Pengikut

Senin, 02 Mei 2011

Catatan 02 Mei 2011

Hari ini begitu banyak obrolan mengenai hari pendidikan, aku sendiri juga mengobrolkannya. Lalu aku tanya beberapa temanku, “apakah kamu merasa terbebani dengan tugas-tugas kampus di fakultas ini?” dan ternyata kebanyakan dari mereka menjawab “Tidak”. Lalu aku berpikir, apakah sebenarnya hanya pikiranku saja yang membuat mindset pikiran bahwa aku kuliah dengan terlalu banyak tugas atau memang karena aku belum sepenuhnya fokus pada tugas-tugas kampus. Ya, mungkin… Dan itu semua membuat aku teringat kata-kata lucu salah satu temanku, “Hadehh… Kamu nulis laporan dari dulu-dulu kok belum selesai, candi prambanan aja semalem jadi !!” $#@%?). Berarti memang tugas kampus itu wajar dan tergantung kita menyikapi dan bagaimana mengatur waktu kita agar tidak terbengkalai. Begitulah kesimpulan sementara, mungkin sih… Aku juga bingung mana yang benar. :)P



Hari ini di jalan-jalan banyak mahasiswa yang turun aksi memperingati aksi hari pendidikan, tentunya untuk menyampaikan berbagai macam kritik kepada berbagai pihak. Kebetulan aku merasakan bagaimana turun ke jalan pagi ini menyerukan aspirasi yang memang ada pada diriku, merasakan menjadi masyarakat yang merdeka. Walaupun terkadang ada yang bilang aski turun ke jalan merupakan demokrasi yang kebablasan. Walaupun tidak sedikit teman yang bertanya apakah dengan turun aksi aspirasi akan didengar dan merubah segalanya? Apakah segalanya harus dilakukan dengan aksi? Serta mengapa harus turun aksi? Tentunya dengan berbagai kritik dan kata-kata. Sebenarnya ingin sekali aku menyadarkan kepada mereka akan suatu hal yang sempat terlupakan oleh mahasiswa, bahwa lebih baik berbuat satu hal yang pasti daripada hanya mengkritik orang lain yang sedang berusaha mengawali perubahan namun mereka tidak berbuat apa-apa. Ketika sebagian kecil dari mahasiswa yang turun aksi namun tidak didengar, bagaimana kalau tidak ada yang turun aksi. Beruntunglah mereka yang hari ini menghabiskan waktunya dengan mengerjakan banyak tugas kampus, sehingga mereka tidak harus tahu bagaimana nasib saudara kita yang tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Karena harus diakui bahwa pendidikan tinggi, terutama perguruan tinggi negeri biayanya mahal. Ya sudahlah, begitulah pokoknya kisahku.



Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghibur diri, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kepenatan. Ketika tugas kita menumpuk, maka kemasilah buku-buku yang berserakan itu lalu menulislah. Menulis apa saja yang ada dalam pikiran, menulis apa saja yang bisa menjadi pengobat kebosanan. Lalu berjalan keluar dari sempitnya kamar kos dan memandangi sekitar, hingga merasakan lapar dan segera tersadar bahwa uang didompet tinggal Rp 6.000,-. Masih bisa untuk membeli nasi, walaupun besoknya harus menghutang teman. Sebenarnya siapa yang mau miskin, semua teman-temanku pun tidak ingin miskin. Sedikit melupakan tentang masalah-masalah itu. Kelak mungkin aka nada banyak mahasiswa aktivis yang kehilangan idealismenya karena takut miskin, mereka yang bersekongkol dengan tirani penguasa demi kemakmuran hidup yang sementara. Sejenak melupakan apa yang telah diperjuangkan. Itulah yang terkadang membuatku takut untuk mengisi cita-cita pada form-form biodata di kampus dan ketika ditanya oleh teman-temanku. Aku takut bercita-cita jadi menteri, ujung-ujungnya tersandung kasus dan di resufle. Aku takut bercita-cita jadi presiden, yang tidak amanah dan diturunkan oleh aksi ratusan ribu mahasiswa. Makanya, terkadang aku berpikir enak jadi orang pas-pasan saja seperti yang diceritakan guru fisika SMAku. Pas butuh motor ada uang buat beli, pas lapar ada makanan, pas sakit punya uang buat berobat, pas ingin jalan-jalan keturutan, pas butuh rumah bisa beli rumah dll. Hehe ^_^ memang kemiskinan itu sangat tidak enak, tapi kalau semua kaya siapa yang miskin? Kalau semua pegawai, siapa jadi petani? Lagi-lagi aku bingung disini, karena fenomena kaya-miskin itu adalah hal yang harus ada.



“Ayahmu ikut cheerleader ya? Karena kamu telah menggoyang-goyang hatiku” “Ayahmu tukang sate ya? Karena kamu telah menusuk-nusuk hati” dll. Kwakaka ^^ , itu kata-kata yang lucu di kelas hari ini. Aku sendiri suka dengan kata-kata gombal itu, karena memang lucu bagiku. Beruntunglah mereka yang telah menemukan pasangan masing-masing, namun sepertinya aku lebih beruntung karena menjauhkan diriku dari perbuatan maksiat. Setidaknya ketidaklakuan ini bukan karena Allah memberikan wajah yang jelek padaku, tapi karena Allah sayang padaku dan tidak ingin aku terjerumus pada perbuatan menyimpang. Haha :)P Cinta sejati itu datang ketika kita telah siap untuk mencintai dan kita telah benar-benar yakin bahwa cinta padanya semata-mata karena cinta kepada Allah. Dan tidak pernah ada salahnya berteman dengan kaum wanita, karena memang ternyata kaum hawa sangat rajin mengerjakan tugas-tugas kampus. Nah, dalam proses belajar yang baik kan kita harus menemukan teman yang rajin untuk membawa kita pada kesuksesan hidup. Maka sangat tepat jika kita memperluas jaringan pertemanan dengan wanita yang rajin-rajin dan suka menolong. Tapi kendati begitu, tetap harus lebih banyak teman laki-laki agar kita tidak melambai. Mungkin itu saja yang ingin aku tulis hari ini. Selesai.

1 komentar:

  1. menuju pendidikan berkarakter dan salah satu sarana menuju kesitu adalah melalui MENTORING,,, yuk ikutan MENTORING,,,

    BalasHapus