Pengikut

Kamis, 09 September 2010

Dalam Rindu Padanya



Akhirnya aku mengerti satu per satu dari setiap kata-kata yang dulu engkau ucapkan ayah… Walau sedikit engkau bicara dalam mewarnai hari-hariku tapi hampir setiap kata yang terucap dari bibirmu tepahat abadi dihatiku. Engkau ayah nomor satu, ayah terbaik diseluruh dunia hingga kapanpun. Bahkan hal itu membuatku sulit untuk menjadi seperti dirimu, karena memang engkau tidak ada duanya. Terkadang jelas terselip dalam ingatan tentang masa-masa kecilku bersamamu. Canda tawamu yang gila dan yang terkadang membuatku menangis lalu dipermalukan teman-temanku. Ayah, aku bangga denganmu!!

Bersamamu aku bahagia, dan semua itu sayangnya tidak bisa terulang kembali. Anugerah yang terindah dalam hidupku ketika bersamamu. Semua itu terasa sempurna, sekalipun derita keluarga kita tampak jelas. Engkau mengajariku melawan penderitaan, keterbatasan, kesulitan dengan keyakinan. Engkau menegaskan padaku bahwa kemiskinan bukan penghalang untuk meraih mimpi-mimpi dimasa yang akan datang. Mendapatkan keberhasilan dari setiap kegagalan, memanfaatkan peluang dari secuil kemungkinan. Dan semua itu kini tertanam dalam jiwaku.

Honda 70 mu pernah membuat kakiku harus dijahit dan menginap 3 hari di Rumah Sakit. Itu memang gila, kukira engkau masih dibelakangku. Motor tetap melaju seperti biasa, sampai akhirnya kutahu engkau telah melompat dari motor dan makin membuatku gugup lalu menabrak pohon di lapangan itu. Tempat engkau pertama kali mengajariku mengendarai motor. Dan hal yang paling lucu bersamamu adalah ketika tubuhku terasa gatal. Keluar bintik, seketika engkau membawaku ke RSUD. Walhasil di vonis DBD dan tertancaplah infus di tanganku yang sungguh begitu menyiksa. Sampai akhirnya 2 hari setelah itu kita tahu bahwa aku hanya gatal-gatal biasa dan bukan DBD. Kami yakin ini akan menjadi malpraktek yang gila, maka infus harus kita cabut sendiri dan pulang kerumah. Walau akhirnya engkau harus berurusan dengan pihak RSUD. Sumpah, tapi itu lucu sekali ayah..

Kau tahu ayah, aku merindukanmu. Bukan sekedar rindu yang biasa. Ayah, hari raya tinggal menghitung jam. Aku ingat betul bagaimana disaat-saat ini dulu kita mencabut rumput didepan rumah. Dengan rafia kita bagi luas halaman jadi dua, dan selalu saja aku yang terakhir menyelesaikannya. Ayah, aku tak pernah lebih hebat darimu dari dulu hingga hari ini. Maafkan anakmu yang payah ini, yang sekali lagi tidak bisa menjadi seperti engkau menjadi seorang prajurit TNI. Aku akui itu : Aku tak pernah lebih hebat dari engkau ayah, dalam hal apapun…

Mana roti hari raya merk TNI-AD?? Dan sekeranjang parsel lebaran dari kantormu ayah?? Mana juga jatah tahunan sepatu dan seragam yang selalu engkau jual hanya untuk membelikanku baju lebaran yang lebih bagus dari teman-temanku. Ayah, aku masih ingat itu… Mana mungkin aku melupakannya, yang sepanjang tahun engkau mesti memakai sepatu dan seragam lusuh karena sepatu dan seragam jatahmu yang baru selalu engkau jual demi anakmu. Ayah mungkin engkau diciptakan Tuhan dengan hati yang paling sempurna, engkau malaikat dari surga yang diciptakan untuk mengisi hari-hari kecilku. Bagaimana aku tidak meneteskan airmata saat engkau menggandengku ke toko pakaian didekat toko engkau menjual seragam dan sepatumu itu?? Sejek saat itu aku benar-benar yakin bahwa Ayahku adalah yang terhebat didunia sampai kapanpun!!

Sampai hari ini aku masih berjanji pada diriku untuk terus menjaga nama baikmu, seperti aku menjaga nama baik keluarga besar kita. Bahagiakan dirimu disana ayah, di surga kedamaian yang kekal. Disini anakmu akan selalu mengenang setiap pengajaran yang engkau berikan. Yang membuatku tangguh, berkarakter, berprinsip dan mampu memimpin diriku sendiri. Mengharumkan nama besar keluarga kita adalah tantangan yang mesti aku lakukan. Dalam setiap malam sebelum aku memejamkan mata aku selalu mengucap 3 cita-cita besarku. Lalu aku mengucap namamu ayah, serta nama ibu. Kemudian aku memejamkan mata dengan perlahan… Kelak apa yang aku cita-citakan pasti akan tercapai, aku yakin itu ayah.. Do’akan aku selalu bisa menjadi anak yang berbakti, yang sholeh dan mampu membuatmu tersenyum bangga disana karena keberhasilanku kelak. Amien…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar