Selain faktor psikologis yang menentukan sikap, juga komunikasi sosial merupakan determinan paling dominan menentukan sikap seorang petani terhadap inovasi teknologi pertanian. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa suatu inovasi teknologi baru yang diterima individu petani melalui proses persepsi. Terbentuknya sikap seseorang menurut Mar’at (1984) yaitu dipengaruhi oleh faktor internal (fisiologis dan psikologis) dan faktor eksternal (pengalaman, situasi, norma-norma, hambatan dan dorongan). Menurut Baron dan Byrne, Garungan dan Mayers, dan Allport dalam Azwar (2002; Walgito (2006), mengatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif (komponen perceptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan atau ide, keyakinan dan konsep. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu menyangkut perasaan seseorang yang dihubungkan dengan keyakinan, seperti rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap.
Sedangkan komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau perilaku seseorang terhadap obyek sikap. Perilaku petani terhadap adopsi teknologi jika teknologi tersebut memberikan manfaat sesuai tujuan yang ingin dicapainya.
Kenyataan bahwa sikap petani terhadap suatu inovasi teknologi dipengaruhi oleh faktor internal individu (karakteristik kepribadian individu) dan faktor internal (faktor-faktor di luar diri individu). Akan tetapi yang lebih dominan mempengaruhi sikap dan keputusan petani terhadap suatu inovasi adalah faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal meliputi norma-norma, kebiasaan, komunikasi sosial, interaksi sosial, dan belajar sosial individu petani dalam sistem sosial. Proses belajar sosial yang sering dilakukan petani dalam menjaring informasi inovasi teknologi baru bersifat pembelajaran observasional.
Menurut Teori Pembelajaran Sosial Bandura (1977), pengaruh modeling menghasilkan pembelajaran melalui fungsi informatik. Individu dapat mencapai gambaran simbolis tentang aktivitas-aktivitas yang berfungsi sebagai pemandu untuk pelaksanaan tindakan yang sesuai. Sikap petani terhadap inovasi teknologi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam (agro-ekosistem dan agro-klimat), ini adalah salah satu faktor yang mungkin disebut Mar’at (1984) sebagai “hambatan” yang merupakan salah satu variabel eksternal yang menentukan sikap terutama kesesuaian teknologi tersebut terhadap kondisi ago-ekosistem dan agro-klimat setempat.
Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau tindakan orang yang bersangkutan (Walgito, 2006). Krech dan Crutchfield dalam Walgito (2006), mengatakan bahwa perilaku seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Para ahli psikologi sosial memberikan pengertian tentang sikap yang sedikit berbeda-beda namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mengetahui prilaku seseorang. Walgito (2006) mendefinisikan sikap adalah suatu organisasi yang mengandung pendapat, pengetahuan, perasaan, keyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku.
Van den Ban dan Hawkins (2000) mendefinisikan sikap sebagai perasaan pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat parmanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungan. Dengan demikian komponen-komponen sikap meliputi pengetahuan, pendapat, pikiran, keyakinan dan perasaan-perasaan dan kecenderungan bertindak. Walgito (2006) mengemukakan bahwa sikap individu biasanya konsisten satu dengan yang lain dan juga dalam tindakan konsisten satu dengan yang lain. Akan tetapi bagi petani sikap dan tindakan bisa konsisten apabila inovasi yang diyakininya dapat memberikan manfaat dan keuntungan, apabila suatu inovasi tersebut tidak memberikan manfaat maka sikapnya dapat berubah pada inovasi yang lain. Perubahan sikap dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Perubahan sikap secara langsung dalam arti adanya hubungan secara langsung antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan natara kelompok dengan kelompok. Sedangkan melalui hubungan tidak langsung adalah dengan perantaraan alat media komunikasi massa, baik cetak maupun elektronik (Walgito, 2006). Dalam psikologi komunikasi peranan media komunikasi (Mardikanto, 1993) menjelaskan bahwa media massa mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perubahan sikap petani terhadap adopsi inovasi teknologi pertanian.
Dewasa ini banyak psikologi sosial berasumsi bahwa diantara faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya. Tujuan perilaku ini tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya, terhadap perilaku tersebut, norma-norma subyektif, serta kemampuanya untuk melakukan perilaku itu, yaitu penilaian perilaku sendiri (Van den Ban dan Hawkins, 2000). Perubahan penerapan atau adopsi teknologi oleh petani dari sistem tradisional ke sistem modern merupakan salah satu bentuk yang namapk dari perubahan sikap dan perilaku petani. Perubahan sikap petani terhadap adopsi teknologi dipengaruhi oleh proses interkasi dan komunikasi dalam sistem sosial.
Untuk memperoleh informasi seorang individu petani selalu mengadakan interkasi, komunikasi, dan belajar sosial tentang suatu teknologi yang dibutuhkan. Teori Ronsenberg mengatakan bahwa sikap dapat berubah jika terjadi perubahan komponen kognitif dan komponen afektif. Apabila komponen kognitif berubah, maka komponen afektif akan berubah yang pada akhirnya perilaku juga berubah. Sebaliknya apabila komponen afektif, maka komponen kognitifnya juga berubah dan perilaku akan berubah (Walgito, 2006).
Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu obyek (Azwar, 2002). Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu petani akan selalu menilai suatu inovasi teknologi terhadap kemampuannya, ksesuaian terhadap kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta norma-norma dalam masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karekateristik individu dan lingkungan.
Sehubungan dengan hal tersebut Kurt Lewin merumuskan model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi dari karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) (Azwar, 2002; Walgito, 2006). Hal serupa juga dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein dalam Azwar (2002) yang mencoba melihat perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi (a) bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal; (b) bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada; (c) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.
Daftar Referensi :
Azwar. 2002. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Ban, Van Den dan Hawkins. 2000. Komunikasi Bisnis, Buku Kedua. Edisi Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Herianto. 2005. Komunikasi : Massa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mardikanto. 1993. Dasar-dasar Perilaku Individu. Surabaya : PT. Hanandu Gema Nusantara.
Mar’at. 1984. Suatu Konsep Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Teori Pembelajaran Sosial Bandura. 1977. Tim Dosen FISIP UGM, Yogyakarta.
Walgito. 2006. Komunikasi Dasar. UGM Press, Yogyakarta.
dari posting yg disampaikan yg mendisplay banyak referensi penunjang tapi kok tidak terlihat apa analisa atau hipotesa yg penulis lihat dari "perubahan sikap dan perilaku petani terhadap teknologi pertanian". Misalnya, kira2 menurut penulis kecenderungannya ke arah mana ? positif or negatif ? produktif or kontraproduktif ? trus apa indikasinya ? hal2 yg menjurus ke arah analisis kondisi sosial seperti itu yg ingin disimak pembaca dari setiap posting tulisan/kajian yg bersifat ilmiah
BalasHapus