Pengikut

Rabu, 25 Agustus 2010

Pagi Pada Bumi Tuhan

Lihatlah, mentari kembali datang
Langit membiru membentang
Kicau buruk bersahutan
Nan begitu indahnya
Di bumi Tuhan

Kemarin
Tepat pada detik ini
Mata kita masih terpejam
Terpenjara mimpi dalam-dalam
Dan Kehilangan ini semua keindahan

Menjadikan pelipur sendu keragu-raguan
Untuk kemudian berganti kepastian
Akan ini semua, sebuah pilihan
Tentang hidup masa depan
Yang pasti menjanjikan

Tepat disini
Tempat kita berdiri
Kita tak harus yang terbaik
Tapi yang lebih banyak mengerti
Akan apa saja yang mesti dipilih, dijalani

Mari Kita Berfikir Sukses, Jangan Jadi Bangsa Mengemis!!



“Tuan…. Belum makan tuan…. Tuan…. Minta uang tuan…”
Lalu kemudian bersahut “Mas… Anak saya belum makan mas…. Seikhlasnya mas…”
Inilah indonesiaku di perempatan lampu merah depan kampusku kemarin. Dengan banyaknya kendaraan yang berhenti disana yang menanti lampu berwarna hijau. Ternyata di tempat itulah digantungkan hidup segilintir manusia. Lihatlah, para penjaja mainan anak-anak disana membawa barang mainannya ditawarkan dari satu mobil ke mobil lain. Dan para pengemis itu masih saja mengemis walau lampu telah berates kali hijau. Karena mungkin bagi mereka lampu merah itu adalah tuannya pemberi kehidupan untuk mendapat sesuap nasi dan untuk menyambung hidup. Untuk membuat mulut mereka tetap bisa mengunyah dan membuat perut mereka terisi makanan.
 Inilah indonesiaku, dua sisi yang jauh berbeda antara penjaja mainan dan pengemis jalanan. Dua sisi yang tidak bisa disamakan, karena memang jauh berbeda. Pengemis meminta uang secara langsung, sedang penjaja mainan mendapat keuntungan dari penjualan hasil dagangannya. Berbeda, karena pengmis tidak mau bekerja dan berusaha untuk menghasilkan uang tapi hanya menantikan belas kasihan dari orang lain. Tapi ada satu kesamaan yang sangat jelas kulihat yaitu sama-sama menggunakan suara untuk mencapai tujuan mereka masing-masing. Anehnya, ini terjadi pada bulan puasa. Tidakkah kehausan mereka? Mungkin inilah resiko bagi penjaja mainan, tapi berkah bagi pengemis karena di bulan suci romadhon pastilah pendapatan mereka naik. Seimbang lah pokoknya dengan dehidrasi yang dialami pengemis, karena tanpa modal mereka mendapat rejeki melimpah.

 Inilah Indonesiaku, mengapa pengemis masih ramai disini? Dan tidakkah mereka melihat dari penjaja mainan itu? Ternyata pengemis itu malas, tidak mau berusaha dan tidak mau tegar menjalani kehidupan yang keras ini. Hanya ingin mendapat uang, mungkin itu yang tertanam dalam pikiran mereka. Tapi aku yakin itu tidak terjadi pada semua orang miskin dan tidak semua orang miskin mengemis. Masih ada orang miskin yang mengejar mimpi-mimpi gilanya hingga detik ini. Masih banyak orang miskin diluar sana yang bermandikan peluh dan terbakar terik matahari siang demi mendapat sedikit rupiah untuk dibawa pulang yang membuat asap dapur mereka tetap mengepul.

 Tidakkah mereka para pengemis merasa telah mempermalukan diri mereka sendiri? Dan tidakkah mereka merasa malu pada orang-orang miskin yang hingga saat ini masih ma uterus berusaha merubah nasib mereka di pangkalan becak, di altaran pasar kecil, di tambang pasir, bahkan ada dari mereka yang menyeberang ke negeri orang menjadi TKI dan di tempat lainnya yang semua tempat itu memeras keringat mereka. Tidakkah mereka para pengemis malu pada semangat kemerdekaan yang diteriakkan Bung Karno 65 tahun lalu? Untuk menjadi negeri yang benar-benar merdeka dan makmur? Dan yang sebenarnya semua itu harus diawali dari rakyat, dari rakyat untuk menjadi rakyat yang berkecukupan dengan usahanya mencapai kesuksesan itu.

 Sesekali memang kita boleh berdemonstrasi mengecam pemerintah atas kemiskinan, tapi kita tidak bijak jika selalu menyalahkan pemerintah atas kepengemisan akbar ini. Letak kesalahan yang utama adalah tidak adanya semangat melawan keterpurukan dengan kegigihan dan totalitas perjuangan. Memang kita boleh protes pada pemerintah atas tidak ketersediaannya lapangan kerja yang memenuhi, tapi mari kita berfikir realistis. Tentang berapa juta rakyat miskin di Negara ini dan berapa kira-kira tenaga kerja terdidik yang bisa diserap sekian ratus saja perusahaan yang mau beroperasi di Indonesia. Mari kita semua berfikir untuk berusaha mandiri, berwirausaha mandiri atau malah kalau bisa menjadi entrepreneur / pencipta lapangan usaha dengan usaha yang dimiliki. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang disekitarnya?

 Tidak harus menjadi pegawai negeri jika ingin sukses. Kita bisa kaya dengan berwirausaha atau menjadi petani sukses. Berwirausaha mungkin sudah cukup jelas, yaitu melihat peluang apa saja yang bisa menghasilkan uang. Melihat tingkat kebutuhan barang apa saja yang belun tersedia pada tempat itu berada lalu merintis usaha penyediaan barang tersebut sebagai upaya produksi dan distribusi kepada konsumen. Jika barang itu unik, langka namun dibutuhkan pastilah tingkat konsumsi akn besar dan ini berpengaruh pada jumlah produksi yang harus semakin besar juga. Kemudian dibarengi kebutuhan tenaga kerja yang besar searah dengan maksud entrepreneur yang berarti penciptaan lapangan usaha dan tentu saja jumlah konsumsi yang besar ini akan berdampak pada laba dan gaji karyawan yang tinggi. Memang disini diperlukan pemikiran yang matang tentang usaha yang akan dipilih, keberanian terjun merintis usaha dan resiko yang akan diambil. Tapi jika kita mau sukses kita mesti berani terjun mengambil langkah dan mengambil resiko. Kuseksesan hanya untuk mereka yang punya tekad tinggi dan semangat yang besar.

 Selanjutnya mungkin kita bisa mencoba di bidang pertanian. Karena di bidang inilah sebenarnya kita dapat mendapat hasil yang sangat besar, dengan catatan jika kita tahu bagaimana strateginya. Strategi itu sangat penting, karena jika kita tidak pintar maka kita akan dipintari. Sebagai contoh mari kita lihat kepintaran pedagang memintari petani. Petani yang lugu akan menanam padi pada musimnya, karena itu memang adat dari nenek moyang. Bebarengan dengan puluhan juta petani lain di Indonesia dan kemudian di musim panen terjadilah musim panen akbar yang biasa disebut SWASEMBADA yang sebenarnya justru merugikan petani karena disaat itulah justru padi / gabah akan dibeli murah. Pedagang dapat barang banyak dengan harga murah yang kemudian sebagian akan disimpan di gudangnya untuk penjualan ketika musim kering ketika tidak ada panen padi. Tentunya dengan harga yang agak mahal dari penjualan biasanya. Namun, kita boleh mencontoh petani yang lebih pandai dari yang lainnya. Kita dapat melihat contohnya, pasti pada bulan juni-juli di Pasar Dinoyo Malang tidak kita jumpai jeruk asli perkebunan Dinoyo. Padahal Dinoyo dekat dengan perkebunan jeruk yang sangat besar dan. Tahukah kita bahwa itu adalah strategi, mereka memakai tanaman jeruk yang berbuah diluar bulan-bulan itu karena saat itu musim petani butuh uang untuk menyekolahkan anaknya atau untuk membayar biaya tahunan sekolah dan terjadi musim panen jeruk diberbagai wilayah. Mereka panen pada September di saat harga jeruk mahal. Dan tidak menggunakan bibit jeruk pada umumnya atau bahkan mungkin mereka membeli ekstrak pemicu buah tumbuh diluar musim. Itu semua hanyalah strategi penjualan. Hal yang sangat mudah tapi tidak pernah difikirkan orang-orang pada umumnya. Itu hanya sedikit contoh.

 Nah, marilah kita berfikir ulang untuk menjadi bengsa yang mengemis, mari kita berfikir sukses. Banyak hal yang masih bisa kita lakukan untuk sukses, dan sukses itu tidak sulit jika kita mau kretif dalam berfikir dan berani. Sukses juga tidak akan datang menghampiri jika kita hanya duduk terpaku menanti kesuksesan itu datang. Yakinkan pada diri kita bahwa kita Bisa! Kita Bisa! Kita Bisa! Dan mari kita kobarkan semangat yang tak kan terpudar. Semoga sukses akhirnya berujung pada kalian wahai para pejuang hidup yang tak pernah ingin jadi bangsa pengemis. Allah SWT tempat berkeluh kesah yang paling mententrankan dan jangan pernah sekalipun meragukan kuasanya. . Semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap usaha kita. Amien ya robal alamin.

Selasa, 24 Agustus 2010

Yang Ada Dalam Sebuah Jiwa


Disini, kita bukan yang terbaik tapi kita yang termotivasi untuk menang.
Kita bukan yang terpandai, tapi kita cerdik melihat setiap peluang.
Kita bukan orang yang hebat tapi justru kita yang paling merasa tidak memiliki apapun.
Kita bukan bukan pemimpi Indonesia yang makmur, tapi kita yang akan membuat perubahan besar.
Karena 1000 orang tua akan berdo’a, berharap dan bercita-cita untuk ini tapi 1 orang pemuda yang akan mengubah dunia!!
Walau badai menghadang, walau petir menggelegar kita akan terus berjuang untuk negeri ini.
Kita belajar, kita berprestasi, kita membangun negeri.
Atas nama ayah kita, yang mungkin saat ini telah merenda do’a dalam sajadah panjang menuju mendekat pada Tuhan di surga.
Atas nama ibu kita, yang telah memberi kita segalanya hingga akhirnya kita harus tidak tahu dengan apa kita mesti membalas segala itu.
Atas nama ibu kita, yang tangan sucinya telah rela dipakai mengusap ingus kita di waktu kecil.
Atas nama ibu kita, yang selalu membanggakan nama anaknya dihadapan semua orang saat ini.
Kita mesti segera sadar, kita harus bangga disini. DI TEMPAT INI !!!
Bukan karena kita anak orang kaya, tapi karena banyak anak orang kaya tidak bisa disini.
Bukan karena kita pandai, tapi karena lebih banyak lagi orang pandai tidak bisa disini.
We  are the champion!!!!!
Sadarilah itu, satu langkah awal telah kita ambil dan kita dapatkan.
Kita masih mungkin mendapat prestasi terbaik.
Kita masih mungkin mendapat beasiswa luar negeri.
Kita masih mungkin menjadi garda terdepan di tempat ini.
Kita masih mungkin berada di gedung besar Istana sana.
Mari kita bermimpi, karena itu tidak dilarang. Bermimpi yang besar, dan apabila kita mau berusaha mencari jalan untuk meraihnya : TIDAK ADA YANG MUDAH, TIDAK ADA YANG TAK MUNGKIN!!!!

Kiamat Mungkin Bisa Diundur

Dunia ini sudah penuh masalah
Banyak wanita kehilangan jati dirinya
Banyak pria kehilangan ketaqwaannya
Ustadz bilang inilah kiamat pertanda
Aku jadi bertanya-tanya
Bagaimana seandainya seluruh wanita berjilbab
Bagaimana seandainya seluruh pria rajin sembahyang


Kiamat itu mungkin masih bisa diundur
Seandainya wanita itu lebih lembut
Dalam ucapan dan sikapnya
Dalam sangka dan simpulannya


Kiamat itu mungkin masih lama
Seandainya dia selalu tersenyum
Dan bertutur sapa ramah padaku
Lalu sesekali berkata serius
Bukan selalu candaan membunuh
Pasti, kiamat tidak lagi dekat

Minggu, 22 Agustus 2010

Untuk Tuan dan Putri Istana

Bagaimana bila saat ini aku dapat melihat hujan
Wahai tuan dan putri Istana tidak iri kah kau padaku
Disini dapat kulihat dari jendela kamarku semesta berpesta
Daun-daun gembira ria tersirami gemercik
Burung-burung tiada henti bernyanyi
Dan induk ayam menghangatkan anak-anaknya
Gemuruh ini lebih indah dari music Mozart

Wahai tuan dan putri Istana
Bisakah disana engkau membasahkan dirimu
Pada rahmat Allah dalam air bening ini
Bercanda ria seperti anak-anak itu
Berlarian lepas tanpa beban
Hidup seutuhnya merdeka
Seperti jatuhan-Nya yang jatuh bebas

Aku hanya melihat engkau berselimut saat ini
Menghangatkan tubuhmu dari rahmat Allah ini
Dan cerita hidupmu tanpa kisah seperti mereka
Si anak dunia yang bebas lepas……..

Karena Seorang Wanita

Terkadang kita harus benar-benar membuka keluguan kita dihadapan wanita. Lalu membiarkannya tertawa dan mengatai kita bahwa kita orang desa. Terkadang kita mesti ikhlas mendengar nasehat baik untuk tidak berlama-lama shockculture di tempat yang bagi kita asing. Karena memang itulah adanya kita dan tak boleh dipungkiri itu. Seringkali kita harus bodoh menghadapi perabotan elektronik didepan kita, bukan karena bagaimana memakainya tapi karena ternyata ada banyak hal-hal didalamnya yang tak kita ketahui. Dan sekali lagi kita mesti bersabar melihatnya tertawa dan tersenyum sedikit meledek. Lalu kita berganti menjadi penonton atau seorang siswa yang seperti diajari oleh seorang guru dan berkata : Ooo begitu ya. Namun anehnya bila ada orang lain disebelah, pastilah dia ikut tertawa atau kalu tidak menunjukkan dengan ekspresi aku yakin didalam hatinya dia membatin betapa bodohnya pria itu (kita).

Jauh sebelum itu kita harus meminta tolong banyak pada wanita itu beberapa hal yang penting dan berguna bagi kita. Maka kita harus sering bertanya tentang apa-apa saja yang ingin kita tanyakan. Lagi-lagi itupun juga menjadi permasalahan karena baginya kita itu terlalu banyak tanya. Padahal kita tidak ingin tersesat dijalan, makanya sebelum mendengar jawaban-jawanbannya kita harus rela mendengar pembukaan ceramah ledekan. Mungkin akan sangat memalukan bila kita tidak mengerti istilah-istilah bahasa gaul lalu menanyakan padanya, tapi demi kelancaran rasa ingin tahu itu harus berani kita tanyakan. Dan mungkin yang kita jumpai adalah seorang wanita yang baru masuk kursus Conversation bahasa inggris, lalu kita harus kikuk mendapat pesan singkat di HP kita bahasa-bahasa inggris yang kita tak tahu artinya. Disaat itu yang bias kita lakukan adalah mencari kamus, atau mencoba mengalihka ke topik yang lain. Setelahnya kita harus segera memasukkan Software kamus di komputer kita agar lain waktu kita bias tampak gagah bias menjawab satu demi satu pertanyaan inggrisnya bukan lagi hanya dengan YES, NO.

Dalam suatu waktu akhirnya kita terpaksa menceritaka masalalu kita yang mungkin tidak sepantasnya kita katakan pada orang lain, karena kita telah dekat dengannya maka kita mau menceritakan tentang bagaimana jati diri kita di masa lalu dan itupun juga seringkali terlihat sombong. Kita harus bersabar lagi dianggap pamer dan makin bersabar lagi ketika dituduh berbohong atas semua kebenaran itu yang bukti autentiknya kita punyai dalam lemabar piagam yang syah dan ditandatangani pejabat berwenang. Itulah yang terkadang membuat kita harus menyesal terlalu jauh menceritakan tentang kehidupan masa lalu kita, yang bukan menimbulkan rasa senang hati tapi justru boomerang. Karena bagi kita itu bukan kebanggaan, karena kebanggaan itu bagi kita mungkin adalah ketika saat ini kita berada di tempat yang kita cita-citakan dan berdiri dengan gagah mengenakan seragam kebanggaan.

Kita tekadang masih bimbang dan ragu tentang jalan yang kita ambil, namun kita sedang menempuhnya. Seperti mengarungi perjalanan panjang tanpa tujuan. Dan kita harus berkonsultasi pada seorang wanita itu tentang apa yang kita alami dan mengapa seperti ini adanya. Kita harus menjelaskan tentang sedikit masa lalu untuk acuan pemberian solusi dan kata-kata bijaknya. Lalu dapatlah kita banyal petuah-petuah darinya yang dia juga dapatkan dari orang lain yang lebih berpengalaman. Tentang masa depan dan segala tujuan yang bisa kita tempuh nantinya. Walau kita seringkali tidak yakin dengan kata-katanya. Walau terkadang kita yakin bahwa itu hanya sekedar penghibur ditambah lagi dia pun juga tidak yakin pada jalannya yang sama seperti jalanku ini. Dan walau kita tidak menemukan sedikit saja rasa puas dari kata-katanya. Tidak sedikitpun.

Mengenal wanita yang aneh, yang kita harus rela tampak bodoh dihadapannya. Yang kita harus tampak benar-benar tak bias apa-apa walau sebenarnya kita mengerti. Untuk sekedar membuatnya menerangkan dan kita bias leluasa mendengarkan penjelasannya. Bukan mencuri pandangan tapi hanya sekedar memperhatikan saja. Karena ternyata kita akan baru tahu setelah lama sesudahnya bahwa wanita itu sudah mempunyai kekasih. Dan kita harus merasakan hal yang agak aneh pada perasaan yang ada dihati ini, merasakan hal yang tidak sewajarnya untuk benci atau menjadikan mata tak bisa terpejam hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Dan ternyata kita mesti sadar bahwa rasa yang ada itu hanya sekedar kekaguman, bukan rasa kasih sayang atau rasa ingin mencintai. Kita harus memendam rasa yang ada selain rasa kagum pada sahabat. Ya begitu saja mungkin yang bisa kita lakukan dan semoga setelah ini kita tak akan dipertemukan dengan wanita itu untuk keakraban kedua kali. Dan semoga wanita itu kemudian dapat hidup bahagia dengan kekasihnya. Sepanjang masa tanpa ada lagi dalam kehidupanku selanjutnya. Amien.

Kamis, 12 Agustus 2010

CINTA

cinta….
ketika engkau pejamkan matamu, dia memenuhi batinmu dengan cahaya berterbangan
cinta….
ketika engkau berdoa penuh harap, dia akan menjadi perantara antara engkau dengan TUHAN
cinta….
ketika seorang ibu memeluk tubuhmu hingga tertidur, ketika seorang ayah lelah bekerja demi membangun masa depanmu
cinta….
bukan benda berwujud, tapi dia senantiasa terlihat oleh mata hatimu
cinta….
ketika alam semesta bersatu dalam alam mimpimu,
menjanjikan kebahagian dan dipersembahkan untuk hidupmu kelak
cinta….
kekasih sejatimu, yang kepadanya engkau mengungkapkan rahasia hidupmu
cinta….
bagiku sama artinya seperti apa yang engkau artikan meskipun kita tiada mengenal
cinta….
dalam ribuan bahasa ungkapan adalah doa yang dipanjatkan manusia untuk mengharap ridho-Nya yang maha agung
cinta….
tiada pernah terlihat meskipun engkau terbang mendekati cakrawala
karena cinta….
sudah ada dalam hatimu, ketika seseorang mengungkapkan kerinduannya padamu
cinta….
tidak boleh engkau ragukan, itu sama saja engkau meragukan TUHAN
cinta….
apapun artinya bagimu, anggap dia adalah inti sari kehidupan

Rabu, 11 Agustus 2010

A letter for my beloved father in heaven

Jika aku mengingat kembali masa itu, tanpa harus menunggu aba-aba dari tuannya air mata menetes.
Masa dimana aku bisa belajar banyak tentang arti kehidupan darinya.
Seorang prajurit TNI yang sungguh aku kagumi, seorang ayah yang terbaik didunia.
Bukan dengan militerisnya, tapi hanya dengan seucap kata-kata yang mampu membuatku mengerti hidup ini.
Tentang kesederhanaan, kasih sayang, kepedulian, tenggang rasa, ibadah, cara berfikir dan tentang bagaimana hidup ini.
Beliau mengibaratkan hidupku adalah suatu jalan, kemudian disana ada persimpangan jalan. Jika aku belok ke kiri ini akibatnya, jika aku belok ke kanan itu akibatnya dan jika aku lurus begitu akibatnya.
Tak pernah ada kata-kata : Jangan begini, jangan menjadi ini, harus begini dan begitu.
Karena bagi beliau semua yang ada dalam hidup ini tergantung pada sudut pandang masing-masing. Jika baik lakukanlah, jika tidak baik hindarilah atau menerima akibatnya.

