Pengikut

Rabu, 11 Agustus 2010

A letter for my beloved father in heaven

Jika aku mengingat kembali masa itu, tanpa harus menunggu aba-aba dari tuannya air mata menetes.
Masa dimana aku bisa belajar banyak tentang arti kehidupan darinya.
Seorang prajurit TNI yang sungguh aku kagumi, seorang ayah yang terbaik didunia.
Bukan dengan militerisnya, tapi hanya dengan seucap kata-kata yang mampu membuatku mengerti hidup ini.
Tentang kesederhanaan, kasih sayang, kepedulian, tenggang rasa, ibadah, cara berfikir dan tentang bagaimana hidup ini.
Beliau mengibaratkan hidupku adalah suatu jalan, kemudian disana ada persimpangan jalan. Jika aku belok ke kiri ini akibatnya, jika aku belok ke kanan itu akibatnya dan jika aku lurus begitu akibatnya.
Tak pernah ada kata-kata : Jangan begini, jangan menjadi ini, harus begini dan begitu.
Karena bagi beliau semua yang ada dalam hidup ini tergantung pada sudut pandang masing-masing. Jika baik lakukanlah, jika tidak baik hindarilah atau menerima akibatnya.

Senyumnya manis, budinya santun dan kebapakannya melekat hingga detik akhir hidupnya ketika wejangan-wejangan teruntuk padaku. Agar aku tak terjerumus pada lembah kesesatan, tak terjatuh dan terinjak. Berharap semoga aku kelak dapat berguna bagi nusa dan bangsa. Dan semoga aku bisa penuhi angannya....
Damailah di surga ayahku, do'akan anakmu ini menjadi anak yang berbakti, anak yang sholeh, berguna bagi nusa dan bangsa, serta dapat membuatmu tersenyum bangga ketika kelak si anak kampung ini menjadi besar dari tempat yang sangat kecil. Pasti semua ini tidak akan hanya sekedar kata-kata, akan ku buktikan aku mampu buatmu bangga ayah.........

Sampai detik kahir hayatku pun aku tak akan bisa melupakan sosokmu, sosok yang membuatku menjadi seperti saat ini. Walau engkau hanya prajurit tapi engkau bisa membuatku menjadi pemimpin besar. Bahkan yang tidak engkau tahu di setiap tempat yang aku pijaki aku selalu mendapat yang terbaik, walau aku gagal menjadi Perwira TNI. Ayah, maafkan aku..... Tapi aku akan menjadi pemimpin besar kelak suatu saat. yang seperti nasehatmu.
lahir dari, oleh dan untuk RAKYAT!!!

Pengajaran yang aku peroleh akan ku bawa sampai akhir hayat.
Ayah, seandainya engkau tahu. Ternyata di SMP aku bisa jadi ketua OSIS, menjadi Komandan Regu Utama Kwartir Cabang Tulungagug untuk Jambore Nasional di Sumedang,  Di SMA aku bisa jadi Ketua OSIS, Menjadi Pradana kehormatan Ambalan, Komandan Paskibraka, rekor 12 tahun selalu jadi ketua kelas dan banyak lainnya... Ayah, ternyata anak prajurit bisa menjadi pemimpin.
Aku merindukanmu saat ini...
Aku ingin bertemu walau 1 menit saja ayah..........

dari suatu tempat yang penuh dengan tetesan air mata kerinduan.
110810
YOGA SUGAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar