Pengikut

Minggu, 21 November 2010

Surat Untuk Calon Presiden EM UB

“Kita tidak boleh menanam jagung pada tanah yang keras, tapi kita bisa menjadi tanah yang subur untuk ditanami jagung agar dapat tumbuh sempurna” –Yoga Sugama-

Assalamualaikum Wr Wb,

Berbicara tentang kepemimpinan dan manajemen organisasi, halal dikatakan apabila seluruh kegagalan organisasi mutlak berasal dari kesalahan pemimpin dan kepemimpinannya. Bagaimana tidak, sungguh luar biasa hak dan kewajiban pemimpin untuk menjalankan roda kepemimpinannya. Ia memeliki anggota, mempunyai wewenang, sebagai pemutus terakhir suatu keputusan, mempunyai garis isnstruktif / hak delegasi (bahasa kasarnya : memberi perintah) kepada anggotanya, memiliki koneksi birokrasi yang lebih luas dan seorang pemimpin sangat dengan kekuasaan yang berada diatasnya. Seorang pemimpin tidak harus mengerjakan semua program kerja secara individu karena ia memiliki staf / anggota / team yang berada pada garis instruktifnya untuk melaksanakan dan menyukseskan program kerja tersebut. Pada sebuah rapat yang sangat penting bagi jalannya organisasi, pemimpin duduk sebagai pemutus keputusan terakhir atas banyaknya pendapat / aspirasi / ide-ide dari anggotanya sebagai wujud demokrasi organisasi untuk musyawarah mufakat pada satu tujuan bersama. Tidak hanya itu, pemimpin mempunyai hak fungsi pengawasan yang dalam penerapannya ia hanya bertindak sebagai mandor / pemantau kinerja anggota yang sedang dilakukan agar tidak menyimpang dari garis besar suatu program kerja dan hak yang paling sering dipakai adalah hak tegur yang diperlukan untuk memberikan suatu peringatan atas kesalahan mutlak dari anggotanya agar kembali mengarah pada suatu etos kerja yang sesuai harapan bersama.

Namun tidak sepenuhnya fasilitas-fasilitas hak dan kewajiban pemimpin menjadi suatu keuntungan bagi pemimpin. Kita mengenal ‘tanggungjawab’ yang harus dipertangungjawabkan. Sulit, apabila seorang pemimpin tidak amanah untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya karena tanggungjawab itu tidak hanya dari bawahan kepada atasan saja tapi juga dari manusia kepada Sang Maha Pencipta. “Umar r.a. berkata : Rosulullah bersabda : Seorang penguasa yang berkuasa terhadap rakyatnya akan diminta pertanggungjawabannya terhadap kepemimpinan itu” –HR Muslim-. Maka jelaslah bahwasanya tanggungjawab atas keputusan, perintah dan tindakan-tindakan pemimpin akan dipertanggungjawabkan kepada atasan diatasnya (di dunia) dan kepada Allah SWT (diakherat). Kemudian yang mesti dilakukan pemimpin adalah bagaimana membawa suatu organisasi agar berjalan baik dan sesuai dengan tata aturan yang berlaku serta memanajemen organisasi dengan seakan sesempurna yang bisa dilakukan. Dan yang lebih sulit adalah ketika seorang pemimpin tidak didukung sumberdaya manusia (staf/anggota/team) yang bisa diandalakan dan mampu bekerja keras maka seakan berjalan dengan pincang organisasi yang hanya dimotori beberapa orang dan orangnya hanyalah yang itu itu saja. Akibatnya organisasi yang dimotori hanya beberapa orang saja tidak dapat megarah pada maksimalisasi kinerja yang mengakibatkan tidak dapat terlakasananya dengan baik suatu program kerja. Masalahnya adalah, visi misi organisasi yang pernah ditawarkan yang tidak terealisasi dengan baik tersebut akan diklaim sebagai wacana-wacana tanpa realita yang lebih dikenal dengan pembohongan publik. Biasa dilakukan oleh pejabat kita, visi misi kampanye menyalonkan diri jadi pemimpin luar biasa sempurna namun realisasinya??? Dan anehnya hal-hal klasik semacam itu terus berkembang biak di negeri kita ini. Suatu penyakit bangsa yang mesti segera dicari obatnya, suatu hama yang mesti didapatkan pestisida ampuhnya.

Dari uraian mengenai keuntungan dan ketidakenakan menjadi pemimpin kemudian saya menghubungkan pada kata-kata bijak yang saya buat. Maksudnya apa?? Kita tidak boleh menanam jagung pada tanah yang keras, tapi kita bisa menjadi tanah yang subur untuk ditanami jagung agar dapat tumbuh sempurna!! Jujur kata-kata ini terinspirasi seusai saya praktikum Ekologi Pertanian di kebun percobaan Universitas Brawijaya Cangar. Intinya adalah kita tidak boleh menjadi pemimpin untuk rakyat yang tidak bisa menerima keberadaan kita sebagai pemimpin karena kepemimpinan yang tidak didukung anggotanya adalah pincang dalam kinerjanya, namun kita bisa menjadi walau hanya sebagai anggota saja dalam suatu pemerintahan untuk memberikan kontribusi-kontribusi dan solusi atas banyak permasalahan bangsa agar suatu pemerintahan bisa berjalan dengan sempurna. Kata-kata ini tertuju pada calon-calon Presiden EM UB agar legowo apabila kelak kalah dalam perolehan suara di PEMIRA. Karena hanya akan ada satu saja yang akan menjadi Presiden dari sekian calon presiden. Suatu kewajaran dan hukum politik yang telah lama berlaku pada kehidupan manusia antara menang dan kalah. Namun sebenarnya diantara menang dan kalah tersebut yang lebih mulia adalah sportivitas yang tinggi sebagai wujud nilai-nilai penghargaan kepada sesama umat manusia. Dan pada kenyataannya yang terpenting dalam suatu kompetisi bukan kemenangannya, namun keikutsertaan. Berjuta harapan, namun satu yang ingin tersampaikan. Semoga dapatnya yang terpilih menjadi pemimpin yang amanah, Sebisanya yang belum menang kemudian dapat memberikan kontribusi-kontribusi dan solusi permasalahan bangsa untuk mendukung pemerintahan baru yang terlantik sebagai wujud sportivitas yang tinggi.

Berbicara tentang PEMIRA di mata mahasiswa baru. Satu kata yang pasti terucap : APA ITU?? Poster-poster pada setiap pojok mading jurusan, fakultas ataupun universitas tidak bisa menjawab kebingungan itu, hanya kebisuan yang ada karena bodoh pabila bertanya pada kertas poster yang tercipta sebagai benda tak hidup. Dan disaat pemahaman mengenai PEMIRA itu meresap pada celah-celah kebingungan yang ada didalam hati, aksi pengumpulan KTM banyak dijumpai. Tanpa tahu untuk apa, empunya KTM ikhlas saja memberikannya. Pada kelogisan, sangat tidak logis. Pada etika organisasi, wajarkah?? Asumsi untuk memperkuat dukungan pada calon presiden / calon DPM banyak merebak, dan semoga memang benar KTM yang dikumpulkan oleh oknum-oknum tertentu tersebut dipakai sebagai wujud pengamanan PEMIRA. Akhirnya Semoga PEMIRA dapat berjalan sukses, lancer dan tanpa hambatan. Teriring beribu do’a untuk lebih baiknya Universitas Brawijaya di masa kepemimpinan Presiden EM UB selanjutnya walaupun saat ini pun sudah baik. Karena hakekat kehidupan : hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari ini harus lebih baik dari kemarin yang sudah lebih baik. Amien ya robal alamien…

Wassalamualaikum Wr Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar