan yang terjadi di desa. Kekuatan luar lainya, umumnya lebih memihak pada idiologi yang terkandung dalam arus globalisasi, yakni berkaitan erat dengan proses modernisasi. Maka masyarakat desa menghadapi dua arus kekuatan luar yang dahsyat yang seolah merubah desa dari “atas dan bawah”.
Terpuruknya perekonomian nasional pada tahun 1997 yang dampaknya masih berkepanjangan hingga saat ini membuktikan rapuhnya fundamental ekonomi kita yang kurang bersandar kepada potensi sumberdaya domestik. Pengalaman pahit krisis moneter dan ekonomi tersebut memberikan bukti empiris bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling tangguh menghadapi terpaan yang pada gilirannya memaksa kesadaran publik untuk mengakui bahwa sektor pertanian merupakan pilihan yang tepat untuk dijadikan sektor andalan dan pilar pertahanan dan penggerak ekonomi nasional. Kekeliruan mendasar selama ini karena sektor pertanian hanya diperlakukan sebagai sektor pendukung yang mengemban peran konvensionalnya dengan berbagai misi titipan yang cenderung hanya untuk mengamankan kepentingan makro yaitu dalam kaitan dengan stabilitas ekonomi nasional melalui swasembada beras dalam konteks ketahanan pangan nasional.
Secara implisit sebenarnya stabilitas nasional negeri ini di bebankan kepada petani yang sebagian besar masih tetap berada di dalam perangkap keseimbangan lingkaran kemiskinan jangka panjang (the low level equilibrium trap). Pada hakekatnya sosok pertanian yang harus dibangun adalah berwujud pertanian modern yang tangguh, efisien yang dikelola secara profesional dan memiliki keunggulan memenangkan persaingan di pasar global baik untuk tujuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (sumber devisa). Dengan semakin terintegrasinya perekonomian indonesia ke dalam perekonomian dunia, menuntut pengembangan produk pertanian harus siap menghadapi persaingan terbuka yang semakin ketat agar tidak tergilas oleh pesaing-pesaing luar negeri. Untuk itu paradigma pembangunan pertanian yang menekankan pada peningkatan produksi semata harus bergeser ke arah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani dan aktor pertanian lainnya dengan sektor agroindustri sebagai sektor pemacunya (leverage factor).
Upaya peningkatan produksi pertanian hanya nampak pada beberapa komoditi tanaman pangan yang sarat dengan muatan politis seperti halnya beras dan gula. Sementara berbagai komoditas potensial lain pada sub-sektor hortikultura, perkebunan dan peternakan, di samping jenis-jenis komoditi tanaman pangan lainnya masih belum berkembang dengan baik. Jika pun ada upaya untuk meningkatkan produksi berbagai komoditi agribisnis ini, namun hasilnya tidak jarang menjadi bumerang yang menyakitkan para petani. Meningkatnya produksi tidak jarang diikuti dengan anjloknya harga, sehingga pasar telah menjadi sesuatu yang sangat tidak bersahabat bagi petani dan pengembangan sektor pertanian itu sendiri.
Proses kanibalisme aktivitas pemasaran terhadap aktivitas produksi di satu sisi menyebabkan petani tidak bergairah dalam menjalani profesinya. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas produksi yang dihasilkan menjadi rendah. Di sisi lain, proses kanibalisasi tersebut berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi wilayah pedesaan, walaupun sebenarnya memiliki berbagai komoditas agribisnis unggulan. Tidak berkembangnya sektor pertanian dan wilayah pedesaan mengantarkan kita pada kondisi yang semakin mengkhawatirkan dimana dijumpai fenomena enggan-nya para generasi muda pedesaan untuk melanjutkan profesi petani ini. Dalam konteks sistem agribisnis, disamping sub-sistem on-farm (budidaya) dan sub-sistem off-farm (baik yang di hulu yaitu penyediaan input faktor maupun yang di hilir yaitu pengolahan dan pemasaran hasil) terdapat sub-sistem penunjang (supporting service sub-system).
Aktivitas pada sub-sistem penunjang ini mencakup pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, penelitian dan pengembangan, permodalan dan asuransi, advokasi serta pengadaan aspek legal peraturan yang mendukung. Pada umumnya, sub-sistem penunjang ini ditafsirkan sebagai aktivitas yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah. Karena tentunya petani secara perorangan tidak akan mampu melakukan peran tersebut.
Namun demikian, jika para petani bergerak dalam suatu bentuk kerjasama yang solid, bukannya tidak mungkin berbagai aktivitas sub-sistem penunjang ini dapat mereka laksanakan dengan secara mandiri dan baik. Dewasa ini tingkat kesejahteraan petani terus menurun sejalan dengan persoalan-persoalan klasik yang dialaminya, sekaligus menjadi bagian dan dilema dari sebuah kegiatan agribisnis di tingkat produsen pertanian. Tingkat keuntungan kegiatan agribisnis selama ini lebih banyak dinikmati oleh para pedagang dan pelaku agribisnis lainnya di hilir (Sumodiningrat, 2000). Oleh karena itu, diperlukan kelembagaan ekonomi pedesaan yang mampu memberikan kekuatan bagi petani (posisi tawar yang tinggi).
Kelembagaan pertanian yang dalam hal ini mampu memberikan jawaban atas permasalahan di atas. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Suhud, 2005). Peningkatan posisi tawar petani pada dasarnya adalah untuk dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan. Pengembangan masyarakat petani melalui Koperasi ataupun kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan.
Arah pemberdayaan petani akan disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan partisipasi yang tinggi terhadap koperasi, diharapkan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang dilakasanakan koperasi akan juga tinggi. Karena di dalam koperasi terdapat nilai dan prinsip berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong dan merupakan landasan koperasi itu sendiri.
Konsep pemberdayan masayarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan yang harus diperhatikan dalam pengembangan koperasi di pedesaan, diantaranya adalah : (a) rendahnya minat masyarakat untuk bergabung dalam kelompok tani/koperasi, hal ini disebabkan karena kegagalan-kegagalan dan stigma negatif tentang kelembagaan tani/koperasi yang terbentuk di dalam masyarakat. Kegagalan yang dimaksud diantaranya adalah ketidakmampuan kelembagaan tani/koperasi dalam memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produk pertanian anggotanya. (b) adanya ketergantungan petani kepada tengkulak akibat ikatan yang ditimbulkan karena petani melakukan transaksi dengan para tengkulak (pinjaman modal, dan memasarkan hasil). Dan (c) rendahnya SDM petani di pedesaan menimbulkan pemahaman dan arti penting koperasi terabaikan.
Koperasi dan Kelompok tani dan petani (anggota) harus memiliki hubungan yang harmonis, tanpa hubungan yang harmonis dan saling membutuhkan sulit dibayangkan koperasi/kelompok tani mampu dan dapat bertahan. Tapi dengan adanya prinsip saling membutuhkan tersebut koperasi/kelompok tani akan mampu menjadi lembaga perekonomian masyarakat pedesaan khususnya petani yang dapat memberikan keuntungan baik dari segi ekonomi dan sosial. Prospek pertanian dan pedesaan yang berkembang setelah krisis ekonomi semakin mendorong kebutuhan akan adanya kelembagaan perekonomian komprehensif dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani atau pengusaha kecil. Hal ini sejalan dengan adanya pemahaman bahwa nilai tambah terbesar dalam kegiatan ekonomi pertanian dan pedesaan terdapat pada kegiatan yang justru tidak dilakukan secara individual. Namun, nilai tambah tersebut didapatkan pada kegiatan perdagangan, pengangkutan, pengolahan yang lebih ekonomis bila dilakukan secara bersama-sama dengan pelaku lain sehingga diharapkan keuntungan dapat dinikmati secara bersama-sama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah analisis usaha tani hasil komoditas pertanian anggota kelompok tani yang ada di dusun Jeding,desa Junrejo kec.Junrejo?
2. Bagaimanakah keadaan saprodi pertanian yang terdapat di Dusun Jeding Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu?
3. Bagaimanakah kondisi pertanian yang ada di Dusun Jeding Desa Junrejo menurut keterangan dari masyarakat di desa tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui analisis usaha tani hasil komoditas pertanian anggota kelompok tani yang ada di dusun Jeding,desa Junrejo kec.Junrejo.
2. Mengetahui keadaan saprodi yang terdapat di Dusun Jeding Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu.
3. Mengetahui kondisi pertanian yang ada di Dusun Jeding Desa Junrejo menurut keterangan dari masyarakat.
1.4 Manfaat
1. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk memperbaiki sistem pertanian di Indonesia.
2. Bagi mahasiswa, dapat menganalisis usaha tani yang diterapkan di Dusun Jeding Desa Junrejo.
3. Bagi pembaca, diharapkan dapat mengetahui tentang kondisi pertanian di dusun Jeding desa Junrejo melalui identifikasi yang dilakukan penulis terhadap para petani di daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan
Menurut seorang antropolog bernama E.B. Tylor (1871) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebisaaaan-kebisaaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1998) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda, rasa untuk menghasilkan keindahan, dan cipta untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kemudian menurut Ralph Linton, seorang ahli antropologi terkemuka mengemukakan bahwa kebudayaan secara umum diuraikan sebagai way of life suatu masyarakat (Linton, 1936). Way of life dalam pengertian ini tidak sekedar berkaitan dengan bagaimana cara orang untuk bisa hidup secara biologis, melainkan jauh lebih luas daripada itu.
Jadi kesimpulannya, kebudayaan adalah suatu hasil karya cipta manusia yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral hukum, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
A. Unsur Kebudayaan
Menurut Melville J. Herskovits mengajukan empat unsur kebudayaan, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik. Menurut Bronislaw Malinowski, unsur pokok kebudayaan:
a. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat
b. Organisasi ekonomi
c. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
d. Organisasi kekuatan
Antropolog C. Kluckhohn dalam karyanya yang berjudul Universal Catagories of Culture menunjukkan adanya unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universals, yaitu:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem perkawinan)
d. Bahasa (lisan maupun tertulis)
e. Kesenian
f. Sistem pengetahuan
g. Religi
B. Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan berguna bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antara manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Menurut Ralph Linton kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut istilahnya adalah designs for living. Unsur-unsur normatif yang merupakan bagian dari kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian (valuational elements)
2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak
3. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive elements)
C. Sifat Hakikat Kebudayaan
Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga. Sifat hakikatnya adalah sebagai berikut:
1. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
2. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
3. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tndakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
2.2 Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Ada beberapa definisi tentang stratifikasi sosial yaitu :
1. Pitirim A Sorokin Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi:
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja.
Contoh:
1. Sistem kasta Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana
2. Rasialis Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan diposisi kulit putih.
3. Feodal kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan meskipun ada keinginan untuk hal itu.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contoh:
1. Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
2. Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kom` binasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Kemudian dalam beberapa stratifikasi sosial ada kriteria-kriteria yang dominan dan menonjol dalam lingkup masyarakat. Berikut merupan kriteria-kriteria tersbut, yaitu:
a. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
b. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
c. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi sosial sebagai kejadian universal artinya bagaimanapun juga dalam lingkup masyarakat selalu ada pelapisan sosial yang terjadi. Meskipun dalam lingkup masyarakat sederhana pun dapat di temukan. Kriteria kekayaan dan jabatan membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang hidup tanpa kelas.
2.3 Kelembagaan
Lembaga masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan visi, misi, profesi, fungsi dan kegiatan untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang terdiri dari organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi sosial, organisasi politik, media massa, dan bentuk organisasi lainnya.
Lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social-institution. Lembaga kemasyarakatan terdapat dalam setiap lapisan masyarakat tanpa memperdulikan masyarakat tersebut memiliki taraf kebudayaan bersahaja atau modern. Untuk memberikan suatu batasan, dapat dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kebutuhan masyarakat.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan proses-proses antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku
2. Menjaga keutuhan masyarakat
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian social
Tiap lembaga memiliki tujuan utama, relatif permanen memiliki nilai-nilai pokok yang bersumber dari para anggotanya, dan pelbagai lembaga dalam suatu masyarakat memiliki keterkaitan satu sama lain (Bruce J. Cohen, terjemahan Bina Aksara).
Menyangkut proses keberadaanya, lembaga bisa diciptakan dengan sengaja seperti yang terjadi pada sebuah organisasi. Misalnya hutang piutang, lembaga pendidikan, dan lainnya. Sedangkan yang terbentuk secara tidak sengaja, misalnya adalah lembaga-lembaga yang tumbuh dari adat istiadat. Bagi masyarakat desa yang masih bersahaja, keberadaan dan peran dari jenis lembaga ini sangat penting. Karena lembaga ini sulit berubah. Proses modernisasi ini seringkali berhadapan dengan lembaga-lembaga semacam itu, sekalipun tidak semuanya bersifat menghambat pembaharuan/pembangunan.
Lembaga berubah seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Mengingat fungsinya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tertentu anggota masyarakat, maka dinamikanya juga ditentukan oleh proses dan pola perubahan yang terjadi. Sebab, perubahan atau perkembangan cenderung mengakibatkan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru. Dan tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan baru tersebut belum tentu dapat dipenuhi lembaga-lembaga lama.
2.4 Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah suatu jaringan relasi dan hubungan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Jaringan ini merupakan keseluruhan relasi dan hubungan sosial yang dapat diamati di suatu masyarakat, misalnya jaringan sosial yang terdapat di masyarakat desa, keseluruhan relasi dan hubungan sosial di kalangan pemimpin desa, antara pemimpin desa dan masyarakat desa, di kalangan warga masyarakat tersebut pada umumnya.
Relasi dan hubungan sosial itu terdapat diberbagai bidang kehidupan yang meliputi ekonomi, sosial, kebudayaan dan lain-lain. Jaringan relasi dan hubungan sosial merupakan pencerminan hubungan antar status-status dan peran-peran dalam masyarakat. Jaringan sosial di masyarakat komplek lebih rumit dibanding masyarakat sederhana atau masyarakat primitif. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7, 1989 : 345).
Dalam hal ini jaringan komunikasi lebih diarahkan pada pola-pola pengaruh, yaitu siapa yang menjadi influentials atau orang-orang yang berpengaruh dan bagaimana morphis–nya atau dengan kata lain seberapa jauh penyebaran pengaruhnya. Ini berarti, kajian jaringan komunikasi berhubungan dengan ketokohan seseorang. Sebutan tokoh tentu berkait erat dengan status. Dan status adalah bagian yang tak terpisahkan dengan pengaruh atau aksesibilitas masyarakat setempat terhadap sumber informasi dan segala aspeknya.
Analisis jaringan ini dapat dilihat melalui hubungan-hubungan yang terdapat diantara orang-orang dan diantara klik-klik pada suatu topik tertentu yang dapat diungkapkan dengan teknik-teknik sosiomentri dan didasarkan pada penemuan “siapa berinteraksi dengan siapa“ (lihat, Gonzalez dalam Jahi, 1993 : 94).
Bukti nyata efek jaringan komunikasi pada perubahan perilaku seseorang diperoleh dari beberapa studi tentang adopsi program atau kegiatan pemerintah. Seperti dinyatakan Gonzales, untuk sebagian, perilaku seseorang dipengaruhi oleh hubungan orang tersebut dengan orang lain atau oleh jaringan komunikasi yang diikutinya (lihat, Gonzales dalam Jahi, 1993: 98).
2.5 Globalisasi
Globalisasi adalah proses yang kompleks dan multidimensi (Adam dan Gupta, 1997). O'Neill mendefinisikannya sebagai proses di mana perusahaan (berhubungan langsung atau tidak langsung) menjadi saling tergantung and terkait secara global melalui aliansi strategis and jaringan internasional.
Aspek lain dari globalisasi adalah kebijakan pemerintah. Kemandirian pemerintah dalam membuat dan menjalankan kebijakan domestik di bidang ekonomi, sosial dan budaya semakin tererosi dan semakin dipengaruhi oleh persetujuan internasional, lembaga donor internasional dan MNCs. (Khor, 2000:4).
Globalisasi adalah proses yang asimetris, dengan distribusi benefit dan kerugian yang tidak seimbang. Proses ini mengakibatkan polarisasi yang makin besar antar kelompok, wilayah dan sektor. (Khor, 2000:h.9). Ia menciptakan kemakmuran bagi MNC sekaligus meminggirkan banyak orang miskin di negara berkembang. Sebagai ilustrasi, 91% FDI terjadi di TRIAD dan NICs, 9.8% di Amerika Latin dan hanya 3% di seluruh Afrika. Ini menyebabkan makin besarnya gap pendapatan antar negara. Pada tahun 1965, gap pendapatan antara G7 dengan 7 negara termiskin adalah 20 kali. Saat ini perbedaannya adalah 39 kali.
Proses globalisasi di sektor pertanian dapat ditelusuri melalui sejarah. Phillip McMichael dan Laura T. Reynolds menggambarkan proses globalisasi di sektor pertanian telah berlangsung sejak zaman kolonialisme. Saat itu terjadi proses integrasi sektor pertanian ke dalam sistem perekonomian dunia melalui pembagian kerja global (global division of labour) dan spesialisasi komoditi petanian dan bahan baku untuk memuaskan kebutuhan pola konsumsi negara-negara penjajah.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.1 Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman(guide) wawancara (Bungin,2008).
Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner yaitu suatu daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk memperoleh jawaban dari responden berupa data yang berkaitan dengan penelitian.wawancara dilakukan secara sistematik yaitu wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman(guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden(Bungin,2008).
Pada praktikum lapang di dusun Jeding desa Junrejo kami mewawancarai 3 narasumber yakni bapak Rupa’i sebagai petani pemilik lahan, bapak Abdul Majid sebagai petani yang memiliki lahan sempit dan bapak Kismanudi sebagai petani penyewa lahan. Dimana pada wawancara itu hasilnya kemudian kami cantumkan dalam pembahasan pada bab selanjutnya.
3.1.2 Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,meliputi buku-buku yang relevan,peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film nurutdokumenter,data yang relevan penelitian (Ridwan,2002).Menurut Sugiyono(2004) pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang sudah ada pada program dan instansi terkait.dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.
3.2 Metode Penentuan Tempat
Tempat yang dituju untuk praktikum sosiologi pertanian adalah Junrejo. Karena melihat Desa ini masih luas dengan lahan pertanian yang masih asri. Selain itu juga masyarakat di Desa Junrejo, khususnya Dusun Jeding ramah dan baik hati. Kami juga melihat petani di Dusun ini masih memegang teguh norma kesopanan dan tali persaudaraan yang erat.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Wilayah
4.1.1 Legenda asal mula desa Junrejo
Dari hasil usul pelacakan sejarah oleh sesepuh dan tokoh masyarakat di sebutkan bahwa Desa kami yang bernama Desa Junrejo berasal dari kata “ DYON– RETJO “ atau “ JUN WATU “. Dyon menurut bahasa jawa kuno artinya tempat air gentong, sehingga Dyion- Retjo atau Arca Dyion Watu bisa bermakna tempat air dari batu. Konon menurut sumber, keberadaan JUN tersebut sejak abad IX atau Masa Kerajaan Tumapel / Singosari.
Pada tahun 1914 M di Desa Junwatu ditemukan benda berupa ”JUN” dan di Desa Telogo rejo ditemukan ”TELOGO”(menurut masyarakat setempat disebut pula ”JEDING”dalam bahasa Jawa).
Pada Tahun 1922 Desa Telogorejo berubah menjadi JEDING dengan pedukuhan Rejoso. Dan tahun 1923 Desa JUNWATU, JEDING, REJOSO digabung menjadi satu dengan nama “JUNREJO” dengan Kepala Desa dari Junwatu yaitu Pak Marsih yang menjabat sampai akhir hayatnya.
4.1.2 Karakteristik desa Junrejo
A.Geografi dan Topografi Desa Junrejo
1. Geografi Desa Junrejo
a. Desa Junrejo terletak pada ketinggian : 700 mil
b. Curah hujan rata - rata / tahun : 30 mm
c. Keadaan suhu rata - rata : 28ºC – 30ºC
2. Topografi Desa Junrejo
a. Dataran : 56 Ha
b. Areal Perbukitan / Pegunungan : 42 Ha
B. Desa Junrejo mempunyai luas wilayah 433.157 Ha yang terdiri dari :
1. Pemukiman
Tabel 1.Pemukiman
No. Jenis Pemukiman Luas
1. Pemukiman Pejabat Pemerintah 0,5 Ha
2. Pemukiman TNI / POLRI 1,5 Ha
3. Pemukiman KPR / BTN 2,5 Ha
4. Pemukiman Umum 85 Ha
2. Data Bangunan
Tabel 2.Data Bangunan
No. Jenis Bangunan Luas
1. Perkantoran 5,9 Ha
2. Sekolah 4 Ha
3. Pertokoan 3,5 Ha
4. Tempat Ibadah 2 Ha
5. Makam Umum 3 Ha
6. Jalan 11 Ha
3. Lahan Pertanian
Tabel 3.Lahan Pertanian
No. Jenis Bangunan Luas
1. Sawah Pengairan 221 Ha
2. Sekolah 69 Ha
3. Hutan 8 Ha
4. Perikanan Darat 0,5 Ha
5. Lahan Tidur 5 Ha
4. Rekreasi dan Olahraga
Tabel 4.Rekreasi dan Olahraga
No. Jenis Bangunan Luas
1. Lapangan Olahraga 1,5 Ha
2. Lapangan Bola Volly 0,5 Ha
C. Keadaan Sosial ekonomi Budaya Masyarakat Desa junrejo
Sebagaian besar masyarakat Desa Junrejo mempunyai mata pencarian sebagai petani dan sebagaian lain adalah pengrajin, pedagang, wiraswasta , Pegawai Negri Sipil , ABRI, TNI dan Polisi.Berbagai hasil produksi pasca panen dengan baik, hal ini terlihat dengan adanya Home Industri sedang dan kecil. Kategori Home Industri sedang antara lain : souvenir, peralaatan rumah tangga, pembuatan gamelan, sedangkan Kategori Home Industri Kecil berupa : anyam – anyaman tas dari plastik, keramik vas bunga, makanan ringan dari ubi dan pembuatan peralatan pertanian. Bidang usaha tersebut ternyata membuahkan hasil yang cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengiriman ke luar kota dan lintas pulau.
Dari keanekaragaman mata pencarian masyarakat Desa Junrejo dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Junrejo sangat Heterogen. Keanekaragaman itulah yang membuat kehidupan warga Junrejo menjadi rukun dan dapat menumbuhkan rasa solidaritas antar warga dengan rasa saling menghargai tanpa melihat ras, suku, agama dan golongan.Budaya masyarakat Desa Junrejo hingga saat ini belum terkontaminasi dengan adanya budaya barat, sangat patut untuk dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan dasar religi serta mayoritas islam yang hingga saat ini masih dipetahankan.
D. Prasarana Pemerintahan, Pendidikan, Kesehatan, Perhubungan, Perekonomian dan Keagamaan.
Kantor Pemerintahan Desa Junrejo terletak di dusun Junwatu yang berdekaatan dengan wilayah Kantor Kecamatn Junrejo, Kantor Desa Junrejo sebagai pusat pelayanan masyarakat yang pada garis besarnya sebagai pelaksanaan tugas Kepala Desa dan perangkat Desa mempunyai tugas :
a. Melaksanakan Kewajiban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
b. Menggerakan dan Meningkatkan Partipasi Masyarakat
c. Memberikan Pembinaan ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Desa Junrejo
Dalam melaksanakan kewajibannya maka Pemerintahan Desa Junrejo ditunjang dengan adanya : Kantor Sekretariat Pemerintah Desa, kantor Sekretariat BPD, kantor Sekretariat LPMD, kantor Sekretariat PKK, kantor Sekretariat Karang Taruna, kantor Sekretariat BUMDES, graha Nata, graha Pemuda, musholla, pos Linmas, Rest Area, Lahan Parkir, Toilet dan Dapur. Wilayah Desa Junrejo sesuai dengan kultur kehidupan yang ada, terdapat pendidikan formal dan non formal.
Tabel 5.lembaga pendidikan formal
No Nama Lembaga Jumlah
1 Taman kanak-kanak 3
2 Sekolah dasar 2
3 Sekolah menengah pertama 1
4 Sekolah menengah atas 1
Tabel 6.lembaga non formal
No Nama Lembaga Jumlah
1 Pondok Pesantren 2
2 TPQ 14
4.1.3 Data batas wilayah dan jumlah penduduk desa Junrejo
A. Batas Wilayah
Tabel 7. Batas wilayah desa Junrejo
Utara Desa Mojorejo dan Desa Beji
Timur Desa Dadaprejo dan Desa Sumber sekar
Selatan Desa Sumber Sekar K ec. Dau Kab. Malang
Barat Desa Tlekung
B. Jumlah Penduduk
Tabel 8.Jumlah penduduk desa Junrejo
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki Laki 4657 51,2 %
2 Perempuan 4445 48,8 %
Jumlah 9102 100 %
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
Tabel 9.Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
No Usia L P Jumlah Prosentase
1 0 - 05 Tahun 246 208 454 4,9 %
2 06 - 10 Tahun 385 349 734 8,1 %
3 11 - 17 Tahun 504 435 939 10,4 %
4 18 - 25 Tahun 585 544 1129 12,4 %
5 26 - 40 Tahun 1304 1237 2541 27,9 %
6 41 - 60 Tahun 1180 1132 2312 25, 4 %
7 > 60 Tahun 453 540 993 10,9 %
JUMLAH 4657 4445 9102 100
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 10.Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan L P Jumlah Prosentase
1 Tidak / Belum Sekolah / Tidak tamat SD / Sederajat 1153
1174 2327 25,5 %
2 Tamat SD / Sederajat 1632 1688 3320 36,5 %
3 Tamat SLTP / Sederajat 833 704 1537 16,9 %
4 Tamat SLTA / Sederajat 799 646 1445 15,9 %
5 Tamat Diploma I / II / III / Akademi 54
61 115 1,2 %
6 Tamat S-1 / S-2 / S-3 186 172 358 3,9 %
Jumlah 4657 4445 9102 100
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Profesi
Tabel 11.Jumlah penduduk berdasarkan profesi
No Pekerjaan L P Jumlah Prosentase
1 Belum Bekerja 1509 1286 2795 30,7 %
2 Pelajar /Mahasiswa 680 606 1286 14,1 %
3 Mengurus Rumah Tangga 0 1457 1457 16 %
4 Pensiunan / Purnawirawan 25 11 36 03 %
5 Pegawai Negeri Sipil 81 57 138 1,5 %
6 Kepolisian / POLRI 28 3 31 0,3 %
7 TNI AD/AL/AU 10 10 20 0,2 %
8 Perdagangan 163 151 314 3,4 %
9 Petani / Pekebun 798 424 1222 13,4 %
10 Peternak 11 0 11 0,1 %
11 Industri 92 0 92 1,1 %
12 Kontruksi / Arsitek / Mekanik 48 0 48 0,5 %
13 Transportasi / Sopir 90 0 90 0,9 %
14 Swasta 476 197 673 7,4 %
15 Wiraswasta 160 54 214 2,3 %
16 Buruh 418 134 552 6,1 %
17 Tenaga medis / Bidan 2 3 5 0,05 %
18 Dokter 4 1 5 0,05 %
19 Dosen 5 5 10 0,1 %
20 Guru 11 36 47 0,5 %
21 Tukang 34 2 36 0,4 %
22 Karyawan Honorer 12 8 20 0,2 %
Jumlah 4657 4445 9102 100 %
C. Luas wilayah dan jumlah KK desa Junrejo
a.Luas Wilayah Desa Junrejo yaitu 433.157 Km²
b.Jumlah KK adalah 2423
D. Data orbitrase desa Junrejo
a. Jarak dengan Kecamatan Junrejo : ± 0,3 Km
b. Jarak dengan Pemerintah Kota Batu : ± 7 Km
c. Jarak dengan Provinsi Jawa Timur : ± 100 Km
4.2. Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani komoditi pertanian anggota kelompok tani :
A. Komoditi padi/0,25 ha
Tabel 12.Komoditi padi
No Uraian Satuan/0,25 ha Nilai satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Input/ sarana produksi
-bibit (batang) 300 2500 750.000
-pupuk urea (kg) 150 1500 225.000
-pupuk SP-36 (kg) 75 3000 225.000
-pupuk KCL() kg 75 3000 225.000
-pupuk kandang (kg) 1500 600 900.000
Jumlah biaya 2.325.000
2
Tenaga kerja (HOK)
-pembersihan lahan 3 10.000 30.000
-lubang tanaman 10 10.000 100.000
-tanam 10 10.000 100.000
-pemupukan 2 10.000 20.000
-penyiangan 10 30.000 300.000
-pembersihan hama 2 10.000 20.000
-panen 7 15.000 105.000
Jumlah biaya tenaga 675.000
4 Total biaya 3.000.000
5 Hasil (kg) 7500 1500 11.250.000
6 Keuntungan 8.250.000
Perhitungan analisis usaha tani:
a. Break even point (BEP)
1. BEP produksi = Total biaya produksi = Rp. 3.000.000 = 2000 kg
Harga Rp. 1.500/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat produksi mencapai 2000 kg usaha padi tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada tingkat harga Rp. 1.500/kg.
2. BEP harga = Total biaya produksi = Rp. 3.000.000 = 400 kg
Produksi Rp. 7500/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat harga mencapai 400 kg usaha padi tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada tingkat produksi Rp. 7500/kg.
b. Return of cost ratio (R/C)
R/C= Total pendapatan = Rp. 11.250.000 = 3,75
Total biaya Rp. 3000.000
Artinya dari setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi padi akan diperoleh keuntungan 3,75
Keuntungan = Total pendapatan – Total biaya
= Rp. 11.250.000 – Rp. 3.000.000
= Rp. 8.250.000
B. Komoditi sayur kubis/0,25 ha
Tabel 13.Komoditi sayur kubis
No Uraian Satuan/0,25 ha Nilai satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Input/ sarana produksi
-bibit (kg) 0,5 1.500 750
-pupuk urea (kg) 10 1.500 15.000
-pestisida 1 paket 75.000 75.000
-pupuk kandang (kg) 300 600 180.000
Jumlah biaya 270.750
2 Tenaga kerja (HOK)
-tanam 2 10.000 20.000
-pemupukan 3 10.000 30.000
-penyiangan 3 10.000 20.000
-panen 4 10.000 20.000
Jumlah biaya tenaga 100.000
Total Biaya 370.750
Hasil (kg) 400 1000 400.000
Keuntungan 129.250
a. Break even point (BEP)
1. BEP produksi = Total biaya produksi = Rp. 370.750= 370,75 kg
Harga Rp. 1000/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat produksi mencapai 370,75 kg usaha kubis tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada saat tingkat harga Rp. 1000/kg. Namun ketika harga diatas Rp. 1000/kg petani akan mendapatkan keuntungan apalagi jika diproduksi dalam jumlah lebih dari 370,75 kg.
2. BEP harga = Total biaya produksi = Rp. 370.750 = 926,88 kg
Produksi Rp. 400/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat harga mencapai 926,88 kg usaha sayur kubis tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada tingkat produksi Rp. 400/kg. Namun ketika harga diatas Rp. 400/kg petani akan mendapatkan keuntungan apalagi jika diproduksi dalam jumlah lebih dari 370,75 kg.
b. Return of cost rasio (R/C)
R/C = Total pendapatan = Rp. 400.000 = 1,08
Total biaya Rp. 370.750
Artinya dari setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi sayur kubis kan diperoleh keuntungan 1,08. Maka jika petani ingin menambah keuntungan dapat dilakukan dengan menambah jumlah produksi dan memanfaatkan suplay barang pada saat harga sedang naik.
Keuntungan = Total pendapatan = Total biaya
= Rp. 400.000 – Rp. 370.750
= Rp. 129.250
4.3. Pengadaan Saprodi
Petani di Desa Junrejo cenderung menggunakan pupuk kimia atau pupuk anorganik seperti Urea, ZA, KCl, NPK, dan Phonsca. Menurut keterangan yang kami dapatkan dari petani di Desa Junrejo mereka suka menggunakan pupuk anorganik supaya bisa meningkatkan hasil produksi komoditas mereka, hal ini dilakukan karena permintaan pasar akan komoditas sayuran terus meningkat.
Disamping menggunakan pupuk anorganik petani di Desa Junrejo juga masih menggunakan pupuk kandang dan pupuk kompos, pupuk kompos jarang mereka gunakan karena mereka menganggap bahwa pembuatan pupuk kompos masih rumit dan harus menunggu waktu pengomposan yang kemudian baru bisa digunakan untuk tanaman.
a. Pengolahan usaha tani
Cara persemaian bibit yang dilakukan petani di Desa Junrejo ada berbagai macam. Untuk bibit yang jenisnya biji-bijian seperti persemain dilakukan dengan menaburkan bibit ke dalam lahan, kemudian lahan tersebut juga ditaburi pupuk kandang. Untuk bibit ketela pohon cara persemaian di lakukan dengan memangkas ketela pohon yang akan dijadikan bibit dan memotongnya dengan ukuran kurang lebih 25 cm lalu ditancapkan di lahan pada interval tertentu.
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan cangkul, untuk lahan yang akan ditanami padi lahan di buat menjadi berlumpur dengan di bantu tenaga sapi atau dalam istilah jawanya adalah mluku. Petani yang punya lahan yang luas biasanya lebih memilih menggunakan traktor untuk mempercepat pengolahan lahan.
Kegiatan tanam menanam dilakukan sendiri untuk petani yang punya lahan yang sedang, mereka mengolah lahan dengan dibantu oleh seluruh anggota keluarga. Bagi lahan luas petani yang mempunyai lahan luas, biasanya mereka menggunakan sistem bagi hasil.
Untuk mengatasi masalah serangan hama penyakit tanaman petani di Desa Junrejo menggunakan pestisida kimia. Penggunaan pestisida ini bisa membunuh organism yang bukan sasaran. Selain itu pestisida juga bisa merusak kandungan tanah.
Penyiangan dilakukan sendiri dengan bantuan seluruh anggota keluarga, tanpa mempekerjakan orang luar. Infomasi bibit di dapat dari tim penyuluh yang mengadakan penyuluhan setiap sebulan sekali.
Pemasaran hasil budidaya dilakukan di pasar setempat, transportasi untuk membawa barang produksi juga sudah ada. Jumlah presentase yang dijual adalah 94% dan 6% dikonsumsi sendiri.
4.4. Kondisi Pertanian desa Junrejo dusun Jeding
A. Identifikasi Responden
Tabel 14.Identifikasi Responden
No Uraian Petani
1 2 3
1. Nama Petani Pak Rupa’i Pak Abdul Majid Pak Kismanudi
2. Umur 54 55 27
3. Tingkat pendidikan SD SMP SMK
4. Pekerjaan KK Petani,karyawan KUD dan ketua kelompok tani Petani (Petani Sedang) Petani (petani gurem)
5. Jumlah anggota RTG 5 5 2
6. Luas lahan 1 ha 1700 m2 -
7. Luas lahan tegal - - -
8. Jumlah ternak 6 sapi perah,5 Kambing 1 sapi perah -
B. Kebudayaan Dusun Jeding Desa Junrejo
Di dusun Jeding desa Junrejo terdapat sistem budaya atau adat istiadat yang diterapkan masyarakat setempat dalam kegiatan pertaniaan. Dimana pada saat panen tiba mereka mengadakan syukuran yang dilakukan oleh masyarakat yang sedang melakukan pasca panen. Adat istiadat ini di sebut “wiwit” dimana syukuran ini dilaksanakan di rumah masing-masing warga yang sedang melakukan tradisi tersebut. Tujuan dilaksanakannya tradisi ini yaitu untuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan hasil panen tersebut.
Masyarakat tersebut masih menggunakan pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian) yaitu dengan menggunakan matahari untuk perkiraan cuaca.misalnya jika matahari sudah tepat ditengah-tengah,maka pertanda musim penghujan datang dan apabila tanah dilihat dari jauh seolah-olah mengeluarkan api maka pertanda musim kemarau akan datangharus menanam maupun memanen.Tetapi pada masyarakat dusun jeding juga ada yang tidak menggunakan pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk aktivitas pertanian)
Macam atau jenis komoditas yang dibudidayakan dan ditanam masyarakat dusun Jeding desa Junrejo yaitu bunga kol,kubis,bawang merah,dan padi. Dari keempat jenis tanaman tersebut yang paling sering ditanan adalah padi tetapi yang memiliki hasil yang optimal adalah tomat. Tetapi itu juga harus memperhatikan pada harga pasar, padi harganya tinggi atau rendah. Pada saat menanan padi harga di pasar tinggi jadi hasil dari penjualan yang didapat juga lumayan tinggi.
Pada desa tersebut tidak begitu ada aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh setiap anggota masyarakat. Tetapi mereka hanya menyamakan jenis tanaman yang akan ditanam atau menggunakan sistem monokultur. Hal ini disebabkan apabila ada dari satu atau dua keluarga yang menanan jenis tanaman yang berbeda maka tanaman tersabut akan diserang banyak hama karena jumlah tanaman tersebut sedikit.
Sistem pertanian yang diterapkan didesa tersebut sudah menggunakan sistem pertanian yang modern. Contohnya, mereka menggunakan traktor untuk mengolah sawah. Tetapi juga ada beberapa warga yang menggunakan sapi karena lokasi lahan yang sulit dijangkau oleh traktor. Selain itu mereka juga sudah menggenal berbagai macam pupuk yang mereka campur sendiri dengan dosis 60% pupuk kimia dan 40% pupuk organik .
Penggaruh dari teknologi modern dalam sistem budidaya pertanian yaitu pada hasil yang di dapat. Contohnya dengan adanya bibit unggul. Bila dibanding dengan bibit lokal, bibit unggul lebih memberikan hasil yang optimal. Teknologi berpengaruh juga pada saat mengolahan lahan. Antara sapi dengan traktor akan lebih cepat selesai bila menggunakan traktor dan masih banyak lagi contohnya.
C. Stratifikasi Sosial Masyarakat Dusun Jeding Desa Junrejo
Peran dan kedudukan petani dalam kegiatan partisipasi masyarakat di Dusun Jeding Desa Junrejo mempunyai peran yang besar karena mayoritas masyaratnya sebagai petani sehingga mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga dari hasil bertani.
Di desa tersebut ada penggolongan kelas dalam masyarakat yaitu petani gerem merupakan petani yang memiliki luas lahan yang sempit dan biasanya tingkat perekonomiannya rendah. Dimana petani gurem ini biasanya mengolah lahan orang lain yang nantinya akan di beri upah atau gaji baik harian, mingguan atau bulanan. Kemudian petani sedang merupakan petani yang memiliki lahan sedang dalam artian tidak begitu luas dan tidak begitu sempit. Hasil dari pengolahan lahan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terakhir adalah petani pemilik dimana petani ini memiliki lahan yang luas sehingga mereka dapat memanfaatkan lahan mereka untuk budidaya pertanian. Dalam mengolah lahannya biasanya memperkerjakan petani gurem.
Dalam hal kegiatannya terdapat perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Dimana bagi laki-laki bertugas dalam hal pengolahan lahan, menjalankan traktor, mencangkul. Biasanya pekerjaan yang berat dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan perempuan biasanya membantu dalam hal penanaman padi maupun tanaman lain dan menyediakan makanan.
D. Kelembagaan di Dusun Jeding Desa Junrejo
Di dusun Jeding Desa Junrejo terdapat lembaga yang bernama Kelompok Sri Sejati I. Dimana lembaga ini dikelola oleh bapak-bapak pada mayarakat tersebut. Selain lembaga tersebut di dusu ini juga terdapat lumbung tani yang digunakan untuk penyimpanan hasil pertanian.
Lembaga tersebut mengadakan pertemuan setiap 1 bulan sekali, tepatnya pada tanggal 5. Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai masalah pertanian sekaligus membahas masalah ternak karena dalam kelompok tani ini petani dan peternak digabung menjadi satu pertemuan.
Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut memberikan manfaat dalam memajukan pertanian. Dimana dengan adanya lembaga tersebut masyarakat mendapatkan informasi dari penyuluhan yang ada mengenahi segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian. Dengan lembaga tersebut melatih kerjasana untuk mengelola suatu lahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, ada keuntungan pasti ada kendala yang dihadapi.Dalam lembaga tersebut tidak mempunyai kendala yang berarti. Karena kekompakan dari semua kelompok.Dalam lembaga ini juga memiliki 1 agenda pertemuan yaitu arisan.
E. Pengaruh adanya Jaringan Sosial
Lembaga tersebut tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar. Hanya saja lembaga tersebut pernah didatangi oleh dinas pertanian untuk memberikan penyuluhan masalah pertanian serta melihat sistem pertanian di desa tersebut. Selain itu, dinas pertanian memberikan bantuan berupa bibit kopi, duren, padi, dan jagung.
F. Pengaruh Datangnya Arus Globalisasi
Dengan adanya teknologi baru, terjadi perubahaan dari sistem pertanian di desa tersebut. Hasil yang didapat menjadi maksimal dengan adanya bibit unggul dan pupuk-pupuk organik yang dapat menyuburkan tanaman. Tetapi dengan adanya bibit unggul, menjadikan bibit lokal jarang digunakan karena hasilnya lebih memuaskan bila menanam dengan bitit unggul. Penggunaan pupuk organik juga me[mberikan dampak megatif. Dimana tanaman akan tergantung dengan pupuk organik. Bila tidak dipupuk maka hasilnya tidak optimal. Selain itu, dengan menggunakan pupuk organik menyebabkan tanah lama kelamaan kehilangan tingkat kesuburannya
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Masyarakat di desa Junrejo kebanyakan menanam padi dan sayuran kubis karena dari analisis yang dilakukan kedua tanaman tersebut menguntungkan secara ekonomis.
2. Petani di dusun Jeding,desa Junrejo lebih suka menggunakan pupuk anorganik supaya bisa meningkatkan hasil produksi komoditas mereka, hal ini dilakukan karena permintaan pasar akan komoditas sayuran terus meningkat.
3. Kondisi di desa Junrejo dusun Jeding sang berpotensi untuk pertanian karena di sana masih ada yang menggunakan pupuk organik.
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah
Pemerintah harus memperhatikan kondisi pertanian di indonesia. Karena pertanian adalah penompang ketahanan pangan nasional. Harus ada program-program untuk memejukan petani agar pertanian tidak terpinggirkan. Sehingga petani tidak dipandang rendah.
2. Bagi petani
Sebagai petani diharapkan untuk lebih memikirkan bagaimana memperoleh hasil yang optimal dengan pengolahan lahan yang ramah lingkungan tanpa bahan-bahan kimia yang berbahaya.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang lebih luas, harus bisa memanfaatkan pengetahuan yang mereka miliki untuk memajukan pertanian di Indonesia. Dengan cara memberikan pengetahauan kepada para petani mengenahi cara bertabi yang ramah lingkungan tanpa bahan-bahan kimia.
LAMPIRAN
a. Peta Desa
b. Potensi Wilayah
Responden dalam studi lapang di dusun Jeding desa Junrejo terdiri dari 3 responden, yaitu petani gurem, petani sedang, dan petani pemilik. Berikut adalah data identitas tentang ketiga responden tersebut.
Petani Sedang Petani Gurem Petani Pemilik
1. Nama petani : Sutierni
2. Umur : 49 tahun
3. Tingkat pendidikan formal: SMP
4. Pekerjaan Kepala Keluarga:
a. Utama : Petani
b. Sampingan: Pemerah sapi
5. Jumlah anggota rumah tangga: 5 orang
6. Luas lahan pertanian sawah:
a. Milik : 0, 4 ha
b. Sewa : - ha
c. Bagi hasil: - ha
7. Luas lahan tegal: - ha
8. Jumlah ternak yang diplihara:
a. Sapi : 3 ekor 1. Nama petani : Sukoati
2. Umur : 47 tahun
3. Tingkat pendidikanformal: SMP
4. Pekerjaan Kepala Keluarga
a. Utama : Pegawai swasta
b. Sampingan : Pedagang
5. Jumlah anggota rumah tangga : 5 orang
6. Luas lahan pertanian sawah:
a. Milik : 0,25 ha
b. Sewa : - ha
c. Bagi hasil: - ha
7. Luas lahan tegal: -
8. Jumlah ternak yang diplihara: -
1. Nama petani : Bu Cicik
2. Umur : 38 tahun
3. Tingkat pendidikan formal : SMA
4. Pekerjaan KK :
a. Utama : Petani,
b. Sampingan : Karyawan Swasta
5. Jumlah anggota RTG : 4 orang
6. Luas lahan pertanian sawah
a. Milik : 0,75 ha
b. Sewa : -
c. Bagi hasil : -
7. Luas lahan tegal ; -
8. Jumlah ternak yang dipelihara : -
Di dusun Jeding desa Junrejo terdapat lembaga pertanian yang salah satunya adalah Kelompok Tani Wanita Sri Sejati II yang sudah berdiri sejak tahun 1987. Lembaga tersebut beranggotakan para petani-petani wanita yang ada di dusun tersebut, pengurusnyapun terdiri dari para wanita yang diketuai oleh ibu Suhartutik, bendahara ibu Cicik, sekretaris ibu Sukoati dan beranggotakan 23 orang.
Lembaga tersebut sudah befungsi dengan baik dan bemanfaat bagi para petani, khususnya bagi para petani wanita di dusun tersebut. Lembaga tersebut berfungsi dalam membantu masyarakat petani untuk pendistribusian pupuk, bibit, dan sarana produksi lain dari pemerintah. Selain itu lembaga ini juga banyak membantu para petani dalam menyelesaikan masalah dalam pertanian mereka, juga sebagai tempat untuk menyampaikan aspirasi dan keluhan-keluhan mereka kepada pemerintah.
Pertemuan anggota dilakukan rutin setiap dua minggu sekali pukul 4 sore. Dalam pertemuan tesebut membahas masalah-masalah petani dalam melakukan pertaniannya, misalnya dalam budidayanya dan perawatan tanaman budidayanya. Selain itu, kegiatan tersebut di adakan untuk memperkuat kedekatan mereka agar dapt bekerjasama dengan baik, selain itu mereka juga saling tukar pikiran dan di diskusikan bersama-sama demi lancarnya kegiatan bertani mereka.Pada saat perkumpulan berlangsung sering juga terdapat tamu dari luar lembaga untuk memberikan penyuluhan dan informasi-informasi mengenai pertanian.
Untuk membantu pertanian di dusun tersebut sudah terdapat pembagian kerja yang cukup jelas, misalnya dalam irigasi dan penyimpanan alat-alat pertanian. Untuk kelompok tani wanita Sri Sejati II, bagian yang membantu pengairan diserahkan kepada tenaga sewa, sedangkan untuk alat-alat yang digunakan untuk kegiatan pertanian dititipkan di rumah ketua kelompok tani. Masing-masing tugas tersebut teealisasikan dengan baik.
Selain Kelompok Tani Wanita Sri Sejati II terdapat juga lembaga masyarakat di desa Junrejo yang di atur oleh pemerintah desa yang dinamakan sebagai kelompok tani atau gapoktan. Adanya lembaga tersebut tidak menjadi kendala bagi Kelompok Tani Wanita Sri Sejati II dalm memperoleh keuntungan, justru mereka bisa saling kerjasama dalam membahas permasalahan pertanian yang ada di desa Junrejo.
Selain adannya kelompok tani, terdapat lembaga lain di masyarakat dusun Jeding, yaitu Yasinan yang dilaksanakan tiap minggu. Yasinan ini tidak hanya diikuti oleh anggota kelompok tani saja, tetapi seluruh masyarakat dusun Jeding. Dalam kegiatan yasinan ini terdapat pembagian antara yasinan bapak-bapak dan yasinan ibu-ibu.
Dengan adanya lembaga berupa kelompok tani tersebut anggota kelompok tani mendapat beberapa manfaat, yaitu lebih mudah dalam menyelesaikan masalah yang dialami dalam pertanian mereka. Petani menyebutkan tidak ada kendala dalam kelompok tani tersebut, sebaliknya adanya kelompok tani sangat membantu petani seiring bekembangnya zaman. Dengan adanya kelompok tani, para petani lebih mudah dalam mengakses informasi baru untuk pengembangan sistem pertanian mereka (modernisasi petanian).
c. Foto Kegiatan di Lapang
Gambar 1 : Foto bersama Gapoktan Sri sejati 1
Gambar 2 : Foto batas desa masuk desa Junrejo
Gambar 3 : Lahan persawahan petani
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Sosperta. http://id.wikipedia.org/wiki/sosiologi_pertanian
Anonymous. 2009. Sosiologi. http://id.wikipedia.org/wiki/sosiologi_pedesaan
Pranadji, T. 2004. Perspektif Pengembangan Sosial Budaya. IPB Press. Bogor.
Soemardjan, S. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. FE UI Press. Jakarta.
Raharjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
Sajogjo dan Sajogjo Pujiwati. 1995. Sosiologi Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta.
Susanto, Astrid. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sosiologi pertanian dipelajari aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat pertanian. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, jaringan sosial, dan dampak globalisasi terhadap kemajuan usaha pertanian di wilayah tersebut.
Dalam sosiologi, konsep kebudayaan sangat penting karena objek studi pokok sosiologi adalah masyarakat dimana masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Kebudayaan adalah sesuatu yang kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Horton dan Hunt, masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan kebudayaan adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat tersebut. Dirumuskan secara tegas lagi, kebudayaan adalah perangkat peraturan dan tata cara, bersama dengan seperangkat gagasan dan nilai yang mendukungnya (Horton dan Hunt, terjemahan, 1987: 58).
Dalam suatu masyarakat sering terjadi penggolongan-penggolongan berdasarkan aspek tertentu, misalnya kekayaan, pendidikan, ketuunan, dll. Stratifikasi sosial adalah penggambaran kelompok-kelompok sosial dalam susunan yang berjenjang. Bila ada pertanyaan, mengapa dalam masyarakat terdapat pelapisan-pelapisan? Jawabnya karena kehidupan manusia dilekati oleh nilai. Keberadaan nilai selalu mengandung kelangkaan, tidak mudah didapat, dan oleh karenanya memberi harga pada penyandangnya. Secara umum hal-hal yang mengandung nilai berkaitan dengan harta/kekayaan, jenis mata pencaharian, pengetahuan/pendidikan, keturunan, dan keagamaan. Bagi masyarakat desa yang dipandang bernilai adalah lahan pertanian mereka. Semakin besar pemilikan atau penguasaan terhadap lahan pertanian maka semakin tinggi kedudukan di tengah masyarakat mereka. Keberadaan pelapisan sosial ini tidak terlepas dari tingkat diferensiasi masyarakatnya. Apabila tingkat deferensiasi rendah maka pelapisan sosialnya kurang terlihat. Misalnya, sebuah komunitas desa yang warganya merupakan satuan keluarga besar yang tinggal bersama di satu rumah, dengan sendirinya tidak akan memperlihatkan pelapisan sosial yang jelas kecuali sekedar status-status dalam sistem kekerabatan yang ada.
Seiring berkembangnya zaman, globalisasi mulai merambah pertanian. Perubahan dan pembangunan masyarakat desa, terutama di bidang pertaniannya berkaitan dengan tiga kekuatan, yaitu kekuatan internal yang ada dalam masyarakat desa, kekuatan eksternal terutama yang datang dari arus globalisasi, dan program-program pembangunan pemerintah. Kekuatan-kekuatan internal, baik kultural maupun strukturalnya, cenderung merupakan kekuatan statis yang sekalipun sering dicap sebagai faktor penghambat perubahan pembangunan. Kekuatan luar, yang saat ini umumnya dirumuskan dengan “arus globalisasi”, merupakan kekeuatan pengubah yang sangat besar bagi proses perubahan yang terjadi di desa. Kekuatan luar lainya, umumnya lebih memihak pada idiologi yang terkandung dalam arus globalisasi, yakni berkaitan erat dengan proses modernisasi. Maka masyarakat desa menghadapi dua arus kekuatan luar yang dahsyat yang seolah merubah desa dari “atas dan bawah”.
Terpuruknya perekonomian nasional pada tahun 1997 yang dampaknya masih berkepanjangan hingga saat ini membuktikan rapuhnya fundamental ekonomi kita yang kurang bersandar kepada potensi sumberdaya domestik. Pengalaman pahit krisis moneter dan ekonomi tersebut memberikan bukti empiris bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling tangguh menghadapi terpaan yang pada gilirannya memaksa kesadaran publik untuk mengakui bahwa sektor pertanian merupakan pilihan yang tepat untuk dijadikan sektor andalan dan pilar pertahanan dan penggerak ekonomi nasional. Kekeliruan mendasar selama ini karena sektor pertanian hanya diperlakukan sebagai sektor pendukung yang mengemban peran konvensionalnya dengan berbagai misi titipan yang cenderung hanya untuk mengamankan kepentingan makro yaitu dalam kaitan dengan stabilitas ekonomi nasional melalui swasembada beras dalam konteks ketahanan pangan nasional.
Secara implisit sebenarnya stabilitas nasional negeri ini di bebankan kepada petani yang sebagian besar masih tetap berada di dalam perangkap keseimbangan lingkaran kemiskinan jangka panjang (the low level equilibrium trap). Pada hakekatnya sosok pertanian yang harus dibangun adalah berwujud pertanian modern yang tangguh, efisien yang dikelola secara profesional dan memiliki keunggulan memenangkan persaingan di pasar global baik untuk tujuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (sumber devisa). Dengan semakin terintegrasinya perekonomian indonesia ke dalam perekonomian dunia, menuntut pengembangan produk pertanian harus siap menghadapi persaingan terbuka yang semakin ketat agar tidak tergilas oleh pesaing-pesaing luar negeri. Untuk itu paradigma pembangunan pertanian yang menekankan pada peningkatan produksi semata harus bergeser ke arah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani dan aktor pertanian lainnya dengan sektor agroindustri sebagai sektor pemacunya (leverage factor).
Upaya peningkatan produksi pertanian hanya nampak pada beberapa komoditi tanaman pangan yang sarat dengan muatan politis seperti halnya beras dan gula. Sementara berbagai komoditas potensial lain pada sub-sektor hortikultura, perkebunan dan peternakan, di samping jenis-jenis komoditi tanaman pangan lainnya masih belum berkembang dengan baik. Jika pun ada upaya untuk meningkatkan produksi berbagai komoditi agribisnis ini, namun hasilnya tidak jarang menjadi bumerang yang menyakitkan para petani. Meningkatnya produksi tidak jarang diikuti dengan anjloknya harga, sehingga pasar telah menjadi sesuatu yang sangat tidak bersahabat bagi petani dan pengembangan sektor pertanian itu sendiri.
Proses kanibalisme aktivitas pemasaran terhadap aktivitas produksi di satu sisi menyebabkan petani tidak bergairah dalam menjalani profesinya. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas produksi yang dihasilkan menjadi rendah. Di sisi lain, proses kanibalisasi tersebut berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi wilayah pedesaan, walaupun sebenarnya memiliki berbagai komoditas agribisnis unggulan. Tidak berkembangnya sektor pertanian dan wilayah pedesaan mengantarkan kita pada kondisi yang semakin mengkhawatirkan dimana dijumpai fenomena enggan-nya para generasi muda pedesaan untuk melanjutkan profesi petani ini. Dalam konteks sistem agribisnis, disamping sub-sistem on-farm (budidaya) dan sub-sistem off-farm (baik yang di hulu yaitu penyediaan input faktor maupun yang di hilir yaitu pengolahan dan pemasaran hasil) terdapat sub-sistem penunjang (supporting service sub-system).
Aktivitas pada sub-sistem penunjang ini mencakup pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, penelitian dan pengembangan, permodalan dan asuransi, advokasi serta pengadaan aspek legal peraturan yang mendukung. Pada umumnya, sub-sistem penunjang ini ditafsirkan sebagai aktivitas yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah. Karena tentunya petani secara perorangan tidak akan mampu melakukan peran tersebut.
Namun demikian, jika para petani bergerak dalam suatu bentuk kerjasama yang solid, bukannya tidak mungkin berbagai aktivitas sub-sistem penunjang ini dapat mereka laksanakan dengan secara mandiri dan baik. Dewasa ini tingkat kesejahteraan petani terus menurun sejalan dengan persoalan-persoalan klasik yang dialaminya, sekaligus menjadi bagian dan dilema dari sebuah kegiatan agribisnis di tingkat produsen pertanian. Tingkat keuntungan kegiatan agribisnis selama ini lebih banyak dinikmati oleh para pedagang dan pelaku agribisnis lainnya di hilir (Sumodiningrat, 2000). Oleh karena itu, diperlukan kelembagaan ekonomi pedesaan yang mampu memberikan kekuatan bagi petani (posisi tawar yang tinggi).
Kelembagaan pertanian yang dalam hal ini mampu memberikan jawaban atas permasalahan di atas. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Suhud, 2005). Peningkatan posisi tawar petani pada dasarnya adalah untuk dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan. Pengembangan masyarakat petani melalui Koperasi ataupun kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan.
Arah pemberdayaan petani akan disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan partisipasi yang tinggi terhadap koperasi, diharapkan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang dilakasanakan koperasi akan juga tinggi. Karena di dalam koperasi terdapat nilai dan prinsip berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong dan merupakan landasan koperasi itu sendiri.
Konsep pemberdayan masayarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan yang harus diperhatikan dalam pengembangan koperasi di pedesaan, diantaranya adalah : (a) rendahnya minat masyarakat untuk bergabung dalam kelompok tani/koperasi, hal ini disebabkan karena kegagalan-kegagalan dan stigma negatif tentang kelembagaan tani/koperasi yang terbentuk di dalam masyarakat. Kegagalan yang dimaksud diantaranya adalah ketidakmampuan kelembagaan tani/koperasi dalam memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produk pertanian anggotanya. (b) adanya ketergantungan petani kepada tengkulak akibat ikatan yang ditimbulkan karena petani melakukan transaksi dengan para tengkulak (pinjaman modal, dan memasarkan hasil). Dan (c) rendahnya SDM petani di pedesaan menimbulkan pemahaman dan arti penting koperasi terabaikan.
Koperasi dan Kelompok tani dan petani (anggota) harus memiliki hubungan yang harmonis, tanpa hubungan yang harmonis dan saling membutuhkan sulit dibayangkan koperasi/kelompok tani mampu dan dapat bertahan. Tapi dengan adanya prinsip saling membutuhkan tersebut koperasi/kelompok tani akan mampu menjadi lembaga perekonomian masyarakat pedesaan khususnya petani yang dapat memberikan keuntungan baik dari segi ekonomi dan sosial. Prospek pertanian dan pedesaan yang berkembang setelah krisis ekonomi semakin mendorong kebutuhan akan adanya kelembagaan perekonomian komprehensif dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani atau pengusaha kecil. Hal ini sejalan dengan adanya pemahaman bahwa nilai tambah terbesar dalam kegiatan ekonomi pertanian dan pedesaan terdapat pada kegiatan yang justru tidak dilakukan secara individual. Namun, nilai tambah tersebut didapatkan pada kegiatan perdagangan, pengangkutan, pengolahan yang lebih ekonomis bila dilakukan secara bersama-sama dengan pelaku lain sehingga diharapkan keuntungan dapat dinikmati secara bersama-sama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah analisis usaha tani hasil komoditas pertanian anggota kelompok tani yang ada di dusun Jeding,desa Junrejo kec.Junrejo?
2. Bagaimanakah keadaan saprodi pertanian yang terdapat di Dusun Jeding Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu?
3. Bagaimanakah kondisi pertanian yang ada di Dusun Jeding Desa Junrejo menurut keterangan dari masyarakat di desa tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui analisis usaha tani hasil komoditas pertanian anggota kelompok tani yang ada di dusun Jeding,desa Junrejo kec.Junrejo.
2. Mengetahui keadaan saprodi yang terdapat di Dusun Jeding Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu.
3. Mengetahui kondisi pertanian yang ada di Dusun Jeding Desa Junrejo menurut keterangan dari masyarakat.
1.4 Manfaat
1. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk memperbaiki sistem pertanian di Indonesia.
2. Bagi mahasiswa, dapat menganalisis usaha tani yang diterapkan di Dusun Jeding Desa Junrejo.
3. Bagi pembaca, diharapkan dapat mengetahui tentang kondisi pertanian di dusun Jeding desa Junrejo melalui identifikasi yang dilakukan penulis terhadap para petani di daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan
Menurut seorang antropolog bernama E.B. Tylor (1871) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebisaaaan-kebisaaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1998) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda, rasa untuk menghasilkan keindahan, dan cipta untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kemudian menurut Ralph Linton, seorang ahli antropologi terkemuka mengemukakan bahwa kebudayaan secara umum diuraikan sebagai way of life suatu masyarakat (Linton, 1936). Way of life dalam pengertian ini tidak sekedar berkaitan dengan bagaimana cara orang untuk bisa hidup secara biologis, melainkan jauh lebih luas daripada itu.
Jadi kesimpulannya, kebudayaan adalah suatu hasil karya cipta manusia yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral hukum, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
A. Unsur Kebudayaan
Menurut Melville J. Herskovits mengajukan empat unsur kebudayaan, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik. Menurut Bronislaw Malinowski, unsur pokok kebudayaan:
a. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat
b. Organisasi ekonomi
c. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
d. Organisasi kekuatan
Antropolog C. Kluckhohn dalam karyanya yang berjudul Universal Catagories of Culture menunjukkan adanya unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universals, yaitu:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem perkawinan)
d. Bahasa (lisan maupun tertulis)
e. Kesenian
f. Sistem pengetahuan
g. Religi
B. Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan berguna bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antara manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Menurut Ralph Linton kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut istilahnya adalah designs for living. Unsur-unsur normatif yang merupakan bagian dari kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian (valuational elements)
2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak
3. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive elements)
C. Sifat Hakikat Kebudayaan
Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga. Sifat hakikatnya adalah sebagai berikut:
1. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
2. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
3. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tndakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
2.2 Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Ada beberapa definisi tentang stratifikasi sosial yaitu :
1. Pitirim A Sorokin Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi:
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja.
Contoh:
1. Sistem kasta Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana
2. Rasialis Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan diposisi kulit putih.
3. Feodal kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan meskipun ada keinginan untuk hal itu.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contoh:
1. Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
2. Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kom` binasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Kemudian dalam beberapa stratifikasi sosial ada kriteria-kriteria yang dominan dan menonjol dalam lingkup masyarakat. Berikut merupan kriteria-kriteria tersbut, yaitu:
a. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
b. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
c. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi sosial sebagai kejadian universal artinya bagaimanapun juga dalam lingkup masyarakat selalu ada pelapisan sosial yang terjadi. Meskipun dalam lingkup masyarakat sederhana pun dapat di temukan. Kriteria kekayaan dan jabatan membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang hidup tanpa kelas.
2.3 Kelembagaan
Lembaga masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan visi, misi, profesi, fungsi dan kegiatan untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang terdiri dari organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi sosial, organisasi politik, media massa, dan bentuk organisasi lainnya.
Lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social-institution. Lembaga kemasyarakatan terdapat dalam setiap lapisan masyarakat tanpa memperdulikan masyarakat tersebut memiliki taraf kebudayaan bersahaja atau modern. Untuk memberikan suatu batasan, dapat dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kebutuhan masyarakat.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan proses-proses antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku
2. Menjaga keutuhan masyarakat
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian social
Tiap lembaga memiliki tujuan utama, relatif permanen memiliki nilai-nilai pokok yang bersumber dari para anggotanya, dan pelbagai lembaga dalam suatu masyarakat memiliki keterkaitan satu sama lain (Bruce J. Cohen, terjemahan Bina Aksara).
Menyangkut proses keberadaanya, lembaga bisa diciptakan dengan sengaja seperti yang terjadi pada sebuah organisasi. Misalnya hutang piutang, lembaga pendidikan, dan lainnya. Sedangkan yang terbentuk secara tidak sengaja, misalnya adalah lembaga-lembaga yang tumbuh dari adat istiadat. Bagi masyarakat desa yang masih bersahaja, keberadaan dan peran dari jenis lembaga ini sangat penting. Karena lembaga ini sulit berubah. Proses modernisasi ini seringkali berhadapan dengan lembaga-lembaga semacam itu, sekalipun tidak semuanya bersifat menghambat pembaharuan/pembangunan.
Lembaga berubah seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Mengingat fungsinya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tertentu anggota masyarakat, maka dinamikanya juga ditentukan oleh proses dan pola perubahan yang terjadi. Sebab, perubahan atau perkembangan cenderung mengakibatkan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru. Dan tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan baru tersebut belum tentu dapat dipenuhi lembaga-lembaga lama.
2.4 Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah suatu jaringan relasi dan hubungan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Jaringan ini merupakan keseluruhan relasi dan hubungan sosial yang dapat diamati di suatu masyarakat, misalnya jaringan sosial yang terdapat di masyarakat desa, keseluruhan relasi dan hubungan sosial di kalangan pemimpin desa, antara pemimpin desa dan masyarakat desa, di kalangan warga masyarakat tersebut pada umumnya.
Relasi dan hubungan sosial itu terdapat diberbagai bidang kehidupan yang meliputi ekonomi, sosial, kebudayaan dan lain-lain. Jaringan relasi dan hubungan sosial merupakan pencerminan hubungan antar status-status dan peran-peran dalam masyarakat. Jaringan sosial di masyarakat komplek lebih rumit dibanding masyarakat sederhana atau masyarakat primitif. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7, 1989 : 345).
Dalam hal ini jaringan komunikasi lebih diarahkan pada pola-pola pengaruh, yaitu siapa yang menjadi influentials atau orang-orang yang berpengaruh dan bagaimana morphis–nya atau dengan kata lain seberapa jauh penyebaran pengaruhnya. Ini berarti, kajian jaringan komunikasi berhubungan dengan ketokohan seseorang. Sebutan tokoh tentu berkait erat dengan status. Dan status adalah bagian yang tak terpisahkan dengan pengaruh atau aksesibilitas masyarakat setempat terhadap sumber informasi dan segala aspeknya.
Analisis jaringan ini dapat dilihat melalui hubungan-hubungan yang terdapat diantara orang-orang dan diantara klik-klik pada suatu topik tertentu yang dapat diungkapkan dengan teknik-teknik sosiomentri dan didasarkan pada penemuan “siapa berinteraksi dengan siapa“ (lihat, Gonzalez dalam Jahi, 1993 : 94).
Bukti nyata efek jaringan komunikasi pada perubahan perilaku seseorang diperoleh dari beberapa studi tentang adopsi program atau kegiatan pemerintah. Seperti dinyatakan Gonzales, untuk sebagian, perilaku seseorang dipengaruhi oleh hubungan orang tersebut dengan orang lain atau oleh jaringan komunikasi yang diikutinya (lihat, Gonzales dalam Jahi, 1993: 98).
2.5 Globalisasi
Globalisasi adalah proses yang kompleks dan multidimensi (Adam dan Gupta, 1997). O'Neill mendefinisikannya sebagai proses di mana perusahaan (berhubungan langsung atau tidak langsung) menjadi saling tergantung and terkait secara global melalui aliansi strategis and jaringan internasional.
Aspek lain dari globalisasi adalah kebijakan pemerintah. Kemandirian pemerintah dalam membuat dan menjalankan kebijakan domestik di bidang ekonomi, sosial dan budaya semakin tererosi dan semakin dipengaruhi oleh persetujuan internasional, lembaga donor internasional dan MNCs. (Khor, 2000:4).
Globalisasi adalah proses yang asimetris, dengan distribusi benefit dan kerugian yang tidak seimbang. Proses ini mengakibatkan polarisasi yang makin besar antar kelompok, wilayah dan sektor. (Khor, 2000:h.9). Ia menciptakan kemakmuran bagi MNC sekaligus meminggirkan banyak orang miskin di negara berkembang. Sebagai ilustrasi, 91% FDI terjadi di TRIAD dan NICs, 9.8% di Amerika Latin dan hanya 3% di seluruh Afrika. Ini menyebabkan makin besarnya gap pendapatan antar negara. Pada tahun 1965, gap pendapatan antara G7 dengan 7 negara termiskin adalah 20 kali. Saat ini perbedaannya adalah 39 kali.
Proses globalisasi di sektor pertanian dapat ditelusuri melalui sejarah. Phillip McMichael dan Laura T. Reynolds menggambarkan proses globalisasi di sektor pertanian telah berlangsung sejak zaman kolonialisme. Saat itu terjadi proses integrasi sektor pertanian ke dalam sistem perekonomian dunia melalui pembagian kerja global (global division of labour) dan spesialisasi komoditi petanian dan bahan baku untuk memuaskan kebutuhan pola konsumsi negara-negara penjajah.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.1 Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman(guide) wawancara (Bungin,2008).
Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner yaitu suatu daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk memperoleh jawaban dari responden berupa data yang berkaitan dengan penelitian.wawancara dilakukan secara sistematik yaitu wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman(guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden(Bungin,2008).
Pada praktikum lapang di dusun Jeding desa Junrejo kami mewawancarai 3 narasumber yakni bapak Rupa’i sebagai petani pemilik lahan, bapak Abdul Majid sebagai petani yang memiliki lahan sempit dan bapak Kismanudi sebagai petani penyewa lahan. Dimana pada wawancara itu hasilnya kemudian kami cantumkan dalam pembahasan pada bab selanjutnya.
3.1.2 Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,meliputi buku-buku yang relevan,peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film nurutdokumenter,data yang relevan penelitian (Ridwan,2002).Menurut Sugiyono(2004) pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang sudah ada pada program dan instansi terkait.dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.
3.2 Metode Penentuan Tempat
Tempat yang dituju untuk praktikum sosiologi pertanian adalah Junrejo. Karena melihat Desa ini masih luas dengan lahan pertanian yang masih asri. Selain itu juga masyarakat di Desa Junrejo, khususnya Dusun Jeding ramah dan baik hati. Kami juga melihat petani di Dusun ini masih memegang teguh norma kesopanan dan tali persaudaraan yang erat.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Wilayah
4.1.1 Legenda asal mula desa Junrejo
Dari hasil usul pelacakan sejarah oleh sesepuh dan tokoh masyarakat di sebutkan bahwa Desa kami yang bernama Desa Junrejo berasal dari kata “ DYON– RETJO “ atau “ JUN WATU “. Dyon menurut bahasa jawa kuno artinya tempat air gentong, sehingga Dyion- Retjo atau Arca Dyion Watu bisa bermakna tempat air dari batu. Konon menurut sumber, keberadaan JUN tersebut sejak abad IX atau Masa Kerajaan Tumapel / Singosari.
Pada tahun 1914 M di Desa Junwatu ditemukan benda berupa ”JUN” dan di Desa Telogo rejo ditemukan ”TELOGO”(menurut masyarakat setempat disebut pula ”JEDING”dalam bahasa Jawa).
Pada Tahun 1922 Desa Telogorejo berubah menjadi JEDING dengan pedukuhan Rejoso. Dan tahun 1923 Desa JUNWATU, JEDING, REJOSO digabung menjadi satu dengan nama “JUNREJO” dengan Kepala Desa dari Junwatu yaitu Pak Marsih yang menjabat sampai akhir hayatnya.
4.1.2 Karakteristik desa Junrejo
A.Geografi dan Topografi Desa Junrejo
1. Geografi Desa Junrejo
a. Desa Junrejo terletak pada ketinggian : 700 mil
b. Curah hujan rata - rata / tahun : 30 mm
c. Keadaan suhu rata - rata : 28ºC – 30ºC
2. Topografi Desa Junrejo
a. Dataran : 56 Ha
b. Areal Perbukitan / Pegunungan : 42 Ha
B. Desa Junrejo mempunyai luas wilayah 433.157 Ha yang terdiri dari :
1. Pemukiman
Tabel 1.Pemukiman
No. Jenis Pemukiman Luas
1. Pemukiman Pejabat Pemerintah 0,5 Ha
2. Pemukiman TNI / POLRI 1,5 Ha
3. Pemukiman KPR / BTN 2,5 Ha
4. Pemukiman Umum 85 Ha
2. Data Bangunan
Tabel 2.Data Bangunan
No. Jenis Bangunan Luas
1. Perkantoran 5,9 Ha
2. Sekolah 4 Ha
3. Pertokoan 3,5 Ha
4. Tempat Ibadah 2 Ha
5. Makam Umum 3 Ha
6. Jalan 11 Ha
3. Lahan Pertanian
Tabel 3.Lahan Pertanian
No. Jenis Bangunan Luas
1. Sawah Pengairan 221 Ha
2. Sekolah 69 Ha
3. Hutan 8 Ha
4. Perikanan Darat 0,5 Ha
5. Lahan Tidur 5 Ha
4. Rekreasi dan Olahraga
Tabel 4.Rekreasi dan Olahraga
No. Jenis Bangunan Luas
1. Lapangan Olahraga 1,5 Ha
2. Lapangan Bola Volly 0,5 Ha
C. Keadaan Sosial ekonomi Budaya Masyarakat Desa junrejo
Sebagaian besar masyarakat Desa Junrejo mempunyai mata pencarian sebagai petani dan sebagaian lain adalah pengrajin, pedagang, wiraswasta , Pegawai Negri Sipil , ABRI, TNI dan Polisi.Berbagai hasil produksi pasca panen dengan baik, hal ini terlihat dengan adanya Home Industri sedang dan kecil. Kategori Home Industri sedang antara lain : souvenir, peralaatan rumah tangga, pembuatan gamelan, sedangkan Kategori Home Industri Kecil berupa : anyam – anyaman tas dari plastik, keramik vas bunga, makanan ringan dari ubi dan pembuatan peralatan pertanian. Bidang usaha tersebut ternyata membuahkan hasil yang cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengiriman ke luar kota dan lintas pulau.
Dari keanekaragaman mata pencarian masyarakat Desa Junrejo dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Junrejo sangat Heterogen. Keanekaragaman itulah yang membuat kehidupan warga Junrejo menjadi rukun dan dapat menumbuhkan rasa solidaritas antar warga dengan rasa saling menghargai tanpa melihat ras, suku, agama dan golongan.Budaya masyarakat Desa Junrejo hingga saat ini belum terkontaminasi dengan adanya budaya barat, sangat patut untuk dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan dasar religi serta mayoritas islam yang hingga saat ini masih dipetahankan.
D. Prasarana Pemerintahan, Pendidikan, Kesehatan, Perhubungan, Perekonomian dan Keagamaan.
Kantor Pemerintahan Desa Junrejo terletak di dusun Junwatu yang berdekaatan dengan wilayah Kantor Kecamatn Junrejo, Kantor Desa Junrejo sebagai pusat pelayanan masyarakat yang pada garis besarnya sebagai pelaksanaan tugas Kepala Desa dan perangkat Desa mempunyai tugas :
a. Melaksanakan Kewajiban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
b. Menggerakan dan Meningkatkan Partipasi Masyarakat
c. Memberikan Pembinaan ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Desa Junrejo
Dalam melaksanakan kewajibannya maka Pemerintahan Desa Junrejo ditunjang dengan adanya : Kantor Sekretariat Pemerintah Desa, kantor Sekretariat BPD, kantor Sekretariat LPMD, kantor Sekretariat PKK, kantor Sekretariat Karang Taruna, kantor Sekretariat BUMDES, graha Nata, graha Pemuda, musholla, pos Linmas, Rest Area, Lahan Parkir, Toilet dan Dapur. Wilayah Desa Junrejo sesuai dengan kultur kehidupan yang ada, terdapat pendidikan formal dan non formal.
Tabel 5.lembaga pendidikan formal
No Nama Lembaga Jumlah
1 Taman kanak-kanak 3
2 Sekolah dasar 2
3 Sekolah menengah pertama 1
4 Sekolah menengah atas 1
Tabel 6.lembaga non formal
No Nama Lembaga Jumlah
1 Pondok Pesantren 2
2 TPQ 14
4.1.3 Data batas wilayah dan jumlah penduduk desa Junrejo
A. Batas Wilayah
Tabel 7. Batas wilayah desa Junrejo
Utara Desa Mojorejo dan Desa Beji
Timur Desa Dadaprejo dan Desa Sumber sekar
Selatan Desa Sumber Sekar K ec. Dau Kab. Malang
Barat Desa Tlekung
B. Jumlah Penduduk
Tabel 8.Jumlah penduduk desa Junrejo
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki Laki 4657 51,2 %
2 Perempuan 4445 48,8 %
Jumlah 9102 100 %
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
Tabel 9.Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
No Usia L P Jumlah Prosentase
1 0 - 05 Tahun 246 208 454 4,9 %
2 06 - 10 Tahun 385 349 734 8,1 %
3 11 - 17 Tahun 504 435 939 10,4 %
4 18 - 25 Tahun 585 544 1129 12,4 %
5 26 - 40 Tahun 1304 1237 2541 27,9 %
6 41 - 60 Tahun 1180 1132 2312 25, 4 %
7 > 60 Tahun 453 540 993 10,9 %
JUMLAH 4657 4445 9102 100
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 10.Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan L P Jumlah Prosentase
1 Tidak / Belum Sekolah / Tidak tamat SD / Sederajat 1153
1174 2327 25,5 %
2 Tamat SD / Sederajat 1632 1688 3320 36,5 %
3 Tamat SLTP / Sederajat 833 704 1537 16,9 %
4 Tamat SLTA / Sederajat 799 646 1445 15,9 %
5 Tamat Diploma I / II / III / Akademi 54
61 115 1,2 %
6 Tamat S-1 / S-2 / S-3 186 172 358 3,9 %
Jumlah 4657 4445 9102 100
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Profesi
Tabel 11.Jumlah penduduk berdasarkan profesi
No Pekerjaan L P Jumlah Prosentase
1 Belum Bekerja 1509 1286 2795 30,7 %
2 Pelajar /Mahasiswa 680 606 1286 14,1 %
3 Mengurus Rumah Tangga 0 1457 1457 16 %
4 Pensiunan / Purnawirawan 25 11 36 03 %
5 Pegawai Negeri Sipil 81 57 138 1,5 %
6 Kepolisian / POLRI 28 3 31 0,3 %
7 TNI AD/AL/AU 10 10 20 0,2 %
8 Perdagangan 163 151 314 3,4 %
9 Petani / Pekebun 798 424 1222 13,4 %
10 Peternak 11 0 11 0,1 %
11 Industri 92 0 92 1,1 %
12 Kontruksi / Arsitek / Mekanik 48 0 48 0,5 %
13 Transportasi / Sopir 90 0 90 0,9 %
14 Swasta 476 197 673 7,4 %
15 Wiraswasta 160 54 214 2,3 %
16 Buruh 418 134 552 6,1 %
17 Tenaga medis / Bidan 2 3 5 0,05 %
18 Dokter 4 1 5 0,05 %
19 Dosen 5 5 10 0,1 %
20 Guru 11 36 47 0,5 %
21 Tukang 34 2 36 0,4 %
22 Karyawan Honorer 12 8 20 0,2 %
Jumlah 4657 4445 9102 100 %
C. Luas wilayah dan jumlah KK desa Junrejo
a.Luas Wilayah Desa Junrejo yaitu 433.157 Km²
b.Jumlah KK adalah 2423
D. Data orbitrase desa Junrejo
a. Jarak dengan Kecamatan Junrejo : ± 0,3 Km
b. Jarak dengan Pemerintah Kota Batu : ± 7 Km
c. Jarak dengan Provinsi Jawa Timur : ± 100 Km
4.2. Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani komoditi pertanian anggota kelompok tani :
A. Komoditi padi/0,25 ha
Tabel 12.Komoditi padi
No Uraian Satuan/0,25 ha Nilai satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Input/ sarana produksi
-bibit (batang) 300 2500 750.000
-pupuk urea (kg) 150 1500 225.000
-pupuk SP-36 (kg) 75 3000 225.000
-pupuk KCL() kg 75 3000 225.000
-pupuk kandang (kg) 1500 600 900.000
Jumlah biaya 2.325.000
2
Tenaga kerja (HOK)
-pembersihan lahan 3 10.000 30.000
-lubang tanaman 10 10.000 100.000
-tanam 10 10.000 100.000
-pemupukan 2 10.000 20.000
-penyiangan 10 30.000 300.000
-pembersihan hama 2 10.000 20.000
-panen 7 15.000 105.000
Jumlah biaya tenaga 675.000
4 Total biaya 3.000.000
5 Hasil (kg) 7500 1500 11.250.000
6 Keuntungan 8.250.000
Perhitungan analisis usaha tani:
a. Break even point (BEP)
1. BEP produksi = Total biaya produksi = Rp. 3.000.000 = 2000 kg
Harga Rp. 1.500/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat produksi mencapai 2000 kg usaha padi tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada tingkat harga Rp. 1.500/kg.
2. BEP harga = Total biaya produksi = Rp. 3.000.000 = 400 kg
Produksi Rp. 7500/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat harga mencapai 400 kg usaha padi tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada tingkat produksi Rp. 7500/kg.
b. Return of cost ratio (R/C)
R/C= Total pendapatan = Rp. 11.250.000 = 3,75
Total biaya Rp. 3000.000
Artinya dari setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi padi akan diperoleh keuntungan 3,75
Keuntungan = Total pendapatan – Total biaya
= Rp. 11.250.000 – Rp. 3.000.000
= Rp. 8.250.000
B. Komoditi sayur kubis/0,25 ha
Tabel 13.Komoditi sayur kubis
No Uraian Satuan/0,25 ha Nilai satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Input/ sarana produksi
-bibit (kg) 0,5 1.500 750
-pupuk urea (kg) 10 1.500 15.000
-pestisida 1 paket 75.000 75.000
-pupuk kandang (kg) 300 600 180.000
Jumlah biaya 270.750
2 Tenaga kerja (HOK)
-tanam 2 10.000 20.000
-pemupukan 3 10.000 30.000
-penyiangan 3 10.000 20.000
-panen 4 10.000 20.000
Jumlah biaya tenaga 100.000
Total Biaya 370.750
Hasil (kg) 400 1000 400.000
Keuntungan 129.250
a. Break even point (BEP)
1. BEP produksi = Total biaya produksi = Rp. 370.750= 370,75 kg
Harga Rp. 1000/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat produksi mencapai 370,75 kg usaha kubis tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada saat tingkat harga Rp. 1000/kg. Namun ketika harga diatas Rp. 1000/kg petani akan mendapatkan keuntungan apalagi jika diproduksi dalam jumlah lebih dari 370,75 kg.
2. BEP harga = Total biaya produksi = Rp. 370.750 = 926,88 kg
Produksi Rp. 400/kg
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat harga mencapai 926,88 kg usaha sayur kubis tidak mengalami kerugian maupun keuntungan pada tingkat produksi Rp. 400/kg. Namun ketika harga diatas Rp. 400/kg petani akan mendapatkan keuntungan apalagi jika diproduksi dalam jumlah lebih dari 370,75 kg.
b. Return of cost rasio (R/C)
R/C = Total pendapatan = Rp. 400.000 = 1,08
Total biaya Rp. 370.750
Artinya dari setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi sayur kubis kan diperoleh keuntungan 1,08. Maka jika petani ingin menambah keuntungan dapat dilakukan dengan menambah jumlah produksi dan memanfaatkan suplay barang pada saat harga sedang naik.
Keuntungan = Total pendapatan = Total biaya
= Rp. 400.000 – Rp. 370.750
= Rp. 129.250
4.3. Pengadaan Saprodi
Petani di Desa Junrejo cenderung menggunakan pupuk kimia atau pupuk anorganik seperti Urea, ZA, KCl, NPK, dan Phonsca. Menurut keterangan yang kami dapatkan dari petani di Desa Junrejo mereka suka menggunakan pupuk anorganik supaya bisa meningkatkan hasil produksi komoditas mereka, hal ini dilakukan karena permintaan pasar akan komoditas sayuran terus meningkat.
Disamping menggunakan pupuk anorganik petani di Desa Junrejo juga masih menggunakan pupuk kandang dan pupuk kompos, pupuk kompos jarang mereka gunakan karena mereka menganggap bahwa pembuatan pupuk kompos masih rumit dan harus menunggu waktu pengomposan yang kemudian baru bisa digunakan untuk tanaman.
a. Pengolahan usaha tani
Cara persemaian bibit yang dilakukan petani di Desa Junrejo ada berbagai macam. Untuk bibit yang jenisnya biji-bijian seperti persemain dilakukan dengan menaburkan bibit ke dalam lahan, kemudian lahan tersebut juga ditaburi pupuk kandang. Untuk bibit ketela pohon cara persemaian di lakukan dengan memangkas ketela pohon yang akan dijadikan bibit dan memotongnya dengan ukuran kurang lebih 25 cm lalu ditancapkan di lahan pada interval tertentu.
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan cangkul, untuk lahan yang akan ditanami padi lahan di buat menjadi berlumpur dengan di bantu tenaga sapi atau dalam istilah jawanya adalah mluku. Petani yang punya lahan yang luas biasanya lebih memilih menggunakan traktor untuk mempercepat pengolahan lahan.
Kegiatan tanam menanam dilakukan sendiri untuk petani yang punya lahan yang sedang, mereka mengolah lahan dengan dibantu oleh seluruh anggota keluarga. Bagi lahan luas petani yang mempunyai lahan luas, biasanya mereka menggunakan sistem bagi hasil.
Untuk mengatasi masalah serangan hama penyakit tanaman petani di Desa Junrejo menggunakan pestisida kimia. Penggunaan pestisida ini bisa membunuh organism yang bukan sasaran. Selain itu pestisida juga bisa merusak kandungan tanah.
Penyiangan dilakukan sendiri dengan bantuan seluruh anggota keluarga, tanpa mempekerjakan orang luar. Infomasi bibit di dapat dari tim penyuluh yang mengadakan penyuluhan setiap sebulan sekali.
Pemasaran hasil budidaya dilakukan di pasar setempat, transportasi untuk membawa barang produksi juga sudah ada. Jumlah presentase yang dijual adalah 94% dan 6% dikonsumsi sendiri.
4.4. Kondisi Pertanian desa Junrejo dusun Jeding
A. Identifikasi Responden
Tabel 14.Identifikasi Responden
No Uraian Petani
1 2 3
1. Nama Petani Pak Rupa’i Pak Abdul Majid Pak Kismanudi
2. Umur 54 55 27
3. Tingkat pendidikan SD SMP SMK
4. Pekerjaan KK Petani,karyawan KUD dan ketua kelompok tani Petani (Petani Sedang) Petani (petani gurem)
5. Jumlah anggota RTG 5 5 2
6. Luas lahan 1 ha 1700 m2 -
7. Luas lahan tegal - - -
8. Jumlah ternak 6 sapi perah,5 Kambing 1 sapi perah -
B. Kebudayaan Dusun Jeding Desa Junrejo
Di dusun Jeding desa Junrejo terdapat sistem budaya atau adat istiadat yang diterapkan masyarakat setempat dalam kegiatan pertaniaan. Dimana pada saat panen tiba mereka mengadakan syukuran yang dilakukan oleh masyarakat yang sedang melakukan pasca panen. Adat istiadat ini di sebut “wiwit” dimana syukuran ini dilaksanakan di rumah masing-masing warga yang sedang melakukan tradisi tersebut. Tujuan dilaksanakannya tradisi ini yaitu untuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan hasil panen tersebut.
Masyarakat tersebut masih menggunakan pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian) yaitu dengan menggunakan matahari untuk perkiraan cuaca.misalnya jika matahari sudah tepat ditengah-tengah,maka pertanda musim penghujan datang dan apabila tanah dilihat dari jauh seolah-olah mengeluarkan api maka pertanda musim kemarau akan datangharus menanam maupun memanen.Tetapi pada masyarakat dusun jeding juga ada yang tidak menggunakan pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk aktivitas pertanian)
Macam atau jenis komoditas yang dibudidayakan dan ditanam masyarakat dusun Jeding desa Junrejo yaitu bunga kol,kubis,bawang merah,dan padi. Dari keempat jenis tanaman tersebut yang paling sering ditanan adalah padi tetapi yang memiliki hasil yang optimal adalah tomat. Tetapi itu juga harus memperhatikan pada harga pasar, padi harganya tinggi atau rendah. Pada saat menanan padi harga di pasar tinggi jadi hasil dari penjualan yang didapat juga lumayan tinggi.