Senyumnya manis, budinya santun dan kebapakannya melekat hingga detik akhir hidupnya ketika wejangan-wejangan teruntuk padaku. Agar aku tak terjerumus pada lembah kesesatan, tak terjatuh dan terinjak. Berharap semoga aku kelak dapat berguna bagi nusa dan bangsa. Dan semoga aku bisa penuhi angannya....
Damailah di surga ayahku, do'akan anakmu ini menjadi anak yang berbakti, anak yang sholeh, berguna bagi nusa dan bangsa, serta dapat membuatmu tersenyum bangga ketika kelak si anak kampung ini menjadi besar dari tempat yang sangat kecil. Pasti semua ini tidak akan hanya sekedar kata-kata, akan ku buktikan aku mampu buatmu bangga ayah.........

Sampai detik kahir hayatku pun aku tak akan bisa melupakan sosokmu, sosok yang membuatku menjadi seperti saat ini. Walau engkau hanya prajurit tapi engkau bisa membuatku menjadi pemimpin besar. Bahkan yang tidak engkau tahu di setiap tempat yang aku pijaki aku selalu mendapat yang terbaik, walau aku gagal menjadi Perwira TNI. Ayah, maafkan aku..... Tapi aku akan menjadi pemimpin besar kelak suatu saat. yang seperti nasehatmu.
lahir dari, oleh dan untuk RAKYAT!!!

Pengajaran yang aku peroleh akan ku bawa sampai akhir hayat.
Ayah, seandainya engkau tahu. Ternyata di SMP aku bisa jadi ketua OSIS, menjadi Komandan Regu Utama Kwartir Cabang Tulungagug untuk Jambore Nasional di Sumedang,  Di SMA aku bisa jadi Ketua OSIS, Menjadi Pradana kehormatan Ambalan, Komandan Paskibraka, rekor 12 tahun selalu jadi ketua kelas dan banyak lainnya... Ayah, ternyata anak prajurit bisa menjadi pemimpin.
Aku merindukanmu saat ini...
Aku ingin bertemu walau 1 menit saja ayah..........

dari suatu tempat yang penuh dengan tetesan air mata kerinduan.
110810
YOGA SUGAMA

Selasa, 10 Agustus 2010

Bagi banyak orang, hidup adalah......

Bagi banyak orang
Hidup adalah samudra
Beserta ombak buih segala
Dalam luas lepas tak terbatas
Mengandung kehidupan
Memberi penghidupan
Yang kuat menahan hempasan
Yang bertahan

Bagi banyak orang

Hidup adalah permainan
Dalam cinta
Dengan rayuan gombal mujarab
Dengan janji keindahan
Untuk bisa mendapatkan
Bermain-main
Lalu melepaskan, bosan
Maka itulah kehidupan cinta

Bagi banyak orang

Hidup adalah pertaruhan
Sejahtera atau sengsara
Menjadi miskin atau kaya
Halalkan segala cara
Tanpa etika tanpa perasaan
Syahkan kekerasan dalam kesantunan
Dan yang kaya semakin kaya
Karna birahi duniawi yang menggila
Bak serigala memburu mangsa

Bagi banyak orang

Hidup adalah hidupnya
Bukan hidup kita
Dalam ramai hanya ada sebatang kara
Yang hanya boleh merasai bahagia
Yang menderita biarlah menderita
Biarlah terus berusaha mendapat bahagia
Terus berusaha
Terus berusaha
Dan mati dalam usaha, kelaparan
Tanpa nurani tanpa perasaan

Diatas banyak orang itu

Masih ada sedikit orang
Termasuk engkau
Engkau yang membaca, mendengar ini
Beserta diriku
Kita tak sepaham dengan itu semua
Kita akan melawan itu semua
Karena kita manusia punya hati
Kita manusia punya rasa punya cinta
Kita peduli sesama