Pada desa tersebut tidak begitu ada aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh setiap anggota masyarakat. Tetapi mereka hanya menyamakan jenis tanaman yang akan ditanam atau menggunakan sistem monokultur. Hal ini disebabkan apabila ada dari satu atau dua keluarga yang menanan jenis tanaman yang berbeda maka tanaman tersabut akan diserang banyak hama karena jumlah tanaman tersebut sedikit.
Sistem pertanian yang diterapkan didesa tersebut sudah menggunakan sistem pertanian yang modern. Contohnya, mereka menggunakan traktor untuk mengolah sawah. Tetapi juga ada beberapa warga yang menggunakan sapi karena lokasi lahan yang sulit dijangkau oleh traktor. Selain itu mereka juga sudah menggenal berbagai macam pupuk yang mereka campur sendiri dengan dosis 60% pupuk kimia dan 40% pupuk organik .
Penggaruh dari teknologi modern dalam sistem budidaya pertanian yaitu pada hasil yang di dapat. Contohnya dengan adanya bibit unggul. Bila dibanding dengan bibit lokal, bibit unggul lebih memberikan hasil yang optimal. Teknologi berpengaruh juga pada saat mengolahan lahan. Antara sapi dengan traktor akan lebih cepat selesai bila menggunakan traktor dan masih banyak lagi contohnya.
C. Stratifikasi Sosial Masyarakat Dusun Jeding Desa Junrejo
Peran dan kedudukan petani dalam kegiatan partisipasi masyarakat di Dusun Jeding Desa Junrejo mempunyai peran yang besar karena mayoritas masyaratnya sebagai petani sehingga mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga dari hasil bertani.
Di desa tersebut ada penggolongan kelas dalam masyarakat yaitu petani gerem merupakan petani yang memiliki luas lahan yang sempit dan biasanya tingkat perekonomiannya rendah. Dimana petani gurem ini biasanya mengolah lahan orang lain yang nantinya akan di beri upah atau gaji baik harian, mingguan atau bulanan. Kemudian petani sedang merupakan petani yang memiliki lahan sedang dalam artian tidak begitu luas dan tidak begitu sempit. Hasil dari pengolahan lahan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terakhir adalah petani pemilik dimana petani ini memiliki lahan yang luas sehingga mereka dapat memanfaatkan lahan mereka untuk budidaya pertanian. Dalam mengolah lahannya biasanya memperkerjakan petani gurem.
Dalam hal kegiatannya terdapat perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Dimana bagi laki-laki bertugas dalam hal pengolahan lahan, menjalankan traktor, mencangkul. Biasanya pekerjaan yang berat dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan perempuan biasanya membantu dalam hal penanaman padi maupun tanaman lain dan menyediakan makanan.
D. Kelembagaan di Dusun Jeding Desa Junrejo
Di dusun Jeding Desa Junrejo terdapat lembaga yang bernama Kelompok Sri Sejati I. Dimana lembaga ini dikelola oleh bapak-bapak pada mayarakat tersebut. Selain lembaga tersebut di dusu ini juga terdapat lumbung tani yang digunakan untuk penyimpanan hasil pertanian.
Lembaga tersebut mengadakan pertemuan setiap 1 bulan sekali, tepatnya pada tanggal 5. Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai masalah pertanian sekaligus membahas masalah ternak karena dalam kelompok tani ini petani dan peternak digabung menjadi satu pertemuan.
Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut memberikan manfaat dalam memajukan pertanian. Dimana dengan adanya lembaga tersebut masyarakat mendapatkan informasi dari penyuluhan yang ada mengenahi segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian. Dengan lembaga tersebut melatih kerjasana untuk mengelola suatu lahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, ada keuntungan pasti ada kendala yang dihadapi.Dalam lembaga tersebut tidak mempunyai kendala yang berarti. Karena kekompakan dari semua kelompok.Dalam lembaga ini juga memiliki 1 agenda pertemuan yaitu arisan.
E. Pengaruh adanya Jaringan Sosial
Lembaga tersebut tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar. Hanya saja lembaga tersebut pernah didatangi oleh dinas pertanian untuk memberikan penyuluhan masalah pertanian serta melihat sistem pertanian di desa tersebut. Selain itu, dinas pertanian memberikan bantuan berupa bibit kopi, duren, padi, dan jagung.
F. Pengaruh Datangnya Arus Globalisasi
Dengan adanya teknologi baru, terjadi perubahaan dari sistem pertanian di desa tersebut. Hasil yang didapat menjadi maksimal dengan adanya bibit unggul dan pupuk-pupuk organik yang dapat menyuburkan tanaman. Tetapi dengan adanya bibit unggul, menjadikan bibit lokal jarang digunakan karena hasilnya lebih memuaskan bila menanam dengan bitit unggul. Penggunaan pupuk organik juga me[mberikan dampak megatif. Dimana tanaman akan tergantung dengan pupuk organik. Bila tidak dipupuk maka hasilnya tidak optimal. Selain itu, dengan menggunakan pupuk organik menyebabkan tanah lama kelamaan kehilangan tingkat kesuburannya
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Masyarakat di desa Junrejo kebanyakan menanam padi dan sayuran kubis karena dari analisis yang dilakukan kedua tanaman tersebut menguntungkan secara ekonomis.
2. Petani di dusun Jeding,desa Junrejo lebih suka menggunakan pupuk anorganik supaya bisa meningkatkan hasil produksi komoditas mereka, hal ini dilakukan karena permintaan pasar akan komoditas sayuran terus meningkat.
3. Kondisi di desa Junrejo dusun Jeding sang berpotensi untuk pertanian karena di sana masih ada yang menggunakan pupuk organik.
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah
Pemerintah harus memperhatikan kondisi pertanian di indonesia. Karena pertanian adalah penompang ketahanan pangan nasional. Harus ada program-program untuk memejukan petani agar pertanian tidak terpinggirkan. Sehingga petani tidak dipandang rendah.
2. Bagi petani
Sebagai petani diharapkan untuk lebih memikirkan bagaimana memperoleh hasil yang optimal dengan pengolahan lahan yang ramah lingkungan tanpa bahan-bahan kimia yang berbahaya.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang lebih luas, harus bisa memanfaatkan pengetahuan yang mereka miliki untuk memajukan pertanian di Indonesia. Dengan cara memberikan pengetahauan kepada para petani mengenahi cara bertabi yang ramah lingkungan tanpa bahan-bahan kimia.
LAMPIRAN
a. Peta Desa
b. Potensi Wilayah
Responden dalam studi lapang di dusun Jeding desa Junrejo terdiri dari 3 responden, yaitu petani gurem, petani sedang, dan petani pemilik. Berikut adalah data identitas tentang ketiga responden tersebut.
Petani Sedang Petani Gurem Petani Pemilik
1. Nama petani : Sutierni
2. Umur : 49 tahun
3. Tingkat pendidikan formal: SMP
4. Pekerjaan Kepala Keluarga:
a. Utama : Petani
b. Sampingan: Pemerah sapi
5. Jumlah anggota rumah tangga: 5 orang
6. Luas lahan pertanian sawah:
a. Milik : 0, 4 ha
b. Sewa : - ha
c. Bagi hasil: - ha
7. Luas lahan tegal: - ha
8. Jumlah ternak yang diplihara:
a. Sapi : 3 ekor 1. Nama petani : Sukoati
2. Umur : 47 tahun
3. Tingkat pendidikanformal: SMP
4. Pekerjaan Kepala Keluarga
a. Utama : Pegawai swasta
b. Sampingan : Pedagang
5. Jumlah anggota rumah tangga : 5 orang
6. Luas lahan pertanian sawah:
a. Milik : 0,25 ha
b. Sewa : - ha
c. Bagi hasil: - ha
7. Luas lahan tegal: -
8. Jumlah ternak yang diplihara: -
1. Nama petani : Bu Cicik
2. Umur : 38 tahun
3. Tingkat pendidikan formal : SMA
4. Pekerjaan KK :
a. Utama : Petani,
b. Sampingan : Karyawan Swasta
5. Jumlah anggota RTG : 4 orang
6. Luas lahan pertanian sawah
a. Milik : 0,75 ha
b. Sewa : -
c. Bagi hasil : -
7. Luas lahan tegal ; -
8. Jumlah ternak yang dipelihara : -
Di dusun Jeding desa Junrejo terdapat lembaga pertanian yang salah satunya adalah Kelompok Tani Wanita Sri Sejati II yang sudah berdiri sejak tahun 1987. Lembaga tersebut beranggotakan para petani-petani wanita yang ada di dusun tersebut, pengurusnyapun terdiri dari para wanita yang diketuai oleh ibu Suhartutik, bendahara ibu Cicik, sekretaris ibu Sukoati dan beranggotakan 23 orang.
Lembaga tersebut sudah befungsi dengan baik dan bemanfaat bagi para petani, khususnya bagi para petani wanita di dusun tersebut. Lembaga tersebut berfungsi dalam membantu masyarakat petani untuk pendistribusian pupuk, bibit, dan sarana produksi lain dari pemerintah. Selain itu lembaga ini juga banyak membantu para petani dalam menyelesaikan masalah dalam pertanian mereka, juga sebagai tempat untuk menyampaikan aspirasi dan keluhan-keluhan mereka kepada pemerintah.
Pertemuan anggota dilakukan rutin setiap dua minggu sekali pukul 4 sore. Dalam pertemuan tesebut membahas masalah-masalah petani dalam melakukan pertaniannya, misalnya dalam budidayanya dan perawatan tanaman budidayanya. Selain itu, kegiatan tersebut di adakan untuk memperkuat kedekatan mereka agar dapt bekerjasama dengan baik, selain itu mereka juga saling tukar pikiran dan di diskusikan bersama-sama demi lancarnya kegiatan bertani mereka.Pada saat perkumpulan berlangsung sering juga terdapat tamu dari luar lembaga untuk memberikan penyuluhan dan informasi-informasi mengenai pertanian.
Untuk membantu pertanian di dusun tersebut sudah terdapat pembagian kerja yang cukup jelas, misalnya dalam irigasi dan penyimpanan alat-alat pertanian. Untuk kelompok tani wanita Sri Sejati II, bagian yang membantu pengairan diserahkan kepada tenaga sewa, sedangkan untuk alat-alat yang digunakan untuk kegiatan pertanian dititipkan di rumah ketua kelompok tani. Masing-masing tugas tersebut teealisasikan dengan baik.
Selain Kelompok Tani Wanita Sri Sejati II terdapat juga lembaga masyarakat di desa Junrejo yang di atur oleh pemerintah desa yang dinamakan sebagai kelompok tani atau gapoktan. Adanya lembaga tersebut tidak menjadi kendala bagi Kelompok Tani Wanita Sri Sejati II dalm memperoleh keuntungan, justru mereka bisa saling kerjasama dalam membahas permasalahan pertanian yang ada di desa Junrejo.
Selain adannya kelompok tani, terdapat lembaga lain di masyarakat dusun Jeding, yaitu Yasinan yang dilaksanakan tiap minggu. Yasinan ini tidak hanya diikuti oleh anggota kelompok tani saja, tetapi seluruh masyarakat dusun Jeding. Dalam kegiatan yasinan ini terdapat pembagian antara yasinan bapak-bapak dan yasinan ibu-ibu.
Dengan adanya lembaga berupa kelompok tani tersebut anggota kelompok tani mendapat beberapa manfaat, yaitu lebih mudah dalam menyelesaikan masalah yang dialami dalam pertanian mereka. Petani menyebutkan tidak ada kendala dalam kelompok tani tersebut, sebaliknya adanya kelompok tani sangat membantu petani seiring bekembangnya zaman. Dengan adanya kelompok tani, para petani lebih mudah dalam mengakses informasi baru untuk pengembangan sistem pertanian mereka (modernisasi petanian).
c. Foto Kegiatan di Lapang
Gambar 1 : Foto bersama Gapoktan Sri sejati 1
Gambar 2 : Foto batas desa masuk desa Junrejo
Gambar 3 : Lahan persawahan petani
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Sosperta. http://id.wikipedia.org/wiki/sosiologi_pertanian
Anonymous. 2009. Sosiologi. http://id.wikipedia.org/wiki/sosiologi_pedesaan
Pranadji, T. 2004. Perspektif Pengembangan Sosial Budaya. IPB Press. Bogor.
Soemardjan, S. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. FE UI Press. Jakarta.
Raharjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
Sajogjo dan Sajogjo Pujiwati. 1995. Sosiologi Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta.
Susanto, Astrid. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)